10.

3 0 0
                                    

Di sebuah bistro yang hampir mendekati jam tutup, ada tiga lelaki cukup tampan dan satu gadis di antara mereka, tengah menikmati makan malam bersama. Minseok, sang pemilik bistro juga menyuruh seluruh pegawainya pulang setelah selesai menyiapkan makanan untuk mereka berempat. Beberapa di antaranya ada yang bersikeras untuk menunggu dengan dalih ingin membersihkan bistro sebelum pulang. Mereka tahu benar, sang pemilik adalah pecinta kebersihan dan kerapihan. Tak ada satu pun yang terlewat dari inspeksi Minseok atau mereka harus bersiap menerima amukannya.

Minseok tersenyum cukup lebar saat mendengarnya. Ia tak pernah menyangka seluruh pegawainya akan sedetail itu melakukan pekerjaan. Ia juga tak ingin di cap sebagai sosok bos yang kejam.

Namun untuk hari ini, Minseok memberi mereka pengertian. Untuk beberapa hal, mereka mendapatkan pengecualian.

Dentingan sendok dan sumpit yang saling beradu, membuat meja yang di tempati mereka berempat cukup berisik. Ditambah lagi dengan suara Jongdae yang cukup keras, mereka yang hanya makan berempat serasa satu keluarga besar tengah berkumpul.

Disela-sela makan malam bersama, beberapa kali ponsel Abel berbunyi menandakan panggilan masuk. Meski enggan menjawabnya di tengah makan bersama seperti ini, sebuah nama yang muncul pada layar ponselnya cukup membuat ia terkejut. Dahinya mengerut. Abel terdiam cukup lama menatap layar ponselnya. Ada apa? Tumben sekali lelaki itu menghubunginya.

"Teleponmu berdering terus, tidak mau mengangkatnya, Abelie?" tanya Jongdae menyumpit tangsuyuk. Lelaki itu tampaknya sedikit terganggu dengan suara berisik yang ditimbulkan oleh ponsel Abel.

Abel ragu. Ia enggan menjawabnya. Gadis itu tak ingin keluarganya yang di Korea tahu masalahnya. Tanpa disadari Abel, Minseok yang tengah menggulung Gogigui dengan daun selada diam-diam memperhatikan seluruh gerak-gerik Abel.

"Kau bisa keluar sebentar untuk mengangkatnya," ujar Minseok sebelum menyumpal mulutnya dengan daun selada yang sudah diisi daging tersebut.

Sedikit mengunyah, Minseok melanjutkan kalimatnya. "Jangan biarkan orang tersebut khawatir karena panggilannya tak kunjung dijawab."

Abel terdiam sebelum akhirnya mengangguk dan keluar meninggalkan meja. Ia berjalan menjauh agar tak seorang pun dari mereka bertiga dapat mendengarnya.

Dua panggilan terlewat begitu saja. Ada apa? Apa ada hal penting sampai ia di telpon berkali-kali? Kali ini apalagi?

"Kenapa lama sekali menjawabnya? Kau sibuk?" oceh suara laki-laki diseberang sana saat panggilannya tersambung.

"Ya, aku sibuk. Ada apa?"

"Ahh.. begitu rupanya. Sorry."

Tunggu sebentar. Abel tidak salah dengar, bukan? Maaf? Lelaki di seberang sana meminta maaf padanya?

"Baiklah, aku akan cepat karena kau sedang sibuk," lanjutnya. "Dengarkan aku! Mulai sekarang kau berhati-hati dengan Kris."

"Kris? Kak Kris?"

"Iya. Kris! Entah berapa banyak laki-laki bernama Kris yang kau kenal tapi ku mohon berhati-hatilah dengan pemilik nama tersebut. Oke?"

Abel diam seribu bahasa. Lagi-lagi nama yang tak ingin ia dengar, kembali menyeruak masuk ke dalam pendengarannya.

"Bel? Abel? Halo? Kau masih di sana? Kau mendengarku?" berisik lelaki di seberang sana.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang