~ Prologue ~

1.5K 173 3
                                    

Setiap pernikahan memiliki keindahan

Impian, harapan akan masa depan

Setiap pernikahan

Adalah tumpuan dari ribuan doa

Dipanjatkan kepada Sang Kuasa

Untuk dua sejoli yang tengah

Dimabuk asmara

---

Rumah megah terkesan elite dengan dominasi cat warna putih tulang itu selalu terlihat elegan. Pemiliknya hanya satu orang, Ari Rekyan Martadinata. Seorang konglomerat yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan konstruksi. Rumah tersebut sebenarnya lebih berfungsi seperti vila, dimana keluarga sang pemilik hanya sesekali singgah untuk berlibur dan menikmati waktu senggangnya. Hanya saja, kali ini rumah putih di lereng bukit tersebut tampak dihias meriah dengan aneka bunga, untuk merayakan pernikahan dua sejoli yang selama ini menjadi perbincangan hangat media-media online. Berita tentang pasangan Crazy Rich asal Surabaya yang kemudian akan bergabung secara sempurna untuk turut serta menyatukan Martadinata Group dan Hastapura Corporation.

"Mawarnya sempurna!" Vlechia Yasmin menatap tangga putar di tengah aula yang menghubungan setiap lantai bangunan, kini telah dihias dengan rangkaian mawar putih yang begitu indah, tak hanya wangi, kesan elegan dan lux sangat terasa. Terlebih bagian lantai telah dihiasi dengan karpet persia dengan dominasi warna gold dan perak. Luarbiasa, dan semua terlihat sempurna.

"Apa kau pernah mendapatkan yang tidak sempurna?" Tatiana Mayang memutar bola mata. "Seluruh kehidupanmu sempurna, aku bahkan lupa kapan kau pernah merengek dan menangis, ayahmu selalu memberikanmu apapun yang kau inginkan bahkan sebelum kau mengucapkan untuk memintanya..."

"Ayahku memang yang terbaik," Vlechia tersenyum. "Oh, Tiana, coba kau cubit aku, apakah ini nyata? Apakah pada akhirnya aku akan menikah? Setelah ribuan hari aku menunggu..."

Gadis itu menatap gaun pernikahan yang dipajang di tengah ruang, esok dia akan mengenakan gaun impian yang telah dirancangnya sejak lama itu. dia juga telah memastikan setiap lekuk tubuhnya terlihat sempurna untuk bisa menggunakan gaun tersebut.

"Aww, kenapa kau mencubitku begitu keras?" Vlechia mendelik kesal, Tiana tertawa.

"Aku hanya ingin membuatmu sedikit tidak sempurna dengan noda kebiruan di lenganmu..." ejek Tiana seraya menjulurkan lidah. "Tidak adil rasanya melihat kulitmu, seperti potongan kertas yang bahkan belum pernah digambari satu titik pun."

"Oh ayolah, kau tahu sendiri aku bahkan tidak berani memakan gorengan dan makanan lezat lain hanya untuk mendapatkan kulit seperti ini, belum lagi juice sayur yang setiap hari harus aku konsumsi. Kau jangan melihat hasilnya, Tiana. Kalau kau melihat prosesnya aku yakin kau akan muntah bersamaku. Ah, aku tidak melihat Indra Dharmawangsa bersamamu, jangan bilang kalian sudah putus?"

Tiana mengedikkan bahu. "Entahlah, kemungkinan dia berada di Jepang sekarang, dengan posisi jabatan yang dia idamkan di Gayo Tanaka Group. Empat bulan lalu dia berangkat dan sampai sekarang komunikasi kami tidak berjalan lancar."

"Tanaka? Tunggu sepertinya aku pernah mendengar nama perusahaan itu, bukankah perusahaan itu belum lama viral karena ada petinggi perusahaannya yang mati karena dibunuh? Mutilasi?"

"Ssshh, apaan sih Vle? Ingat kamu mau nikah, yang bagus-bagus aja kalimat yang keluar dari mulut, udah bahas yang lain saja!"

Vlechia mengangguk-angguk. "Duh, semoga besok cerah sampai seharian penuh, ya ampun, kenapa Raka belum datang juga sih?"

