※※※※※※※※※※
"Yuhuu ... mommy Polar Bear, your daughter is here!!" teriak Kirana menubruk Sabilla. Zeta yang sedang menikmati susu kotak di sampingnya memutar mata malas.
Sengaja Kirana memukulkan raketnya mengenai lengan Zeta, membuat gadis itu tersedak kaget.
"Kualat tuh! Nggak bagi-bagi sama gue, sih," ledek Kirana. Zeta mendelik jengkel ketika susu kesayanganya malah tercecer di seragam.
"Lo baru selesai latihan tapi masih ada tenaga buat ngajak ribut Zeta?" Sabilla menyela sebelum pertikaian terjadi diantara mereka.
"Hehe nggak ada. Ini lemes banget," Kirana langsung menyender manja di bahu Sabilla. Dia tersenyum riang menerima asongan botol minum dari Zeta dan melayangkan ciuman jauh. Membuat gadis yang kali ini meng-high light rambutnya dengan warna pink itu bergidik jijik.
"Abang belum keluar ya?"
"Bentar lagi palingan," jawab Sabilla.
Ketiganya sedang berada di pinggir lapangan. Sebenarnya tadi hanya Sabilla yang duduk di sana menunggui Kirana hari ini berlatih bulu tangkis. Tapi Zeta yang kelas tata boganya di undur malah menyusul. Katanya sambil menunggu jemputan. Dan benar saja tak lama kemudian bel pertanda berakhirnya jam tambahan berbunyi. Perlahan lapangan mulai ramai oleh siswa kelas XII.
"Bentaran lagi kenikmatan pemandangan para kakel ganteng nan bening-bening ini akan lenyap." Zeta kembali meracau. Matanya enggan berkedip, bergerak lincah men-scane makhluk-makhluk jantan yang seliweran di lapangan.
"Tenang, Ze. Kita kan masih punya stok dede ganteng."
"Bener sih. Tapi kan demage Kakel beda, Ki," desahnya lalu mendadak menatap penuh minat pada Kirana yang sedang mengeluarkan bungkusan dari tas. "Btw lo seriusan, ngerestuin Kak Amar sama cewek di kantin siang tadi?"
"Lah, emang dia minta restu? Perasaan cuma minta akrab sama gue doang," jawab Kirana melempar satu batang coklat pada Zeta lalu menawari Sabilla. Gadis itu menggeleng singkat. Ah, dia lupa! Sabilla memang tidak menyukai coklat.
"Kan maksudnya mah tetep ke arah sono juga, nona Kirana," jelas Zeta gregetan. "Lo beneran ngasih tiket lolos, nih?"
"Nope. Dia udah mines di mata gue."
"Karena coklatnya gak enak?" tebak Zeta ngasal.
Kirana menggeleng, kembali menggigit batang coklat gratisannya. "Dia bohongin gue. Ngaku deket tapi masih salam-salaman, mana dititipin gue lagi. Di kira gue staff JNT apa?"
"Widih... seru amat kayaknya? Lagi pada goshtingin orang nih pasti."
Ethan nimbrung, begitu pun yang lainnya. Mereka semua otomatis duduk membentuk lingkaran. Tatapan Sabilla dan Amar sempat bersibobrok, namun tak ada reaksi apapun selain senyum tipis yang nyaris tak terlihat andai Amar tak jeli.
Judes dan irit ekspresi seperti biasa.
"Lagi ghibahin siapa nih? Sampe sajennya coklat mahal gini."
"Dih, siapa pula yang lagi ghibah? Dosa tahu. Kita cuma lagi ngobrol cantik sambil nge-review kelakuan orang aja," sahut Kirana membagi-bagi coklat yang tersisa.
"Jiah, review. Kaya lagi endorsan aja, Neng."
Kirana mengangguk, "Emang kok. Buktinya ini coklat gue dapet dari cewek cantik yang naksir Abang gue."
Amar nyaris tersedak ludahnya sendiri. Dia menatap lurus pada Kirana--bukan, tepatnya gadis di sampingnya yang masih menunduk menatapi ipad.
Dia, bukan lagi marah kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Tied Up
عشوائيKisah kita itu bagai jaring. Saling bertautan, menyimpul salur dalam gurat takdir yang tak terbaca. Dipublikasikan @ Juni 2021 ∆∆∆∆∆∆ > Dilarang keras memplagiat, meng-copy paste sebagian atau keseluruhan cerita. > Dilarang dan mohon untuk tidak men...