Page six

899 221 31
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Dingin. Seingatku, ruangan yang aku tempati ini tidak ada pendingin ruangan sama sekali. Lalu dari mana udara dingin ini muncul?

Di mana aku letakkan selimutnya tadi? Padahal mataku masih terasa berat untuk dibuka, sepertinya aku benar-benar kehabisan tenaga saat pindah ke sini.

"Halo."

Aku terlonjak, memaksa tubuhku bangun dan bergerak mundur hingga menempel pada dinding yang ada di belakangku. Mataku membelalak untuk menatap orang gila mana yang tidak tahu malu masuk ke kamarku, maksudku kamar Zeavan yang dia pinjamkan padaku.

Seorang pria, berambut hijau gelap dengan sepasang mata berwarna madu. Memakai jaket bertudung hitam dan tengah duduk jongkok tepat di samping tempat tidur dengan kipas angin di tangannya yang ia biarkan terarah tepat padaku. Ia mendongak pelan dan aku masih menatapnya.

Pria berambut hijau gila ... tidak salah lagi. Bayangan kepercayaan Chello, G-17.

Pria tidak waras ini terkekeh menatap reaksiku dan meletakkan kipas yang ia bawa, yah, G memang orang gila yang hanya tahu makan, minum, bernapas, buang kotoran dan membunuh saja. Oh, dia juga tahu mana yang harus dituruti mana yang tidak. Karakter buatanku yang paling tidak aku suka, anggap saja dia anak tiri.

"Terkejut? Katanya kau ini bisa melihat masa depan, kenapa terkejut karena melihatku? Kau bohong ya?" tanyanya dengan senyum lebar aneh miliknya yang mengerikan.

"Aku tidak bisa melihat masa depan saat sedang tidur, kalau kau mau, aku bisa mengatakan dengan keras apa yang selalu kau pikirkan." Aku memicingkan mata menatapnya, anak tidak waras sepertimu sungguh harus diberi pelajaran. Kepalaku sakit karena tiba-tiba bergerak.

G kembali terkekeh, kedua tangannya terangkat ke udara hingga beberapa detik sebelum menggebrak tempat tidur.

Brak-

Aku sungguh tidak tahu apa maksud dia melakukan hal ini, dia mau sok keren di hadapan wanita atau dia mau sok senior di hadapan orang baru? Selain tidak waras, dia juga tolol. Aku sedih sekali melihat perkembangan karakterku satu ini.

Aku menghela napas dan membenarkan posisiku lebih rileks. Aku sedang berhadapan dengan anak usia lima tahun, iya, anak usia lima tahun.

"Reaksimu boleh juga? Jadi, karena itu Zeavan membawamu masuk? Biasanya orang-orang baru yang datang ke sini, semuanya ketakutan saat menatapku. Tapi sepertinya kau tidak takut, kau tidak takut mati ya? Kau tidak takut jika saat tidur, satu atau dua jarimu aku potong?" G menunjukkan deretan gigi tajamnya padaku. Dia manusia, hanya saja memang kutuliskan dia punya gigi yang tidak biasa. Seperti ... anjing?

Well, baby G, orang-orang jelas akan takut padamu. Siapa yang tidak takut pada orang gila sepertimu? Tapi, aku tahu kau tidak akan memotong jari atau anggota tubuh orang-orang yang ada di dalam rumah ini. Setidaknya tidak saat aku ada di dalam rumah. Sudah peraturannya, peraturan berlaku di antara bayangan dan semua yang tinggal di sini.

Tidak siapa pun diizinkan mengangkat senjata atau melukai dengan sengaja pada mereka yang sudah menjadi bagian anggota keluarga.

Peraturan tidak berlaku bagi Archello dan Zeavan tentu saja.

Aku meregangkan jari-jariku dengan sengaja, lalu tersenyum.

"Ah, aku takut sekali, aku takut. Bagaimana? Kau puas?" Aku masih memasang senyum di wajahku, sementara aku bisa melihat wajah G yang mengeras. Oh, ia kesal. Apa aku kelewatan?

"Knock ... knock."

Aku dan G sama-sama mengerutkan kening karena suara yang datang dari arah depan, tubuhku sedikit kumiringkan untuk melihat siapa yang datang bersamaan dengan G yang membalikkan tubuh.

Zeavan. Berdiri dia di depan pintu dengan menyandarkan tubuhnya santai ke dinding, apa dia sedang menunggu reaksiku juga? Wah, aku punya banyak sekali anak-anak durhaka.

