[Part 4] a Better place ~ Tempat yang lebih baik

1K 190 22
                                    

Apa yang kau suka

Belum tentu baik bagimu

Dan kadang

Apa yang tak kau suka

Justru menjadi penyelamatmu

---

"Tak apa jika sesekali kita merasa tidak baik-baik saja," melihat kondisi Vlechia yang cukup memprihatinkan, Brahmya membawa gadis itu ke kamarnya dan begitu melihat ukuran kamar yang super besar, nyaris menyamai luas apartemennya, juga isi walk in closet gadis itu, Brahmya menjadi maklum kenapa Ari Martadinata selalu mengatakan jika anaknya menderita 'sindrom tuan putri'. Meskipun Vlechia mungkin tidak terlalu menyadari keberuntungannya karena telah memiliki apapun yang diinginkannya sejak lahir.

Dibantunya gadis itu menghapus riasan wajah, ditunggunya saat Vlechia memasuki bathroom dan membersihkan diri, keluar dari pintu kamar mandinya, gadis itu sudah memakai piyama tetapi wajahnya masih pucat. Brahmya memberikan air mineral dan menanyakan apakah gadis itu ingin memakan sesuatu tetapi Vlechia menggeleng. Setelah menempatkan Vlechia di ranjang dan menyelimutinya, Brahmya menyeret sebuah kursi ke dekat ranjang dan menyampirkan jas yang dikenakannya di sandaran kursi sembari memeriksa suhu tubuh Vlechia.

"Kau tidak demam, tetapi aku yakin kau butuh sesuatu untuk dimakan, paling tidak kau harus memakan sup jagung itu..." Brahmya menunjuk mangkuk putih di nakas dan Vlechia mengangguk pelan.

"Nanti, setelah aku merasa agak baikan, sekarang rasanya perutku mual."

"Mungkin karena sejak tadi belum terisi makanan. Bagaimanapun juga, jangan sampai sakit karena terlalu banyak berpikir. Kau harus melupakan rasa sakit hati karena lelaki yang kau cintai menikahi temanmu itu. Aku tahu kau pasti merasa terpukul. Tetapi kau harus menanamkan di pikiranmu, sekarang yang terpenting bagimu adalah keluargamu. Betapa ayah dan ibumu sangat mencemaskan keadaaanmu dan juga kedua kakakmu. Josefh langsung memberiku kode untuk menghampirimu saat kau berbincang dengan kedua orang tadi. Dia berkata padaku untuk membawamu ke balkon dan aku baru tahu dia menyiapkan kembang api. Sebenarnya itu untuk dinyalakan tengah malam nanti..."

Vlechia tertawa kecil. "Dia memang selalu mengakhiri pesta dengan kembang api buatannya, sejak kecil dia terobsesi dengan ledakan di langit malam..."

Gadis itu tercenung,"Sebenarnya yang membuatku syok adalah Tiana. Bagaimana bisa dia bersikap begitu tenang dan seolah-olah apa yang dia lakukan adalah benar. Dia mengatur semua rencana keji itu, tetapi dia membuat semua orang percaya jika akulah yang bersalah dalam hal ini. Bukankah itu menakutkan? Dia bisa menghasut lelaki yang bertahun-tahun mengenalku dengan baik, berbalik membenciku. Selama ini, aku tidak pernah mengalami masalah dan saat mengalami hal seperti ini, aku merasa eksistensiku begitu rapuh. Sepertinya, tak ada orang yang mengenal seorang Vlechia dengan baik. mereka hanya percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar."

"Tidak seperti itu, kau memiliki keluarga yang baik. Sama seperti diriku, belum lama, saat aku merasa seluruh dunia tidak mempercayaiku, aku tetap memiliki keluargaku. Hal seperti itu yang harus kita syukuri. Keluarga adalah hal yang utama, diluar itu abaikan saja. Dengan cara itu kau bisa mempersempit masalahmu. Nah, setelah memakan bubur dan berkumur, tidurlah yang nyenyak, jangan pikirkan apapun."

Vlechia menatap Brahmya. "Lalu kau?"

"Aku?"

"Maksudku, kau akan tidur di mana?"

Brahmya menunjuk sofabed berwarna pink tak jauh dari jendela.

"Aku akan tidur di sana, karena tak mungkin aku tidur di kamar lain. Jika ada tamu yang melihat kita pisah kamar, maka ... kau tahu sendiri the power of mulut netizen..."

the Art of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang