7.

5 1 0
                                    

"Kau ini kenapa? Bisa diam tidak?!" keluh lelaki bermata panda ini yang fokusnya sedikit terusik oleh lelaki bertubuh tinggi menjulang seperti tiang listrik.

Kris, lelaki yang tingginya menjulang seperti tiang itu tak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya melempar pandangan ke arah lawan bicaranya. Lelaki itu menatap tajam lalu mengabaikannya lagi. Ia terlalu sibuk dengan ponselnya.

"Berhentilah berusaha!" oceh lelaki bermata panda itu lagi. "Dan kau sungguh mengganggu konsentrasiku, bung!"

Tanpa banyak bicara, Kris meneriakkan namanya penuh penekanan. "HUANG ZITAO!"

"Oke.. Oke.. Aku diam. Silahkan dilanjutkan lagi kegiatan sia-siamu itu!" ujar lelaki yang lebih akrab di panggil Tao menunjukkan gerakan tangan seolah mengunci rapat bibirnya.

Belum lama Tao mengalihkan pandangannya dan berfokus pada games, Kris langsung berpindah tempat. Sepertinya panggilan lelaki itu dijawab oleh seseorang di seberang sana.

Tao sungguh tak peduli dengan apa yang tengah dilakukan oleh senior sekaligus sahabatnya itu. Ia pun sibuk dan tenggelam dengan games di depan matanya ini.

Bertepatan dengan kalahnya Tao pada permainan yang tengah ia mainkan, Kris kembali setelah menyelesaikan percakapan yang menurut dirinya sia-sia. Kris melempar asal ponselnya ke meja dan menghempaskan tubuhnya tepat di samping Tao dan tentu saja dengan wajah yang tidak enak untuk dilihat.

 Kris melempar asal ponselnya ke meja dan menghempaskan tubuhnya tepat di samping Tao dan tentu saja dengan wajah yang tidak enak untuk dilihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tao mengangkat satu sudut bibirnya, "Sudah ku katakan bukan? Berhenti melakukan hal yang sia-sia!"

Kris mendecak kesal, "Tapi aku masih menyayanginya!"

"Namun kau mempermainkannya, dan kau tidak lupa akan hal tersebut bukan?"

"Aku dijebak!"

Tao mengambil stik PS nya lagi, bersiap untuk bermain. "Itu urusanmu, bung! Aku tidak ingin ikut campur, tapi aku paling tak suka melihat perempuan menangis dan kau paling tahu tentang itu."

Mendengar kalimat panjang Tao, kini Kris yang menaikkan garis bibirnya seakan mengejek. "Apa sekarang hubungan kalian sudah baik? Apa kalian sudah bisa menerima satu sama lainnya sebagai saudara tiri?"

Kris tahu benar apa yang terjadi pada Tao. Ia juga enggan mengusiknya. Hanya saja terkadang Kris senang sesekali menjahili Tao dengan keadaan yang lelaki bermata panda itu miliki.

Tao melanjutkan permainannya. "Hentikan omong kosongmu itu! Dan terserah kau mau menanggapinya seperti apa. Berpikirlah semaumu!" tanggapnya tanpa menoleh.

Kris tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Tao. Sejenak lelaki itu mungkin lupa kalau dirinya sangat kesal saat ditolak tadi. "Jika aku berhasil mendapatkannya kembali, kau akan jadi adik iparku, bung!"

"Terserah!" jawab Tao datar, sedatar wajahnya yang kini sibuk dengan permainannya.

Di detik berikutnya secara tiba-tiba, Kris bergelayut manja di lengan Tao memasang muka memelas. "Bantu aku bawa dia kembali, ya?"

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang