act 4

144 20 1
                                    

Malam ini keluarga besar Renaldo mengadakan pesta untuk merayakan berdirinya salah satu hotel internasionalnya yang ke-13. Memang merupakan angka yang dipercaya menyimpan suatu masalah. Dan mungkin hal itu mungkin memang ada benarnya juga.

Di tengah maraknya pesta seorang laki-laki dewasa yang tak asing bagi keluarga Renaldo tiba-tiba mengucapkan sesuatu yang menggemparkan dan amat mengagetkan.

“…Eve menikahlah denganku…” ucap pria itu lembut. Eve hanya melongo, begitu juga lelaki yang berada di dekatnya, Adams.

Eve memakai gaun malam—one piece—yang imut berwarna biru langit. Sangat pantas dikenakan oleh Eve yang baru berumur 16. Dia mengenakan kalung perak berliontin mutiara, serta anting mutiara, serta gelang perak yang bertabur mutiara kecil. Dan ada mutiara cukup besar—untuk ukuran sebuah mutiara—di tengah pita yang melilit linkar dada gaun Eve. Rambutnya yang panjang hitam pekat dan bergelombang ditata begitu alami, menarik sedikit rambut di kedua bagian atas telinga dan mengaitkannya di belakang kepala. Eve benar-benar terlihat imut dan seperti anak kecil.

Berbeda dengan Ica. Ica yang memiliki face dewasa dibalut gaun malam berwarna merah tua dengan aksen batu delima pada liontin dan antingnya yang cukup menyilaukan. Hingga Ica terlihat lebih tua dari umur sebenarnya. Dengan sentuhan rambut gelombang yang di angkat dan menyisakan beberapa bagian untuk bergelantungan terutama di tepian wajahnya. Eve yakin kalau rambut lurus itu butuh hampir dua jam untuk berubah menjadi gelombang.

Adams memakai setelan jaz malam berwarna hitam gelap dengan kemeja pink-nya yang dipadu dengan dasi merah tua pekat. Jarang melihat rambut rapi Adams. Jika ingin melihatnya, datanglah ke pesta resmi di mana Adams juga datang.

Dan Nicoled dengan jaz abu-abu tua yang di latari kemeja putih serta dasi hitam. Berbeda dengan Adams, Nicoled adalah orang yang rapi dan perfeksionis.

Eve sedang berbincang dengan Ica di dekat jendela hall kemudian disusul oleh Adams dan teman dekatnya, Nicoled. Mereka membawa anggur di gelas masing-masing, tapi tidak bagi Eve dan Ica. Hanya minuman mirip anggur yang meraka minum. Mereka masih dibawah umur.

Mereka berbincang mengenai gosip artis yang sedang naik daun di negeri mereka. Entah apa yang terjadi hingga kedua pria itu mengikuti pembicaraan kedua gadis remaja itu. Tiba-tiba saat ada jeda sebentar, Nicoled memaksa untuk berkata diluar tema pembicaraan awal meraka.

“Kau begitu cantik Eve, sangat anggun” puji Nicoled.

“Terima kasih Nicoled. Adams memang mengerti bagaimana aku harus berkostum untuk acara tertentu” jawab Eve sambil melirik Adams. Dan Adams hanya mengangkat sebelah alisnya untuk menjawab jawaban Eve.

“Kau seperti putri lautan…”

“Maksudmu aku seperti perampok para tiram? Oh Nicoled kupikir juga begitu” ucap Eve. “Kalau saja aku bisa memilih aksen yang ku inginkan, kau tahu seperti apa Adams”

“Tidak Eve, kau sangat pantas dengan gaunmu malam ini. Kau begitu menawan, seperti malam ini” malam memang ditemanni bulan purnama.

“Nicoled kau terlalau memuji” Eve mulai malu mendengar pujia Nicoled yang tak henti-hentinya. “Mmhh… mungkin dulu Adams bercita-cita sebagi make-up artist” kata Eve terbata sambil melirik Adams untuk meminta bantuan agar Nicoled menghentikan pujian-pujian konyol Nicoled.

“Bilang saja kalau kau terpesona Nicoled” kata Adams akhirnya.

“Aku memang terpesona. Aku mengagumimu. Dan itu sudah lama, meine liebe”

“Nicoled?” Eve mulai tidak nyaman dengan pujian Nicoled. Dia merasa pujian Nicoled terlalau berat untuknya.

“Aku tahu kau masih terlalu muda untuk mengenal lelaki dan bahkan berhubungan dekat. Tapi hal itu tidak bisa menghalangiku Eve…”

Karuma (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang