Chapter 4 - Just A Key Chain That Means Luck

362 75 73
                                    

Author's POV

Rona kemerahan tampak di wajah (Y/n) hingga ke telinganya. Tidak terlihat jelas, namun jika diperhatikan ia bisa melihatnya dengan jelas. Penyebabnya adalah kejadian kemarin di sepulang sekolah. (Y/n) mengingat bagaimana ia menggenggam tangan Inumaki dengan santainya. Namun, kini di saat ia mereka adegan kemarin di dalam kepalanya, ia malah merasa malu dan tentunya, jantungnya berdegup dengan kencang.

"Tenang, (Y/n), tenang. Ini hanyalah akibat dari pelepasan hormon adrenalin yang meningkat sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat dan menghasilkan pembuluh darah yang melebar. Maka dari itu, wajahmu memerah. Ya, karena itu." Ia meyakinkan dirinya sendiri tentang mengapa wajahnya memerah di depan cermin. Padahal, bukan hanya karena itu saja.

Namun, seketika pandangan (Y/n) beralih pada tas biola di sudut kamarnya. Gadis itu bangkit setelah duduk beberapa menit di depan meja rias. Namanya memang meja rias, namun tidak ada benda-benda bernama make up yang mengisi meja rias itu.

(Y/n) menyentuh sebuah ukiran dengan tulisan "(Y/n)" di atas tas biola itu. Bentuknya masih sama seperti beberapa tahun yang lalu saat ia pertama kali dibelikan biola itu oleh orang tuanya. Namun, mereka kini telah tiada. Dan hanya menyisakan bekas luka yang mendalam pada diri gadis itu.

Ditariknya napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan. Apa yang harus ia perhatikan saat ini bukanlah tentang masa lalunya yang kelam dan pahit. Masih ada hal lain yang lebih penting dan tentunya bisa membuat dirinya lebih bahagia.

Ya, lelaki itu.

***

"Nee, Inumaki-kun."

Inumaki yang sedang memakan roti di tangannya menoleh ketika ia dipanggil oleh (Y/n). Di istirahat hari ini mereka tidak berlatih biola. Hal itu terjadi karena permintaan (Y/n) yang tiba-tiba ia utarakan pagi tadi. Inumaki juga tak merasa keberatan. Maka, ia pun menurutinya.

"Omong-omong, sudah berapa lama kau bermain biola?" (Y/n) memasukkan nasi dan telur gulung ke dalam mulutnya. Ia masih menunggu jawaban Inumaki.

"Kurang lebih sepuluh tahun."

(Y/n) tersedak telur gulung yang masih berada di kerongkongannya. Gadis itu langsung mengambil botol air di sampingnya lalu meminumnya dengan tergesa-gesa. Setelah itu, ia masih terbatuk-batuk meskipun frekuensinya telah berkurang.

"Kau serius?! Sepuluh tahun?! Apakah kau bermain sejak umurmu enam tahun?! Lalu, apa yang membuatmu tertarik untuk bermain biola saat itu?!" (Y/n) menodong Inumaki dengan banyak pertanyaan. Tentunya, Inumaki tidak bisa menjawabnya seperti (Y/n) yang menanyakan semua pertanyaan itu dalam satu tarikan napas saja.

"Pelan-pelan, (F/n)," ucapnya.

"Benar apa kataku sebelumnya. Kau memang orang yang paling tepat untuk menjadi mentorku!" (Y/n) mengguncang-guncang bahu Inumaki. Tatapan matanya terlihat sangat bersemangat dan juga berbinar-binar.

"Sepertinya aku melakukan sebuah kesalahan yang fatal," gumam Inumaki pelan.

"Nani? Nani?"

"Iie. Bukan apa-apa."

(Y/n) melanjutkan memakan bento-nya dengan lahap. Ia melirik Inumaki yang tampak diam saja. Namun, ketika ia menoleh, sumpit di tangannya berhasil menjatuhkan sosis berbentuk gurita ke atas lantai. Tentu saja ia terkejut. Inumaki tampak tengah tertidur sambil bersandar pada dinding yang mereka jadikan sandaran. Surai platinum blonde-nya membingkai wajahnya.

