prolog

775 51 0
                                    

“Eve?!!”

“Ya?!! Ada apa?”

“Astaga Eve..!! Apa kamu lihat tadi?”

“Apa?!!”

“Justin tadi… ya ampun cowok tercakep di sekolah kita ini….”

“Halah… sudahlah Ica… Berhentilah meributkan lelaki… Aku tak ada waktu untuk membicarakan hal-hal seperti itu… Hanya buang-buang waktu saja…”

“Kamu benar-benar sakit Eve… Kamu gila, kamu tahu?!!”

“Terserah kau…”

Eve kemudian berlalu begitu saja, Ica terburu-buru mengikuti langkah Eve.

Eve memasuki kelas dengan santai.

“Dari mana Anda miss Eve Charlote Renaldo?”. Ucap guru kesenian yang sedang mengajar saat itu. Karena memang jam pelajaran seni saat itu. Dan Eve memang terlambat, bersama temannya. “Lalu Anda miss Marischa Chandra Ortegga?”. Dan ucapannya masih dingin, terkesan sinis.

“Ah… eng… kami dari perpustakaan Mr.Clayde. Maaf  kami terlambat masuk. Sebenarnya, tadi kami sudah mau masuk, tapi ada hambatan. Begitu, benar begitu. Iyakan Eve?”. Kata Ica sambil menyenggol lengan Eve. Gugup.

“M, yeach…”. Hanya itu yang keluar dari mulut Eve.

Lalu Eve nyelonong duduk di bangkunya begitu saja dan Ica hanya mengikuti.

“Siapa bilang kalian boleh duduk?”. Ucap Mr.Clayde sambil melipat tangannya di dadanya.

Eve lalu berdiri di ikuti oleh Ica. Lalu Eve beranjak keluar kelas dan untuk kesekian kalinya.

“Siapa bilang kalian boleh pergi keluar?”

“Lalu maksudmu apa?”. Ucap Eve datar. Ucapan Eve membuat murid-murid lain semakin antusias melihatnya. Pandangan Mr.Clayde pun menyipit.

“Itu bentuk rasa bersalahmu padaku? Aku ini gurumu miss Charlote Renaldo!!”. Ada nada mengejek pada suaranya.

“Kau ingin aku bagaimana?”. Dan Eve masih dengan nada yang datar. Berkali-kali Ica menyenggol lengan Eve.

“Kau inikan Guru, jadi kerjamu hanya mengajarkan pelajaran yang menjadi bidangmu bukan? Kau tak ada urusan dengan kedisiplinanku. Bukan bidangmu. Kalau tak salah ingat, kau inikan mengajar pelajaran seni?”. Ucapan Eve mulai menitik pada pemberontakan.

Mr.Clayde hanya tersenyum sinis. “Kalau aku tak ingat kau adalah adik angkat dari direktur yayasan sekolah kita tercinta, sudah lama aku ingin mendepakmu dari kelasku”.

“Aku tak sabar dengan itu”. Eve melenggang pergi dan masih di ikuti oleh Ica.
.
.
.
.
.

“Kenapa kau mengikutiku?”

“Aku mengkhawatirkan kamu Eve…” Ucap Ica pelan.

“Memangnya aku kenapa?”

“Eve…”

“Ya?”

“Eve, berhentilah bersikap begitu. Bagaimana kalau kamu sampai dikeluarkan dari sekolah…”

“Aku ingin secepatnya keluar dari sini, dari rumah itu. Semua itu lebih pedih daripada berada di neraka”

Plakk!!!

Tapi Eve hanya diam saja mendapat tamparan dari Ica.

“Kamu ini apa-apaan sih, kamu sudah gila Eve!!”

Dan Eve hanya tertawa.

Hingga langit berubah warna mejadi jingga, Eve dan Ica masih berada di hutan sekolah.

**--**

“Kau sudah pulang Eve?!”. Kata Renaldo ketika berpapasan dengan Eve di ruang tengah. Eve sendiri seperti tak mendengar apapun, dia terus berjalan menuju kamarnya. “Hari ini kau ribut lagi dengan guru kesenianmu?”. Tapi Eve hanya diam saja, dia hanya menghentikan langkahnya sejenak, kemudian Eve lekas beranjak dari sana. Dan Renaldo hanya diam saja.

Eve makan malam seperti biasanya. Dia memilih diam saja. Dan keluarga yang hanya terdiri dari tiga orang itu seperti tak asing satu sama lain. Renaldo bercerai dengan ibu Adams setahun sebelum menikah dengan ibu Eve. Dan ibu Eve sendiri meninggal tak lama setelah menikah dengan Renaldo. Dan hingga sekarang rumah itu tetap berisi tiga orang karena Renaldo tak mempunyai rencana untuk menikah lagi meski sering datang tawaran untuk menikah dari para tetua.

Setelah selesai makan, Eve langsung meninggalkan meja makan.

“Sekali lagi aku mendapat laporan konyol itu, aku tak segan untuk mengasramakanmu!!”. Ucap Adams tegas. Eve hanya berlalu begitu saja. Renaldo diam saja tak perduli.

Eve segera membuka net-booknya. Praktis saat dia membuka e-mailnya dia mendapat satu e-mail dari alamat yang tak asing baginya. Ia segera membukanya,

From: ica_cute@ortegga.org

Subject: ^_^”

Hai, pasti baru saja habis makan malam…?! Soalnya tadi aku telpon, tapi tidak aktif, ya udah aku email saja.

Oh ya Eve, besok kamu tak usah jemput aku, biar aku jemput kamu aja, OK!! Met malam Eve, belajar yang rajin ya….

Nb: kamu tahu enggak, ternyata ketua suka kamu loh..^_~

Eve hanya geleng kepala saja. Temannya yang satu ini emang tak bisa diremehkan tentang informasi gosipnya. Bagaimana mungkin seorang ketua dewan yang banyak dikagumi cewek satu yayasan sekolah bisa naksir dia? Memangnya ketua salah pake kacamata ya? Atau lupa tidak pakai kacamata? Salah lihat kali…

“Dasar Ica…”. Gumamnya sendiri. Kemudian dia memeriksa blognya, FB-nya, dan melanglang buana sebentar di google search. Setelah itu dia membuka buku pelajaran untuk besok. Sebandel-bandelnya Eve, Eve tetap belajar sesaat sebelum tidur. Karena sadar tak sadar persaingan antar murid di sekolah itu benar-benar ketat.

 ---***---

Karuma (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang