Harapan

7 0 0
                                    

Aku berpikir terkadang perjalan hidup yang penuh dengan pergolakan ini patut untuk disyukuri, tapi hari demi hari aku lupa untuk menyendiri, merenung tentang kehidupan yang aku lalui. Benturan, tekanan, cacian dan makian menjadi bumbu sehari-hari ketika aku berusaha menjadi pribadi yang mandiri. Mungkin akhir-akhir ini aku sering menghiraukan apa yang orang-orang ungkapkan kepada diriku, hanya sebagian yang aku tanggapi, aku lebih senang akan kritikan orang-orang, bukan hanya sebatas cacian dan makian. Cacian dan makian rela kubuang tanpa melihatnya sama sekali. Aku sadar bahwa cacian dan makian tidak harus dibalas dengan membenci, dendam kesumat, bahkan menjadi musuh pribadi, karena hal ini akan menjadi kemunduran dalam kehidupanku, yang seharusnya aku fokus menjalankan tujuan, tapi malah sibuk mendengarkan dan melayani hujatan, cacian, dan makian orang-orang yang tak berperasaan. Umurku habis, pikiranku cape, ragaku lelah tak berguna memikirkan hal-hal yang belum tentu bisa membuat diriku bahagia.

Hidup ini tentang bahagia dan kecewa, tapi aku berani menyimpulkan bahwa hidup ini segalanya tentang bahagia. Karena kecewa adalah jalan manusia menuju kebahagiaan, adanya kecewa membuat manusia merenung akan kejadian, dan adanya kecewa membuat manusia berpikir tentang takdir. Adanya takdir tak semata-mata kehidupan manusia digantungkan seluruhnya kepada makhluk yang diberikan pula takdir oleh-Nya. Aku sadar bahwa kebahagiaan adalah penggantungan harapan, tapi siapakah yang harus aku harapkan dalam kehidupan ini?

Karena sesungguhnya harapan tentang kebahagiaan tak patut digantungkan kepada manusia, harapan kebahagiaan tak patut disandarkan hanya kepada beberapa jiwa. Tapi harapan kebahagiaan dikendalikan oleh kita sebagai manusia yang merdeka. Ya merdeka atas dirinya sendiri!!!.

____

Beberapa kali aku bercengkrama dengan realita masa muda, menjalani kebahagiaan yang terkandung pada masanya, kujalani dengan sepenuh hati walau aku sadar bahwa ambisi dan imajinasi masa muda tetap bergejolak, tapi pandangan orang lain tak seperti yang aku pikirkan, mereka menganggap setiap hal yang aku lakukan semata-mata hanya permainan. Permainan tentang kehidupan pemuda, permainan yang melambangkan kesenangan, permainan yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan rasa penasaran terhadap sosok yang bernama perempuan.

Ah sialan!!! Gelagatku mengamini pernyataan orang-orang, tapi hatiku tetap meyakini aku tak seperti yang mereka pikirkan.

Perihal Bonda aku menyadari bahwa dia mengenalku lebih dekat daripada ibuku sendiri, dan Bonda sebenarnya sudah tau situasi yang aku alami, pertanyaan yang dia lontarkan tadi mungkin hanya sebatas hiburan semata untuk menunjukan perhatiannya kepadaku. Sungguh waktu itu aku belum mengerti tentang apa yang terjadi pada diriku, tak pernah aku merasakan kecewa yang begitu dalam, dibalik penghakiman orang-orang terhadap diriku ada hal yang paling aku sesali sekaligus aku syukuri, yaitu pertemuan dengan seseorang, seseorang yang menjatuhkanku, menghakimi kehidupanku dan sekaligus yang membuat diriku menjadi sadar akan kehidupan, sadar akan makna cinta, dan sadar akan makna hubungan manusia dengan sesamanya.

Sungguh penyesalanku muncul bukan atas dasar aku bertemu dengannya, aku mensyukuri pertemuan yang terjadi antara diriku dan dirinya, yang aku sesali adalah harapanku yang melambung tinggi yang tak sempat terkendali, dan yang tak sempat aku pikirkan, bahwa kesalahan terbesar manusia dalam hidupnya adalah menggantungkan harapan kepada sesamanya, dalam hal ini aku gantungkan harapanku kepadanya. Jane.

_Continued_

Hantu Hantu HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang