Author's POV
Sekali lagi, (Y/n) menatap pantulan dirinya di cermin. Goresan-goresan merah tersebar di permukaan kulitnya. Yang paling tampak jelas adalah di bagian lehernya. Sebuah luka memanjang namun tidak terlalu lebar tercetak jelas di sana. Gadis itu menyentuhnya, sedetik kemudian ia langsung meringis karena tindakannya. Tidak mungkin ia menempelkan plester di sana. Namun, jika ia tidak melakukannya, luka itu cukup panjang dan jelas untuk menarik perhatian orang lain. Alhasil, gadis itu pun dilema.
Tetapi, kemudian (Y/n) berpikir lagi. Luka-luka itu entah berasal dari mana dan ia tidak tahu apa penyebabnya. Mereka selalu muncul tiba-tiba. Anehnya, luka-luka itu selalu muncul setelah (Y/n) bermain biola seorang diri di kamarnya. Biasanya, setelah ia latihan seorang diri, ia akan memilih untuk tidur karena hari juga sudah cukup larut malam. Keesokkan harinya, luka goresan itu sudah berada di permukaan kulitnya.
Tangannya memijat pelipisnya. Rasa pening seketika melandanya. Jujur saja, (Y/n) sama sekali tidak tahu apa yang terjadi belakangan ini. Ia tidak yakin jika luka-luka itu pernah muncul beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun yang lalu. Pemicunya adalah ketika ia berlatih biola di kamarnya. Namun, pada akhirnya semua luka itu tidak akan membuatnya berhenti bermain biola.
"Yosh! Aku harus latihan lagi!" Ia mengepalkan tangannya ke udara sambil berusaha melupakan luka-luka goresan di tubuhnya.
Agar tidak terlalu bising, (Y/n) mengecilkan volume televisi yang menyala di depannya. Kali ini ia tidak berlatih di kamarnya. Mungkin penyebab utamanya adalah jika ia berlatih di kamarnya sendiri. Jadi, (Y/n) pun memutuskan untuk berlatih di ruang tengah ditemani televisi yang menyala dengan volume suara yang kecil.
Masih sambil memainkan biolanya, (Y/n) memasang telinganya baik-baik. Mendengarkan suara yang dihasilkan oleh biolanya dengan perasaan tenang. Namun, seketika perasaan tenang itu buyar kala telinganya tak sengaja mendengar suara pembawa berita di televisi.
"Ditemukan seorang pria yang telah tak bernyawa di sebuah gang. Pada tubuh korban terdapat dua belas tusukan yang berada di sekujur tubuhnya. Polisi masih mencari tahu siapa pelaku dari tindakan yang keji ini."
(Y/n) diam sejenak. Berita itu memang tidak terlalu mengejutkan dirinya. Namun, anehnya ialah berita tersebut muncul di hari yang sama ketika luka-luka di bagian leher (Y/n) ada. Kebetulan? Mungkin ya.
Tidak ingin terlalu larut dalam pemikirannya sendiri, (Y/n) pun kembali melanjutkan memainkan biolanya setelah mengganti saluran televisi ke acara lain. Lagi pula, berita seperti itu bukanlah berita yang aneh dan jarang terjadi. Justru sebaliknya. Bahkan sering terjadi di tempat-tempat yang tak terduga sebelumnya.
Karena mood-nya telah berubah, (Y/n) memutuskan untuk berhenti memainkan biolanya. Ia sudah tidak memiliki niat untuk melanjutkannya. Mungkin ia akan melakukannya lagi nanti. Toh hari ini adalah hari Minggu.
(Y/n) mengecek ponselnya yang tergeletak di atas sofa. Ia memasukkan kode password lalu tampilan awal tertera di depan wajahnya. Manik (e/c)nya bergulir membaca setiap barisan nama yang ia jadikan sebagai teman di LINE. Ketika gadis itu hendak mencari nama Inumaki di sana, ia tidak menemukannya. Padahal seingatnya ia sudah memiliki ID LINE Inumaki di sana. Namun, ternyata tidak ada. Sepertinya (Y/n) hanya bermimpi dan mimpi itu kini tercampur aduk dengan realita yang ada.