"Who's there? Tidakkah kau harusnya menjawab begitu G? Kau tidak ingat permainannya, atau peraturannya?" tanya Zeavan tanpa bergerak sedikit pun dari posisinya sekarang. G menggeram, menatap Zeavan penuh rasa benci dan penuh kutukan.

"Boneka sampah! Apa kau sedang mengingatkanku tentang aturan yang sudah lama aku patuhi?" Tangannya mengepal, suaranya ditekan. G sungguh-sungguh membenci Zeavan, bukan benci sebenarnya, tapi hanya iri. Dia iri karena Chello lebih memilih Zeavan untuk berada di sampingnya dibanding dia yang memang sudah dibesarkan sebagai bayangan. Mengingat Zeavan hanya anak jalanan yang dipungut dan dibesarkan Chello.

"Tidak ada yang benar-benar manusia di sini G, aku, kau dan semua bayangan tahu hal itu."

Zeavan masih bersikap santai, dia benar-benar dewasa menghadapi tantrum anak-anak. Astaga, aku tidak tahu jika menyaksikan konflik kecil begini benar-benar seru. Harusnya aku bangun lebih pagi dan buat pop corn.

Aku menatap mereka bergantian sampai G memutuskan untuk menyudahi perseteruan di antara mereka dan memilih meninggalkan kamarku, maksudku kamar Zeavan.

Kita punya juaranya di sini pemirsa!

Zeavan hanya menggeleng perlahan, menarik kursi dan duduk di hadapanku.

"Bersihkan dirimu, sarapan di atas dan ikut aku setelahnya. Kau punya pekerjaan hari ini," jelas Zeavan pelan. Aku mengerutkan kening heran.

"Apa kau akan menungguku selesai mandi?" Aku tidak ingat Zeavan punya sisi manis begini, he he.

"Aku di sini memastikan tidak ada bayangan yang masuk sesuka mereka saat kau mandi. Apa kau berpikir aku akan melihatmu? Jangan khawatir, aku punya selera." Zeavan melepaskan kacamatanya dan menatapku lurus. Ingin sekali kupatahkan kacamatanya jadi dua, tapi sayang, hanya sekedar keinginan yang tidak akan terlaksana.

Aku berbalik dan segera masuk kamar mandi yang ukurannya pas untuk satu orang, wastafel, toilet dan shower. Kecil.

Zeavan memang kurang menyukai ruangan yang besar, Chello berkebalikan. Chello menyenangi ruangan luas dan tidak tahan berada dalam ruangan sempit untuk waktu yang lama, karenanya ia tidak pernah tinggal di rumah bayangan.

Keduanya tumbuh besar bersama, jadi wajar punya satu atau dua kebiasaan dan rasa tidak suka yang sama atau malah terbalik, lagi pula keluarga Chello pun sebenarnya menganggap Zeavan seperti putra mereka sendiri. Nyonya Fantique dan Tuan Integra, orang tua Chello yang tidak kalah populer dibanding putranya.

Fantique Corporation adalah perusahaan pembuat alat militer paling canggih di Allegra. Tidak ada warga Allegra yang tidak tahu perusahaan ini. Mereka selalu punya ide terdepan dan penemuan benda mutakhir yang sulit ditiru oleh perusahaan saingan. Dari senjata hingga alat penyadap, semua mereka jual.

Lalu Integra, nama Integra cukup membuat mereka, para kelompok dunia bawah tingkat rendah hingga tingkat tinggi, menelan ludah. Ia adalah komandan pasukan militer khusus pemerintah Allegra bernama ASIS ( The Allegra Special Intelligent Service ). Mereka bertugas khusus memata-matai, menyadap pembicaraan hingga penculikan dan pemberantasan pada musuh atau kelompok dunia bawah yang dianggap mengganggu.

Kenapa yang hanya mengganggu? Bukan semuanya?

Karena Allegra memang pusat dari segala kejahatan internasional tingkat tinggi. Tidak sedikit bagian pemerintahan resmi yang bekerja sama dengan kelompok dunia bawah untuk beberapa tugas. Allegra pun berhubungan baik dengan negara seperti Hongkong dan Inggris.

Mau bagaimana lagi?
Aku menulis ini ketika aku sedang menggilai dunia kriminal dan dunia spionase. Terkutuklah aku.

Aku menciptakan sosok kriminal dengan dukungan penuh bahkan dari keluarganya. Tentu saja tidak ada yang bisa membuat Chello tertangkap, apalagi dipenjara. Sepertinya aku membuatnya terlalu over power, hal yang paling benci dari seorang penulis, tapi aku lakukan sendiri.

Sekali lagi, terkutuklah aku.

°°°

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETED - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang