"Khielnode? Khielnode, bukankah kau mencari kakak? Kau tidak ingin bertemu kakak dan bicara? Khielnode ... kalau kau begini kakak bisa kesulitan. Kakak dengar, kau berusaha sangat keras agar kakak tidak kesakitan, agar kakak baik-baik saja. Khielnode, kakakmu ini sangat menyayangimu, sangat, sangat menyayangimu, baik kau ataupun Farelyn. Kakak tidak pernah membeda-bedakan kalian, kakak selalu menjaga dan melindungi kalian sebisa kakak. Khiel? Kau tidak percaya?"
Suara Archello menggema, terdengar beriringan dengan embusan angin dan suara bising hewan malam. Archello sudah berjalan cukup jauh ke dalam hutan, mengejar sosok adik laki-lakinya yang berlari seolah sedang diburu monster. Khielnode mengundangnya makan malam hari ini, di sebuah rumah yang tidak ada satu pun keluarganya tahu. Sebuah rumah kecil yang berada di dekat hutan dan aliran sungai kecil. Khielnode tahu kakaknya suka pemandangan alam terutama ketika malam hari, gelap, teman baik Archello yang selalu menutup kebusukan.
Archello datang sesuai rencana, Archello minum wine sesuai rencana, Archello biarkan Khielnode menghabisi orang-orang di sekitarnya sesuai rencana, Archello datang sendirian sesuai rencana, Archello memakai jas putih kesukaannya sesuai rencana, Archello tidak membawa satu pun senjata juga sesuai rencana. Sedikit yang Khielnode tahu, apa-apa yang Archello lakukan bukan sesuai rencananya, sedikit pun tidak.
"Seharusnya tidak begini, seharusnya tidak begini. Kenapa? Kenapa jadi begini? Semuanya sudah sesuai rencana ... semua sudah aku lakukan sesuai rencana. Semuanya, semuanya ... lalu kenapa? Kenapa seperti ini? Iblis itu ... iblis itu pasti berkhianat," bisik Khielnode yang beradu dengan napasnya. Pundaknya naik turun, debaran jantung tidak lagi terkontrol sejak tadi, bola matanya bergerak tidak pasti, ke seluruh arah bergulat dalam gelap. Khielnode tidak lagi tahu mana ranting mana rumput yang ia injak, Khielnode tidak lagi tahu apa itu pohon atau Archello yang berada di belakangnya. Pandangannya kembali mengedar, memastikan suara yang berusaha mengajaknya bicara itu berada jauh darinya. Ia kini berdiri di belakang sebuah pohon besar, cukup besar untuk menutupi tubuhnya. Pada bagian depan terlihat sebuah aliran sungai yang tidak begitu deras, mengalir perlahan dan tidak tahu menjuru ke mana. Khielnode memperhatikan jalur air di depannya, tidak cukup dalam pikirnya.
"Bukan aku, bukan aku yang harus mati lebih dulu. Bukan aku, tetapi kakak, tetapi Archello yang harus mati lebih dulu."
Khielnode melangkah maju, perlahan hingga tidak menimbulkan suara, debaran jantung masih terasa, karena rasa cemas dan lelah bergumul jadi satu. Ia sudah berlari lebih dari dua jam, dan Archello sudah mengejarnya lebih dari dua jam juga. Khielnode tak lagi sempat menyeka keringat apa lagi air mata, yang ia pikirkan hanya selamat.
"Ketemu."
Khielnode tersentak, rasa kejut dari sebuah suara pelan tepat di sampingnya cukup membuat Khiel kehilangan kekuatan. Ia terduduk, lututnya lemas dan pandangannya tertuju mati pada sosok di hadapan. Archello tersenyum, penampilan pemuda yang mengejarnya ini tampak rapi, jas putihnya belum kotor, wajahnya tidak terlihat lusuh atau berkeringat, hanya bagian celana yang terlihat bernoda karena lumpur dan tanah. Kedua mata Khielnode terbuka lebar, jelas melihat senyum manis Archello ketika menemukannya, jelas melihat sinar mata Archello yang tertuju pada wajah, pada tubuh, pada kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETED - TERBIT E-BOOK ]
Fantasy[ Daftar Pendek The WattysID 2021 - Nominasi Pemenang ] Gadis itu sudah mati, pria itu masih hidup. *** "Jadi, Anda ini apa? Anda semacam dewi? Penguasa? Bagaimana bisa Anda terjebak di sini? Bahkan sepertinya, Anda mudah sekali untuk dihabisi." ...