 Surai platinum blonde-nya membingkai wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Maap burik kek yang ngegambar:"))

Seketika gadis itu tertegun. Mengagumi ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa di depan matanya itu. Mungkin ketika Tuhan sedang menciptakan Inumaki, Ia tengah tersenyum. Menandakan perasaan-Nya yang bahagia kala itu.

Ketika ia melihat Inumaki bergerak sedikit dari posisinya, (Y/n) langsung memalingkan wajahnya dengan panik. Rona merah menyelimuti wajahnya hingga ke telinganya. Jantungnya seketika berdetak dengan kencang. Khawatir jika Inumaki sadar (Y/n) memperhatikannya sejak tadi.

Namun, ternyata Inumaki tidak bangun. Lelaki itu masih tertidur dengan pulasnya. Setelah puas memandangi Inumaki, (Y/n) bangkit dari duduknya. Ia mendekati tas biola milik lelaki itu yang tergeletak di sudut ruangan. Melihat tas biolanya yang tampak polos dan tidak menarik, (Y/n) merogoh saku rok seragamnya. Ia mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk kepala koala dari sana. Tiga detik kemudian, gantungan kunci itu sudah menggantung dengan manis di tas biola milik Inumaki. Gantungan kunci yang sama dengan milik (Y/n) dengan pita yang membedakan antara miliknya dengan Inumaki.

 Gantungan kunci yang sama dengan milik (Y/n) dengan pita yang membedakan antara miliknya dengan Inumaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara kekehan keluar dari bibir (Y/n). Lalu, ia melebarkan senyumannya ketika melirik ke arah Inumaki yang masih tampak tertidur.

"Mulai sekarang, kau harus membawakan keberuntungan untuk Inumaki-kun ya, Koala-chan." Ia bermonolog kepada gantungan kunci berbentuk kepala koala itu.

Gadis itu hanya ingin memberikan sesuatu pada Inumaki. Sebagai tanda terima kasihnya selama ini.

***

"Tadaima."

Tidak ada sahutan dari dalam. Inumaki pun melangkah masuk ke dalam rumahnya tepat setelah ia mengucapkan salam. Ia menatap ke sekitarnya yang terasa lebih gelap daripada biasanya. Seperti dugaannya, rumahnya saat ini kosong. Orang tuanya sepertinya sedang pergi ke suatu tempat.

Kemudian ia berlalu ke dapur. Secarik kertas berwarna kuning yang ditempel di kulkas menarik perhatiannya. Ia pun membacanya sekilas. Setelah beberapa saat fokus untuk membaca, kemudian ia melirik ke arah jam dinding. Kedua orang tuanya tengah pergi ke pesta pernikahan adik ibunya. Mereka berencana akan pulang pukul sembilan malam. Itu artinya, masih ada empat jam lagi sebelum orang tuanya kembali.

Inumaki pun kembali ke ruang tengah. Menjatuhkan dirinya ke atas sofa. Wajahnya menghadap ke atas langit-langit rumahnya. Manik ungunya bersembunyi di balik kelopak matanya. Hari ini ia merasa cukup lelah. Yang membuat hari ini berbeda hanyalah ia tidak berlatih biola dengan (Y/n) saat jam istirahat. Entah apa yang membuat gadis itu memutuskan untuk cuti latihan hari ini.

Mengingat (Y/n), Inumaki membuka matanya dan menatap lurus ke arah tas biola di sampingnya. Manik ungunya menatap pada sesuatu yang menggantung di sana. Memantulkan cahaya sinar matahari senja.

Ia meraihnya, menatapnya sejenak, lalu wajah gadis itu berputar-putar di dalam kepalanya. Ya, karena hanya ada seseorang yang akan memberikan dan memasangkan gantungan kunci berbentuk kepala koala itu di tas biolanya.

***

Yo minna!

Mon maap kalo gambarnya burik🛐

Diriku kurang latihan dan mager untuk latihan. Jadilah seperti itu🚶‍♀️

Makasih banget kalian masih mau baca dan juga vomment cerita ini. Makin sayang deh UwU❤✨

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'When I See You ✧ Inumaki TogeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang