Volume IV

2.2K 200 32
                                    

_________________

# Having an affair
_________________

                Merasa ada yang tak nyaman, Ciel  menendang selimut menjauhi tubuhnya. Kedua mata tetap terpejam sedikit memiliki tekanan, napas Ciel terkapah-kapah menari di atas suhu dingin. Terlihat beberapa kali mencengkram sprei  kusut tak beraturan, keringat membasahi sementara tubuhnya mulai gemetaran.

Da-dame da ... yamero!

             Cengkraman Phantomhive muda mulai beralih ke tempat lain mencari-cari sesuatu yang mungkin bisa ia gapai, keringat tak mau berhenti begitupula napas kian tersendat di tenggorokan. Rintihan hampir menjadi jeritan, jari kaki menekuk kuat hingga serwarna berry di ujungnya.

O-onegai ....”

               Beberapa teman sekamar Ciel terlihat mengerubungi pemuda biru yang sepertinya tengah mengigau. McMillan orang yang lebih dekat, berusaha mengguncang bahu Ciel membantunya tersadar.

“Phantomhive, hey. Kau bermimpi buruk? Cobalah bangun!”

             Namun yang dipanggil tak merespon. Pipinya memerah sampai ke cuping, bulir keringat semakin deras membasahi seluruh tubuh seakan ia baru dikejar anjing neraka berkepala tiga. McMillan dan beberapa teman yang khawatir mencoba membangunkan lebih kuat.

“Hey, Phantomhive. Kau baik-baik saja? Kau harus segera bangun!” McMillan menggertak kuat. Mulai kasihan melihat Phantomhive muda terasa kesakitan.

A-aku akan mati! Aku akan一HAHH!”

              Ciel tiba-tiba terbangun. Ia langsung duduk melebarkan bola mata biru kebanggaannya, terengah-engah meraup udara sebisa mungkin. Dalam kondisi ini, Ciel mulai merasakan beberapa tatapan mata memperhatikan dirinya dengan khawatir.

“Phantomhive, kau baik-baik saja? Kau bermimpi buruk sampai mengigau begitu,” ungkap salah satu temen bersurai coklat.

               Ciel menarik napas dalam-dalam, berusaha menetrasi deru oksigen memompa jantungnya terlalu rakus. Menghiraukan tatapan orang-orang kian khawatir, Ciel menyentuh punggungnya yang terasa panas.

Ah, hanya mimpi ... kenapa aku bermimpi seperti itu?

McMillan kembali bersuara, “Ini pertama kalinya aku melihatmu begitu, Phantomhive. Apa kau bermimpi sangat buruk sampai seperti ini?”

Ciel menggeleng pelan. “Tidak  ... aku baik-baik saja. Hanya terlalu lelah,” sahut Ciel mulai sedikit rileks.

“Kalau begitu ambil waktu menenangkan diri. Ini sudah jam 06.20, sebentar lagi waktunya bangun. Kau terlihat pucat, jika kau sakit ... aku akan membuat surat izin untukmu,” tawar McMillan begitu khawatir. Anak laki-laki seumuran Ciel tersebut mendapat dukungan dari teman lain.

“Tidak perlu, aku baik-baik saja. Maaf mengganggu kalian sampai harus terbangun sebelum waktunya.”

“Tidak apa-apa, Phantomhive. Kami juga suka bangun lebih awal ... selain juga terbiasa sih,” kata teman yang lain.

“Terima kasih,” balas Ciel memasang senyuman palsu.

“Oh santai saja. Kalau begitu, kami keluar dulu.”

               Ciel bergumam mewakili kata. Ia kembali menekuk pergelangan menopang berat kening hingga separuh wajah tertutupi rambut. Kepalanya sangat pusing memikirkan mimpinya barusan. Punggung terasa lelah dan berkeringat, padahal suhu ruangan mulai dingin setelah tak ada orang lain dalam ruangan selain dirinya.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang