2.

6 2 0
                                    

Lelaki berwajah manis itu menghempaskan tubuhnya yang lelah ke atas sofa besar dalam apartemennya. Ia baru saja sampai setelah selesai melakukan konser tur-nya di Bangkok.

"Ahh.. nyaman sekali.." gumamnya mencari posisis ternyaman untuk tubuhnya.

"Yaa! Baekhyun-ah! Yaa!" guncang sang manajer ke tubuh lelahnya.

Laki-laki manis bernama Byun Baek Hyun itu menggeliat malas. "Biarkan aku istirahat sejenak, hyung. Aku sangat lelah. Sungguh."

"Aku hanya ingin mengingatkan, sore nanti jam 5, kau ada pemotretan."

Baekhyun menghembuskan nafas kuat-kuat. "Tak bisakah aku istirahat seharian?" protesnya. Ia rasa tubuhnya benar-benar remuk. Tulang-tulangnya seakan mau lepas dari persendian.

Sang manajer menatapnya iba. Lelaki itu tak bisa berbuat banyak. "Itu jadwal terakhir. Setelahnya kau bisa beristirahat untuk pulihkan tenaga. Besok jadwalmu akan sangat padat."

Baekhyun tersenyum tipis mendengar setiap kata demi kata yang keluar dari mulut manajer barunya. Lelaki manis itu memutar tubuhnya membelakangi sang manajer yang perlahan ia ketahui telah meninggalkan apartemennya. Lelaki berparas manis itu kembali merubah posisi tubuhnya. Mata kecilnya menatap langit-langit yang putih bersih. Satu hembusan nafas sudah bisa menjelaskan bagaimana keadaannya saat ini.

'Minseok hyung, bogoshipeo,' batin Baekhyun sebelum matanya benar-benar terpejam.

***

"Kau sudah makan?" tanya Minseok yang sibuk mengosok-gosokan handuk ke kepalanya mengeringkan rambut. Lelaki itu baru saja selesai mandi.

Abel yang tengah asyik menonton drama, langsung memutar kepalanya ke arah asal suara dan mengangguk. "Kakak baru selesai mandi? Sudah makan?" tanyanya mengikuti pergerakan sang kakak.

Minseok duduk di sebelah Abel. Tak lama kemudian ia mendengus, "Berhenti menonton drama!"

"Waeyo?"

"Hidupmu jadi kebanyakan drama, adik kecil," ujar Minseok mengacak-acak rambut Abel sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kak, geumanhae! KAKAK!!"

"Bilang apa tadi? Kakak? Aisshh anak ini! OPPA! Oo..ppaaa!"

"Shireoyo! Aku akan tetap memanggilmu 'kakak'!" ujar Abel tak mau kalah. Gadis itu bersedekap tangan menatap sengit Minseok.

"Ahh.. arraseo.. Terserah kau saja!"

Abel tersenyum penuh kemenangan. "Kakak sudah makan belum?" ulangnya.

Minseok menggeleng.

"Mau aku buatkan sesuatu?" tanya Abel

Minseok mengerutkan keningnya. Ia menatap Abel tak percaya, "Kau bisa masak?"

Abel mengangguk pasti, "Iya semenjak -" kalimatnya terputus, gadis itu dengan cepat menggelengkan kepala seolah bicara pada diri sendiri. "Aah.. aku bisa masak tapi hanya sebatas makanan Indonesia saja. Jika kakak mau makanan Korea, besok ajari aku bagaimana cara memasaknya. Atau kalau kakak sibuk, aku akan belajar sendiri dan setelah itu aku akan buatkan untuk kakak."

Minseok tak menanggapi ucapan yang panjang lebar Abel. Air muka gadis dihadapannya ini mendadak berubah. Ada sesuatu hal yang gadis itu sembunyikan darinya.

"Kakak tak suka ya? Baiklah, aku akan lihat ini terlebih dahulu, setelah itu baru akan memasaknya untuk kakak," monolog Abel mengutak-atik layar ponselnya mencari referensi masakan yang akan ia masak untuk Minseok.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang