Author's POV
(Y/n) menatap kedua telapak tangannya. Ada goresan-goresan kecil berwarna merah di sana. Tidak terasa perih namun cukup terlihat jelas. Tak hanya berada di sekitar telapak tangannya, tetapi goresan-goresan itu juga berada pada punggung tangannya.
Ia sama sekali tidak tahu kapan dirinya melukai tangannya sendiri. Bahkan dengan luka goresan yang cukup banyak itu seharusnya ia sadar saat melakukannya.
Helaan napas keluar dari bibir (Y/n). Ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Hari sudah semakin siang dan sebentar lagi ia harus sudah masuk ke dalam kelasnya.
Semenjak ia bertemu dan mendengarkan permainan biola yang dimainkan oleh Inumaki, setiap pagi (Y/n) pasti pergi ke ruangan yang sama. Ya, hanya untuk mendengarkan alunan musik yang berbeda-beda di setiap saat lelaki itu memainkan biolanya.
Oh, juga untuk melihat lelaki itu yang tampak mempesona di bawah pantulan sinar matahari dari jendela.
(Y/n) menggelengkan kepalanya. Wajahnya tampak memerah samar. Lagi-lagi ia hanya menghela napas sambil menutup matanya. Berusaha mengabaikan detak jantungnya yang mulai menggila.
***
"Gerakan tanganmu masih terlihat kaku, (F/n)."
Fokus (Y/n) sontak teralihkan dari biola di tangannya. Ia menatap pada Inumaki yang tampak masih diam.
"Eh, benarkah? Padahal aku sudah berkali-kali merilekskan tanganku sendiri," ujar (Y/n). Ia menurunkan biola dari bahunya lalu mengepalkan tangannya dan membukanya kembali.
"Mainkan sekali lagi."
(Y/n) mengangguk. Lalu, ia menaruh biolanya di atas bahu kirinya. Matanya ia pejamkan sekali. Tangannya kanannya ia letakkan di atas biola bersama dengan bow di tangannya.
Suara yang dihasilkan dari biola itu mengisi keheningan di ruangan itu. (Y/n) yang tengah menghayati permainannya sendiri dan Inumaki yang sedang memikirkan sesuatu serta melihat bagaimana permainan (Y/n).
Setelah waktu berlalu sebanyak seratus lima puluh delapan detik, (Y/n) berhenti bermain. Lagu yang ia mainkan telah usai. Kini tatapannya tertuju pada Inumaki yang belum berkata apa-apa.
"Um, bagaimana? Apakah sudah lebih baik?" (Y/n) menyatukan kedua jarinya yang salah satunya menggenggam biola dan satunya lagi menggenggam bow-nya.
Inumaki masih belum mengatakan apa-apa. Lalu, kemudian ia mendekat pada (Y/n) yang membuat gadis itu tiba-tiba berdiri tegap. Manik (e/c)nya menatap lurus pada Inumaki.
"Tanganmu."
"Ada apa dengan tanganku?" (Y/n) menunduk menatap tangannya sendiri lalu ia menengadahkan kepalanya lagi dan menatap Inumaki.
"Luka goresan itu. Apa penyebabnya?" tanyanya.
"Oh, ini." (Y/n) menatap luka di telapak tangannya itu. "Karena aku sering berlatih belakangan ini, jadi sepertinya tanganku terluka. Ya, kurasa begitu," dustanya.
Perkataannya tadi tidak hanya membohongi Inumaki, namun juga membohongi dirinya sendiri. Fakta yang ada ialah dirinya tidak tahu dari mana luka itu berasal dan apakah penyebabnya.
"Ah, bagaimana permainanku yang sebelumnya? Apakah sudah sesuai dengan keinginanmu?" (Y/n) mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya. Sudah lebih baik. Namun, kau masih harus lebih sering berlatih. Hanya itu yang bisa kau lakukan."
Tiba-tiba saja (Y/n) menatap Inumaki dengan kagum. "Kau mengatakan lebih dari lima kata dalam satu kali bicara."
"Oh."
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'When I See You ✧ Inumaki Toge
FanficKetika aku melihatmu, duniaku berubah. Seratus delapan puluh derajat. Kau berdiri di sana. Dengan biola di tanganmu yang ringkih dan alunan musik yang merdu kau mainkan. Namun, pada akhirnya, belum sempat aku sadar apa yang terjadi, sesuatu tengah m...