Ia bersandar pada sofa. Menghadap ke arah langit-langit rumahnya sebelum memejamkan matanya. (Y/n) hanya ingin hari cepat berubah menjadi esok.
***
Sejak tadi, tatapan Inumaki tidak lepas dari gantungan kunci koala pemberian (Y/n). Gantungan kunci itu menggantung dengan manis di salah satu sisi tas biolanya. Memberikan kesan yang berbeda dengan sebelumnya.
"Konnichiwa, Inumaki-kun!"
Suara pintu yang digeser terdengar bersamaan dengan suara milik (Y/n) yang menyapa Inumaki. Hari ini mereka berlatih kembali di ruangan yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Mereka berdua tidak mengganti tempat latihan mereka selama ini. Selalu di ruangan yang sama dengan Inumaki yang selalu datang lebih dulu.
"Konnichiwa."
(Y/n) menghampiri Inumaki yang tengah berdiri sambil menatap ke luar jendela. Di samping lelaki itu, tas biola miliknya tergeletak di atas lantai.
"Kau memakai syal hari ini," komentar Inumaki. Awalnya ia tidak berniat mengatakan apa-apa tentang (Y/n) yang tiba-tiba memakai syal meskipun saat ini masih musim gugur. Namun, pada akhirnya komentar tadi terlontar begitu saja dari bibirnya.
"Ah, iya. Hari ini cukup dingin. Jadi aku memutuskan untuk memakai syal," dusta (Y/n). Bukan, bukan itu alasannya. Alasannya ialah karena luka goresan yang tak ingin ia tunjukkan pada siapapun itulah yang membuatnya memutuskan untuk memakai syal tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah.
Untuk mengalihkan pembicaraan, (Y/n) memanggil Inumaki. "Nee, Inumaki-kun."
Tentu saja, Inumaki menoleh ketika mendengar (Y/n) memanggil namanya. Di sampingnya, gadis itu terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu. Kedua tangannya saling memilin.
"Sebelum aku lupa, ada yang ingin kutanyakan padamu. Lebih tepatnya, ada yang ingin kuminta darimu," ujar gadis itu lagi.
"Apa itu?" Inumaki masih diam dengan posisi yang sama. Tatapannya tertuju lurus ke arah (Y/n) di sampingnya.
"Apakah aku boleh meminta ID LINE-mu?" (Y/n) mengatakannya dengan perasaan ragu. Namun, kemudian gadis itu menambahkan, "Aku janji akan berlatih dua kali lebih giat dari sebelumnya!"
"Boleh," sahut lelaki itu tanpa berpikir panjang dan hampir saja membuat (Y/n) berteriak kegirangan jika ia tak sadar dirinya sedang bersama Inumaki saat ini.
"Hontou?" (Serius?)
Inumaki mengangguk dan membuat (Y/n) cepat-cepat menyodorkan ponselnya pada Inumaki. Inumaki menerimanya. Lelaki itu mengetik beberapa huruf di kotak pencarian sebelum menambahkan namanya sendiri sebagai daftar teman di LINE milik (Y/n).
"Arigatou! Aku akan sering-sering menghubungimu." (Y/n) tersenyum lebar sambil memamerkan giginya yang tersusun rapi.
"Um."
Apakah ini kemajuan? Tentu saja, ya. Sambil memikirkan apa yang akan ia katakan pada Inumaki nanti, (Y/n) mulai berlatih dengan biolanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'When I See You ✧ Inumaki Toge
FanfictionKetika aku melihatmu, duniaku berubah. Seratus delapan puluh derajat. Kau berdiri di sana. Dengan biola di tanganmu yang ringkih dan alunan musik yang merdu kau mainkan. Namun, pada akhirnya, belum sempat aku sadar apa yang terjadi, sesuatu tengah m...