[Part 6] Hide and seek ~ Petak Umpet

1.2K 190 26
                                    

Yang memahami

Kebenaran dalam hati

Hanyalah

Diri kita sendiri

---

Brahmya memperhatikan Vlechia yang tengah asyik mengeringkan rambutnya dengan hairdryer warna pink sambil menyenandungkan Cheap Thrills.

"Baby I don't need dollar bills to have fun tonight..."

Lelaki itu mendekat sembari tertawa. "Beneran bisa hidup tanpa duit?"

Vlechia menoleh dan berujar santai. "Selama ada kamu, selama aku dibolehin nebeng, makan, minum..."

Brahmya mendekatkan wajahnya ke leher Vlechia dan membuat gadis itu mengernyit sambil menghindar.

"Wah, kau memakai sabunku?"

"Mau bagaimana lagi? Sebenarnya aku agak iritasi memakai sabun standar yang kauberikan di kamar mandiku. Sabun mandi terkenal produksi Tokyo ini agak mendingan di kulitku. Aku juga terkejut mendapati sabun merk ini di wastafelmu. Kupikir kau menyukai produk khusus pria?"

"Kebiasaan waktu tinggal di Tokyo dulu, sabun itu bisa didapat dimana-mana. Jika aku menggunakan satu merk khusus sementara aku harus berpindah ke banyak tempat aku khawatir ada ketergantungan tertentu pada kulitku. Sekarang sih, pakai sabun batangan juga sudah biasa."

"Jangan, selama aku di sini, kau beli sabun ini saja. Ini sangat menolongku di saat tak punya uang sepeserpun untuk bertahan hidup."

Brahmya berdecak dan mengambil sebuah kursi untuk duduk di samping Vlechia. "Kenapa pakai hairdryer? Waktu rambutku gondrong sekalipun aku lebih suka udara yang mengeringkannya. Cara alami akan membuat rambutmu lebih kuat, dan saat usia mendekati kepala empat nanti bisa terhindar dari uban."

Vlechia menatap Brahmya. "Benarkah?"

Lelaki itu mengangguk, "Karenanya aku pakai konsep outdoor untuk bathroom, harusnya setelah mandi kau duduk-duduk sebentar menganginkan tubuh dan rambutmu. Seperempat jam juga kering dan tubuhmu terkena sinar matahari pagi yang sejuk. Kalau dulu, itu tidak mungkin kulakukan karena harus ke kantor jam tujuh tepat. Sekarang aku biasa mandi memakai sabun batangan biasa."

Tetiba Brahmya menatap onggokan baju di depan pintu kamar mandi dan menatap Vlechia. "Jangan lupa cuci baju sendiri yah, nona manis. Baju kotor letakkan di ruang laundry."

"Ye harusnya kasih keranjang rotan di situ, biar sementara taruh situ baru nanti pas waktu nyuci bisa sekalian, biasanya si bibik di rumahku begitu. Tapi baju yang beneran kotor nggak usah dicuci sih, langsung diberesin untuk dimanfaatkan ART aku, ada yang dijual lagi sama mereka..."

"Hei, ingat, kehidupan kamu udah beda dengan yang dulu. Tidak ada uang, artinya tidak beli baju selama tiga bulan kedepan, karena itu, rajin-rajin cuci bajumu sendiri!"

"Tapi..."

Brahmya berdecak kesal. "Aku sudah mencucikan bajumu beberapa hari kemarin, aku memaklumi Tuan Putri belum bisa memakai mesin cuci. Tetapi sekarang nyaris seluruh peralatan rumah tangga sudah kutulisi bagaimana cara penggunaannya termasuk mesin cuci, mesin pembuat kopi dan kompor. Papaku pasti tertawa terbahak-bahak kalau melihat itu, aku harus mikir gimana cara jelasin ke beliau nanti dan jika ada pertanyaan lanjutan mengenai orangtuamu."

"Baik-baik, akan aku coba laundry sendiri. Lalu, apa yang akan kau katakan kepada ayahmu masalah keluargaku?"

"Cukup mudah, ayahmu agak kurang merestui karena itu dia membuangmu ke rumahku, bukankah itu cukup masuk akal? Sehingga sementara waktu papaku tidak mencoba menghubungi ayahmu."

the Art of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang