Yunseong kacau, tentu saja. Pikirnya minhee betulan menerimanya, ternyata luka darinya untuk minhee dulu tak pernah hilang.
Mencari ke semua tempat, ke semua orang yang mengenal minhee. Tak ada yang mengetahui. Yunseong masuk ke kamarnya dengan wajah memerah.
Ia langsung pulang ke apartemen, tak mau kehancurannya dilihat orangtua. Padahal mamanya mengikuti diam-diam. Yunseong mendongak menatap wanita yang paling menyayanginya itu.
"Mama sama papa berusaha cari minhee juga, kalau perlu-"
"Nggak usah ma, minheenya nggak mau. Yunseong bisa apa, dia sendiri yang mau ninggalin yunseong"
"Mama nggak nyangka minhee begitu"
Anak tampannya menggeleng, "yang salah yunseong"
.
Ditempat lain minhee baru bangun kesiangan, ya capek karena sampai dinihari tadi. Ia ke rumah wooseok. Keluar dari kamar sudah sepi, hanya terdengar seseorang sibuk didapur.
"Eoh? Udah bangun hee?"
"Iya, ngapain kak?"
"Nasi goreng gak sisa hehe, aku masak lagi deh"
"Yaampun"
Jinhyuk sudah berangkat kerja, begitupun jinwoo yang sudah sekolah-masih tk kecil. Urusan kafe diserahkan ke orang buat minhee kagum.
"Kamu disini aja, kalau mau kerja ikut di kafe"
"Aku ada tabungan kak, masa tinggal disini. Bisa nyewa atau ngekost kok"
"Kakak maunya gitu. Mas jinhyuk juga manut, biar rumah lebih rame"
"Duh"
Sumpah, minhee sungkan sekali. Wooseok tersenyum sambil mengangguk padanya.
"Minhee, kamu udah yakin sama keputusan kamu?"
"...iya"
Iya kan? Lo tinggal disini terus lama kelamaan yunseong bakal hilang dari otak lo, ucap minhee kepada dirinya sendiri.
"Lebih pucet hee? Sakit?"
"Enggak deh kak. Tapi emang gimana gitu, mungkin capek perjalanan kereta"
Minhee teringat soojung lalu bergegas mengambil ponsel untuk mengabari. Juga meminta untuk merahasiakan dimana dirinya jika ada yang bertanya, siapapun.
.