Sampai di rumah Eve langsung naik ke kamar tidurnya dan tak menghiraukan kakaknya. Di sangat lelah untuk memulai sebuah pembicaraan. Dia merasa tubuhnya sedang tidak fit. Rasanya untuk berteriak untuk meminta air minumpun dia tak sanggup.
Dan entah apa yang terjadi Eve juga tak terlalu perduli. Semua pelayan tak ada yang terlihat. Ayahnya pun tak ada. Dan Adams yang membawa koper besarnya ke kamarnya. Setelah mendaratkan ke tiga koper besar Eve di dekat almari pakaian Eve, Adams kembali dengan segelas air dingin.
“Eve minumlah dulu” ucap Adams lembut sambil memijat pundak belakang Eve karena Eve berbaring dengan posisi tiarap dan kakinya bergelantungan di sisi ranjang.
Eve mengulurkan tangannya untuk mencari pegangan. Adams menerima uluran tangan Eve dan membantunya bangun. Dengan mata tertutup Eve menerima gelas berisi air dingin dan meneguknya perlahan sampai habis. Kemudian dia mengulurkan gelas itu pada Adams dan kembali pada posisinya semula. Adams berdiri dan beranjak dari ranjang Eve. Tapi Eve lebih cepat dengan tingkahnya.
Eve memeluk pinggang Adams dari punggung Adams. Kemudian Adams duduk kembali pada sisi ranjang Eve dan mengelus kepala Eve pelan. Setelah dia dapat memastikan Eve tidur Adams pun beranjak dari sana.
###
Makan malam tiba dan Eve juga sudah bangun. Dengan wajah yang masih lelah dia turun ke ruang makan. Di sana Adams sudah menunggu Eve. Dan lagi-lagi para pelayan tak ada dan ayah angkatnya juga tak duduk bersama Adams di kursinya.
“Para pelayan sekarang hanya datang pada jam delapan pagi dan pulang jam lima sore. Jadi setelah itu tidak ada yang akan melayani” ucap Adams seperti dapat melihat pertanyaan di benak Eve. Eve langsung duduk di kursi tanpa di suruh. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi.
“Aku tak pernah melihat ayah” ucap Eve.
“Apa aku sudah pernah bilang kalau ayah ada di Lux?”
“M, yeach”
Mereka kembali terdiam.
“Apa kau tidak ingin menanyakan tentang Ica?”
“Tidak. Aku malas membicarakan orang-orang itu. Pasti yang di bahas itu-itu saja” jawab Eve cuek.
“Setidaknya bagaimana reaksi mereka dulu saat kau meninggalkan mereka tanpa pamit” tawar Adams.
“Aku bukan orang istimewa yang perlu di elu-elukan” ucap Eve makin pedas.
“Kau tak ingin membicarakan apapun?”
“Tidak ada yang perlu di bicarakan” jawab Eve datar.
“Bagaimana hidupmu di sana?”
“Kau menanyakannya?”
“Iya,”
“Aku tidak ingin menjawabnya”
“Bagaimana perasaanmu setelah lama kau ada di sana?”
“Aku tidak ingin menjawabanya”
“Siapa di antara orang-orang di sana yang paling berkesan?”
“Tidak ada!”
“Dosen walimu juga tidak berkesan?”
“Dia hanya dosen”
“Bagaiaman dia mengajar?’
“Kau pernah kuliah? Seperti dosen walimu, seperti guru pada umumnya. Tidak ada yang istimewa. Hanya berbicara seolah dia tahu semua yang ada di dunia ini. Sama sepertimu yang selalu mengatur jadwalku dulu” setelah itu Eve beranjak dari ruang makan karena dia juga sudah selesai dengan makan malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karuma (END)
Teen FictionMungkin karma itu memang ada, atau mungkin memang tentu saja ada? Lalu kenapa karma harus ada? Memangnya apa itu karma? Apakah karma akan sesakit rasa sakitnya penyebab karma? Atau akan lebih sakit dari itu? ______^^__ Cerita berawal dari permusuhan...