Page sixteen

718 166 45
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

Bruk-

Tubuhnya terjatuh ... tapi aku tidak ... maksudku, aku belum ... lalu kenapa?

Detak jantungku berpacu, keringat sudah mengalir sejak tadi, perlahan kulihat lagi apa yang terjadi di hadapanku. Benar dia, benar pria yang tadinya mengarahkan senjata pada Chello kini tersungkur ke aspal dengan bersimbah darah.

Mataku kabur, tidak tahu karena debu atau air mata, tapi dari sini aku bisa melihat luka tembak di bagian punggungnya. Ada tiga lubang menganga, jarak kami tidak begitu jauh, karenanya aku benar-benar terkejut.

Tapi siapa?

Siapa yang menembaknya? Tidak Chello, tidak juga Zeavan. Pengkhianat!? Harusnya aku beritahu dia, harusnya aku ... tidak, kalau bukan karena orang itu, maka aku yang akan menembaknya.

Aku terduduk lemas di atas aspal. Menuliskan seseorang mengambil nyawa orang lain begitu mudah untukku, membayangkan mengambil nyawa orang lain karena rasa benci atau kesal juga begitu mudah. Namun, melakukannya ... ketika tangan mengangkat pistol, ketika peluru yang kita tembakkan menembus tubuh orang lain hingga tewas. Sedikit pun tidak mudah, terlebih ... aku tidak melakukannya pada orang yang aku benci, tidak juga pada orang yang tidak kusuka. Tapi orang itu, pria itu karakter buatanku sendiri.

Padahal harusnya kau tidak mati!
Padahal harusnya kau tetap hidup sampai halaman terakhir!
Ada apa dengan novel ini!?

Aire, harusnya kau tidak begini.

°°°

Aku menahan diri untuk tidak menguap, benar kata G, harusnya aku tidur lebih cepat kemarin. Tapi siapa juga yang tahu dua orang gila tapi tampan ini akan mengajakku pergi pukul empat pagi!?

Bisa dibayangkan? Jangankan orang-orang di jalanan, matahari saja belum ada.
Mereka ini sedang berlomba dengan matahari pagi atau bagaimana?

"Pelanggan baik-baik saja? Lapar? Tolong sabar sebentar. Tidak lama lagi kita akan sampai kota, kita akan mampir dulu ke kafe atau restoran yang sudah buka. Pelanggan bisa sarapan di sana, aku dan Zeavan juga belum makan pagi," jelas Chello dengan senyum cerahnya, bagaimana dia bisa senyum selebar itu?

Ah, iya. Dia pria yang sudah biasa hanya tidur dua sampai tiga jam satu harinya. Wajar saja dia membangunkanku dan meminta Zeavan juga untuk bersiap pagi-pagi sekali, kalau aku perkirakan anak ini pasti tidur pukul satu dan bangun pukul tiga. Sisanya dia gunakan untuk mandi dan bersiap-siap, dasar monster.

"Iya, omong-omong, apa tempatnya jauh? Kalian belum katakan ingin mengajakku ke mana sebenarnya, jadi aku bingung," gumamku penuh tanya, aku hanya dengar dari G, tapi akan lebih baik mendengarnya langsung dari Chello atau Zeavan.

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETED - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang