Waktu berubah
Kita berubah
Seiring dengannya
---
Rahang Brahmya mengeras. Sejak jam empat pagi dirinya terjaga, melihat gulita disertai rintik hujan dan sapuan gelegar cahaya langit, kemudian bertransisi perlahan menjadi ketenangan yang sunyi. Warna langit nan pekat perlahan mulai dihiasi cahaya dengan warna-warna memikat, inilah yang disebut temaram pagi, biru muda, ungu dan orange lembut berpilin, mengubah langit yang semula gelap menjadi penuh warna warna lembut yang menenangkan.
Menenangkan?
Tak sadar dirinya menoleh ke samping dan wajah ayu Vlechia yang tengah tertidur pulas dilihatnya dihiasi senyuman. Sepertinya dia telah berhasil memberikan malam yang indah untuk sang tuan putri. Lelaki itu menghela napas dalam, sekarang Vlechia dalam genggamannya, dalam kekuasaannya dan sempurna menjadi miliknya. Jika boleh jujur, ini diluar rencananya semula. Pernikahan ini seharusnya tidak lebih dari transaksi bisnis, seharusnya dia bisa mengendalikan diri, tetapi Vlechia adalah anomali. Ternyata tidak mudah menghindari kepolosan dan kerapuhan seorang gadis. Brahmya merasa seperti penyamun yang jatuh hati pada tawanannya. Akankah ini baik, atau buruk? Terlebih hubungan ini terjalin dan terpilin karena arus hasrat, bukan karena cinta. Cintakah dia pada Vlechia? Apakah itu cinta?
Apakah cinta bisa dipelajari dan akan tumbuh dalam hatinya seiring berjalannya waktu? Setiap lelaki pasti bisa bercinta dengan wanita manapun yang mampu memicu gairahnya, tetapi untuk cinta, Brahmya tak mampu memberikan jawaban. Cinta dan bercinta adalah dua hal yang berbeda. Satu adalah cahaya, sementara yang lain adalah api. Yang satu menenangkan dan menghangatkan, yang lain membakar dengan cepat.
Perlahan dilepaskannya pelukan Vle pada tubuhnya, walau melihat kondisi sang istri nyaris membuatnya tak mampu menahan diri. Dengan kulit mulus dan langsat, serta bentuk tubuh ramping nan proporsional walaupun di mata Brahmya terlihat kurus dan ringkih, Vle tetap saja terlihat indah. Seperti boneka, kalau di jepang, makhluk cantik seperti ini biasanya menjadi fantasi nakal para Wibu. Brahmya mengenyahkan pikiran kotornya dan bersiap mandi, dia harus pandai menyusun kata-kata untuk memberitahukan kepada Ari Martadinata apa yang telah dilakukannya pada putri tersayangnya.
"Mohon maaf pak, saya sudah menjadi pagar yang merusak tanaman..."
---
Saat Vlechia membuka mata, dirinya bersirobok dengan tatapan tajam Brahmya, lebih menyebalkan lagi lelaki itu sudah rapi dan wangi mengenakan celana hitam dan kemeja putih yang begitu pas dengan tubuhnya, sebuah jam tangan patek philippe berwarna hitam yang begitu pas di pergelangan tangan. Vlechia mencium bau wangi dan Brahmya meletakkan nampan di nakas.
"Bubur ayam dari warung desa?"
"Ya, menu pagi adanya bubur ayam dan nasi uduk, makanlah dulu, sepertinya semalam aku keterlaluan..." Vle terkesiap saat jemari Brahmya menelusuri lengannya yang telanjang. Bilur kebiruan masih tercetak jelas disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
the Art of Life
RomanceTerkadang, apa yang telah kita rencanakan dengan matang dan sempurna, tak seperti yang seharusnya. Tuhan segala Maha. Saat manusia memghadapi kembali titik nol dalam kehidupannya, ada rasa untuk mengakhiri segalanya. Atau. memberi kesempatan pada di...