Gadis itu mencermati ponselnya dan tidak memperdulikan banyak orang yang sibuk hilir mudik mempersiapkan pernikahan megahnya yang akan dilangsungkan di desa terpencil itu. Suasana desa Randujati memang sempurna untuk acara pernihana spesial yang bertemakan keindahan alam. Suasana glamour dan modern telah menjadi suasana acara yang monoton bagi orang-orang di perkotaan. Suasana tradisional dan sejuk di desa seperti inilah yang lebih bermakna, apalagi keluarga Martadinata hendak menyelenggarakan pesta dengan suasana yang privat dan terbatas bagi kerabat dekat mereka. Rumah besar itu dikelilingi area persawahan dan perkebunan yang luas dan berlokasi tak jauh dari tempat wisata yang sedang ramai dibicarakan di kalangan netizen dunia maya. Seorang petani muda konon yang merancang #ViralFarming yaitu sebuah gerakan untuk mengundang para anak muda mengunjungi tanah pertanian dan perkebunan tiap akhir pekan untuk memahami tugas dan kegiatan para petani. Kegiatan Usaha Bersama yang dinamakan Gerakan Petani Muda itu terlihat semakin aktif dengan iklan gencar di sosial media yang mengajarkan gaya hidup sehat dan setengah vegetarian bagi kalangan muda masa kini yang dikenal menggemari makanan sampah atau junkfood. Slogan #InvestasiKesehatan juga digalakkan oleh komunitas itu untuk menarik konsumen dari kalangan muda untuk lebih perduli dengan kesehatan tubuhnya. Bekerja boleh, kesehatan jangan dilupakan.

Dari balkon kamarnya, Vlechia selalu mengagumi konsep yang diusung Gerakan Petani Muda tersebut. Konsep area persawahan yang asri dibuat aneka gubug unik diatasnya. Ya, di atas area persawahan sehingga bagian bawah sebagai area pertanian dan bagian atas digunakan untuk tempat makan yang begitu menyatu dengan kehijauan sawah. Terdapat jalan semacam jembatan kayu ringan yang menghubungkan antara setiap area gubug dengan area utama yang digunakan sebagai restoran. Sebenarnya tidak tepat juga disebut restoran atau cafe karena konsep uniknya yang mengusung dapur tradisional terbuka sehingga pengunjung dapat melihat secara langsung bagaimana para koki memasak menggunakan peralatan tradisional ala desa. Bahkan, sang pemilik menggunakan tungku kayu untuk memasak setiap hidangan khas tersebut. Tiana pernah mengajak Vlechia mengunjungi tempat makan itu beberapa minggu sebelum Vlechia memutuskan menggunakan vila milik ayahnya sebagai tempat pernikahan.

Konon, pemilik UB GPM adalah seorag lelaki yang memutuskan pensiun dan menghabiskan waktu di pedesaan.

"Mungkin dia setua Bob Sadino atau Hotman Paris..." Vlechia menggoyangkan kakinya di ranjang beralaskan bedcover berwarna babypink miliknya dan melihat Tiana masuk kamar sembari membawa beberapa gelas juice.

"Cuacanya agak panas walau sedikit mendung," Tiana meminum juice semangka miliknya dengan nikmat dan Vlechia hanya bisa memandang dengan iri. Juice brokoli, caysim dan tape yang di blend untuknya telah menunggu, yah walau rasanya seperti juice alpukat, tetapi isi dalam gelas berwarna cerah milik Tiana tetaplah menggoda.

"Apa? Pengen? Sebenarnya kau tinggal minum saja tanpa ragu kalau kau mau," Tiana menggoyangkan gelasnya.

"Tidak, tidak, aku akan meminum bagianku..." Vlechia menghela napas dan menatap jendela besar kamarnya yang menghadap area persawahan.

Setelah menghabiskan juicenya, dibantu Tiana, gadis itu mencoba gaun pengantinnya yang elegan.

"Awan mendung itu menggangguku..." gerutu Vlechia.

"Berharap saja kalau sore ini hujan deras hingga malam, esok akan tercipta hari yang cerah..."

Tetiba terdengar guruh menggelegar.

"Aku sebenarnya tidak pernah membenci hujan, tapi entah kenapa hari ini aku membencinya..." gadis bergaun putih itu memainkan rambut ikal indahnya dan menatap langit yang menggelap.

---

the Art of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang