09. Kejut Ribut

41 10 23
                                    

"Di pelajaran diajarkan kalau :
Cahaya akan memantul pada permukaan halus.
Dan di kehidupan ini, segala kejahatan lo sama gue juga bakal memantul balik. Sebab selain kulit halus, gue juga punya hati bagus."

_Cute Simpanse_


※※※※※※※※※※

"Bang, hp gue ketinggalan."

"Kebiasaan. Coba cek apa lagi yang ketinggalan biar sekalian ambilnya."

Kirana menggeleng, "itu doang."

"Yaudah, tunggu."

Amar meninggalkan Kirana untuk kembali lagi menuju parkiran mobil. Kirana sendiri menunggu sambil di dekat gerbang parkir, mengamati biji-biji pohon beringin yang berserakan di pelataran.

Hari masih pagi tapi terhitung cukup siang untuk jam sekolah. Karena kurang dari 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Maka tak heran jika lapangan parkir dan latar depan SMA Gandari mulai sepi dari gerombolan siswa.

Kirana larut dalam pikirannya hingga tak menyadari derap langkah yang mendekat. Ia baru menyadari adanya bahaya ketika tubuhya hampir menabrak tiang lampu, setelah seseorang sengaja mendorongnya dari belakang.

"Wah, wah, wah! Nggak nyangka gue, hari pertama masuk sekolah langsung di sambut cewek kegatelan."

Kirana berbalik dan menemukan tiga siluman betina tersenyum mengejek padanya. Freya, Fafa dan Fera. Para biang kerok pembualiannya yang baru bebas dari masa skorsing.

"Masa leha-leha lo kelar, cewek! Saatnya lo rasain akibat ngelawan kita." Fafa berujar penuh kedengkian.

Kirana mendengus. Tangannya bergerak mengambil tisu basah dan mengibas serta mengelap bahunya yang terkena tangan Fafa. Seolah membersihkan kotoran.

"Gue udah peringatin elo buat jauhin Amar, tapi ternyata lo dungu. Nggak ngerti bahasa manusia." Freya menghunuskan tatapan tajam pada Kirana.

"Jangan sok ngajak ngobrol gue, deh. Kalian orang-orang nggak penting."

Kirana melempar bekas tisu pada tong sampah di dekat mereka. Dia berbalik pergi. Tak lagi perduli dengan pesan Amar yang menyuruhnya menunggu. Biar saja, toh, nanti Amar akan mengantarkan padanya. Kirana tak mau menggadaikan ketenangan batinnya dengan meladeni para siluman betina yang haus belaian.

"Heh! Urusan kita belum selesai!" Jerit Fafa jengkel. Dia bergerak maju, meraih rambut Kirana. Menjambaknya kencang hingga Kirana mengerang kesakitan.

"Lepasin gue!"

"Kalau gue nggak mau, lo bisa apa emang?" sinis Fafa mempererat cengkraman.

Fera dan Freya yang menyaksikan itu tersenyum puas. Di sekolah ini siapa saja yang berani melawan mereka pantas di perlakukan seperti itu. Apalagi bagi mereka yang tidak tahu diri berani mendekati pemuda pujaan Freya.

Mereka menarik Kirana ke balik mobil terdekat dan membuat Kirana tersungkur di hadapan Freya.

"Cepet minta maaf sama Freya atau lo bakal terima yang lebih dari ini!" Bentak Fera mendorong bahu Kirana dengan kakinya. Ke tiga gadis itu tertawa pongah, puas melihat ketidak berdayaan Kirana.

Kedua tangan Kirana terkepal erat, dia bangkit mengabaikan rasa perih di lutut. Kedua mata Kirana sudah memerah, menatap sengit pada Freya.

Gak bakal gue biarin perempuan attitude bagong begini masuk di kehidupan Abang!

Terdengar suara langkah mendekat. Ada beberapa siswa yeng lewat. Tapi begitu megetahui di sana ada Freya dan gengnya, mereka hanya melirik sekilas tanpa berani ikut campur. Mereka tak mau ambil resiko berurusan dengan Freya yang di ketahui sebagai keponakan kepala sekolah. Itu membuat Kirana mendengus sebal.

Tied UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang