Page thirty one

422 121 35
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Jadi, aku ini salah satu karakter yang kau ciptakan? Aku, Archello, G, semuanya? Kami semua adalah karakter yang kau buat di ceritamu?" Pandangan Zeavan lurus, menatapku dan tidak beralih sama sekali. Aku hanya bisa mengangguk tanpa ada pilihan lain, aku sudah memutuskan.

"Kau ... sedang menganggap dirimu seperti ..." tebak Zeavan tidak tersambung, tentu saja karena aku yang segera menutup mulutnya. Tidak bisa aku biarkan dia bicara lebih jauh, tidak seperti aku mengaku menjadi pencipta, aku hanya mengatakan hal yang aku alami, titik. Zeavan mengerutkan keningnya karena apa yang aku lakukan, aku menelan ludah.

"Tidak apa-apa kalau kau tidak percaya, tapi aku bukan yang seperti itu. Aku manusia! Aku bisa mati dan bisa mengeluarkan darah, bisa takut dan bisa menangis. Kau baru saja melihatnya, bukan? Aku manusia. Aku tidak punya kemampuan apa-apa, tidak juga kekuatan apa-apa, aku tahu ini konyol dan sulit dipercaya, aku tahu," jelasku dengan nada pasrah. Zeavan melepaskan tanganku perlahan dan diam seperti sedang menungguku menyelesaikan penjelasan.

"Karena itu, aku bisa tahu dunia ini, aku tahu tempat apa ini, aku tahu kau siapa dan masa lalumu. Aku tahu bagaimana kau dan Archello bertemu, dan aku tahu bagaimana Archello berakhir menjadi pimpinan bayangan. Zeavan, aku tidak mau berbohong kali ini, sungguh, aku tidak punya keberanian lagi untuk itu." Aku balas menatap Zeavan lekat-lekat, Zeavan masih menatap tidak percaya sebelum aku mendengar embusan napas kasarnya.

"Ini sulit dipercaya, tapi apa yang kau katakan benar. Tidak ada hal lain yang mendukung tentang keberadaanmu dan bagaimana kau bisa memiliki informasi tersebut. Baik, katakanlah aku percaya pada ceritamu, lalu kenapa kau tidak tahu tentang kematian Yeina? Tentang rencana Chello? Apa kau tahu jika pria yang kau cari itu sudah tewas di tangan Chello?" tanyanya dengan kening berkerut. Aku terperangah mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang Zeavan ajukan. Lewis? Lewis sudah mati? Bagaimana?

"Kau tidak tahu, bagaimana kau menjelaskannya?" Zeavan melipat tangannya di dada, tatapan masih mengarah padaku. Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Aku tidak tahu, ketika aku sampai ke Allegra, aku juga mengira semuanya sesuai dengan cerita yang aku tulis. Namun, satu persatu semuanya berubah, bahkan ada karakter maksudku ada orang-orang yang tidak begitu aku kenal muncul di sini. Seperti terasa asing, aku tidak punya ingatan jika pernah menulis mereka secara rinci dan punya peran besar." Aku mengatur napas agar bisa menjelaskan tanpa terputus.

"Siapa?"

"Seperti ... seperti Cedric misalnya, aku yakin jika dia hanya karakter sampingan yang tewas pada halaman awal. Aku bahkan tidak menuliskan jika Grey adalah salah satu orang kalian, dan aku sadar tidak semua yang terjadi merajuk pada tulisanku. Ada yang aneh, di luar dari pada kedatanganku juga aneh, maksudku kejadian-kejadian yang tidak aku tuliskan terus saja terjadi. Karenanya aku tahu, aku tidak akan berhasil jika terus membohongi kalian," terangku tanpa berbohong sedikit pun. Zeavan diam dan mendengarkanku dengan serius, meski sedikit setidaknya aku merasa lega karena Zeavan mau mendengar ceritaku.

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETED - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang