act 2

195 27 0
                                    

Petang hari Eve baru sampai di rumah, dan seorang pelayan langsung menghampirinya dan berbicara bahwa Eve di tunggu kakaknya di ruang kerjanya. Lalu Eve langsung menuju ruang kerja kakaknya.

“Kau mencariku?” Tanya Eve.

“Apa ini Eve?” Kakaknya mengacungkan selembar kertas di depan wajah Eve.

“Tentang apa?” Eve malah balik bertanya.

Plak!!!

“Kau membuatku gila Eve, tak cukup dengan masalah-masalahmu yang bermacam-macam itu. Kini kau menambahnya dengan surat skors? Apa?!! Apa yang kau lakukan di sekolah? Kau sering bolos jam kesenian? Ada apa denganmu Eve? Kau ingin membuatku malu yang seperti apa lagi? Tak cukup dengan kekonyolanmu?!” Adams tak hentinya meneriaki Eve.

“Aku tak bermaksud seperti itu…”

“Lalu apa ini?” Adams melempar lembaran itu ke wajah Eve.
.
.

“Ada apa ini?” Tiba-tiba Renaldo masuk ruang kerja Adams.

“Entahlah, aku tak tahu apa yang hendak putri kesayangan ayah ini lakukan. Aku menyerah!! Aku tak mau lagi mengurusnya! Aku berhenti!!” teriak Adams.

“Tak seharusnya kau bicara begitu Adams, apalagi kau sampai memukulnya seperti itu”

“Itu pelajaran untuknya”

“Tidak harus dengan memukulnya”

“Lalu? Sudahlah ayah, ibunya sudah tidak ada di sini, dia juga tak punya hubungan darah dengan keluarga kita. Kenapa kita tidak mengembalikannya pada keluarganya? Itu keputusan bijak bukan? Dia juga tak betah tinggal di sini.”

“Sudahlah Adams, lupakan niatmu itu. Eve, kembalilah ke kamarmu, sebentar lagi kita makan malam”

“Aku tidak bersalah dengan keputusan sekolah” Bantah Eve kemudian.

“Jadi kau tak mengakui kesalahanmu? Kau tak tahu kau melanggar aturan sekolah itu?!!” Bentak Adams.

“Kalau dia tak memperpanjang hal itu, aku juga tak akan memperpanjang”

Plak!!

“Kau merasa dirimu paling benar? Kau kira kau siapa?!! Kau sudah merasa paling hebat!!!” Bentak Adams semakin keras.

“Sudahlah Adams,”

Adams beranjak pergi dengan gusar. Evepun beranjak gontai.

“Maafkan kakakmu Eve, dia begitu karena dia sangat menyayangimu” ucap Renaldo.

Eve segera mandi dan kemudian berpakaian untuk makan malam.

Makan malam tetap terasa dingin bahkan lebih dingin dengan sebelum-sebelumnya.

Selesai makan malam Eve segera pergi ke kamarnya. Mungkin mengurung diri karena amarah dan pukulan kakaknya.

Salah! Eve bukan gadis biasa, dia gadis ambisius. Setidaknya begitu sebelum dendamnya terbalas kelak. Dan dia akan terus mencari jalan agar dendamnya terbalas.

Dia segera membuka net-booknya dan mampir sebentar ke situs bernaungnya alamat e-mail Eve. Dan segera mengirim sebuah e-mail untuk sahabat terbaiknya.

To: ica_cute@ortegga.org

Subject: no subject

M… hai ica, mungkin kau sedang belajar. Maaf mengganggu waktu belajarmu. Aku hanya mau beri tahu kalau aku sudah dapat tiket itu. Dan mulai besok sampai tiga hari kedepan aku tak akan sekolah, jadi kau tak perlu ke rumah untuk menjemputku. Ok, kurasa hanya itu, selamat belajar!

Karuma (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang