8.

3 1 0
                                    

"Mau ikut denganku?" tanya Jongdae mengagetkan Abel yang tengah asyik melamun menatap kosong jalanan di depan sana.

"Ohh oppa," ujar Abel terkejut. Matanya mengikuti gerak langkah Jongdae yang datang menghampirinya. "Kau datang?"

Jongdae menggumam, "Aku mampir sebentar untuk sarapan. Kau tahu, kopi Minseok hyung memang yang terbaik!" lanjutnya mengangkat jempol tinggi-tinggi dan tersenyum lebar. Perutnya sudah dipuaskan oleh makanan buatan Minseok.

"Daripada melamun tak jelas di sini, lebih baik kau ikut aku ke agensi, eottae?"

"Aku ke agensi ngapain?"

"Lakukan sesukamu. Bebas. Toh di rumah juga kau tidak melakukan perkerjaan apapun."

"Tak melakukan pekerjaan apa pun?" serang Abel. "Asal oppa tahu, aku selalu datang ke bistro untuk membantu Minseok oppa di sana."

"Hyung sudah banyak karyawan di sana. Kau tidak membantu sehari pun, bistro itu akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Kajja! Anggap saja cuci mata. Kapan lagi bisa bertemu artis semudah itu?" goda Jongdae.

Abel memutar bola matanya malas. "Ucapanmu terkadang sangat menyebalkan oppa! Sama seperti Junmyeon oppa."

"Karena kita adik kakak!" timpal asal Jongdae diiringi tawa kerasnya. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak.

Jongdae menyeka air mata yang keluar dari matanya setelah melihat perubahan pada ekspresi wajah Abel.

"Kajja.. Kajja!" ujar Jongdae menarik tangan Abel. "Cepat ganti baju dan aku akan minta ijin pada Minseok hyung."

Abel menuruti perkataan Jongdae. Gadis mungil itu berjalan menuju kamarnya dan berganti pakaian. Tak butuh waktu lama baginya untuk bersiap.


"Oppa kajja!"

Perpaduan antara Long sleeve coat denim dengan kaos putih di dalamnya dan celana jeans hitam, tampak begitu sempurna dikenakan saat musim panas seperti ini. Jika di Indonesia, Abel selalu memakai hoodie ke mana-mana dan hampir tidak pernah tertinggal, lain ceritanya saat ia berada di sini. Akan terasa aneh jika ia tetap menggunakan style tersebut di musim panas di negara ini. Abel sangat yakin dirinya akan jadi pusat perhatian atau mungkin di anggap orang aneh jika ia tetap menggunakan hoodie ketika berkeliaran di luar rumah.

"Kau tak sibuk eoh sampai-sampai mengajak Abel ke agensi?" tanya Minseok menyesap kopinya.

"Tentu saja sibuk!" jawab Jongdae. "Tunggu oppa di mobil eoh," perintahnya ke Abel begitu melihat ekspresi wajah Minseok yang sangat ia kenali.

Abel menurut. Gadis itu meninggalkan keduanya.

"Abelie bukan anak kecil lagi, hyung," ujar Jongdae saat punggung kecil milik Abel tak terlihat lagi oleh matanya. "Lagipula, agensi itu bukan milik orang lain, melainkan milikmu dan Junmyeon hyung juga!"

"Biarkan dia bermain, toh gadis itu juga jarang sekali berkunjung ke sini," tambah Jongdae melihat Minseok yang tetap duduk dalam diam sambil memainkan sendok mengaduk-aduk kopinya.

"Hanya saja aku -"

"Dia adikmu, hyung!" potong Jongdae cepat. Ia sudah tahu kalimat apa yang nantinya akan keluar dari mulut kakak sepupunya itu. "Walau kalian beda ayah tapi tetap hyung, Abelie adalah adikmu! Atau jangan-jangan kau malu untuk mengakuinya?" tanya Jongdae mendadak sengit. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Minseok yang sulit ditebak.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang