"Christaaabeeelllll..."
Begitulah suara lengkingan yang mengayun dari lelaki yang hobinya berteriak itu menggema seisi ruangan. Bahkan saking kerasnya, suara tersebut terdengar samar-samar masuk hingga ke dalam kamar Abel. Dan tentu saja hal tersebut sedikit mengusik sang pemilik kamar yang masih sibuk bermain-main di alam mimpinya.
Terkadang Abel berpikir, apa kedua orang tua kakak sepupunya ini, om dan tante, memberikan pengeras suara sebagai makanan sehari-hari? Abel sangat yakin, bahkan pengeras suara yang sering ia dengar pun bisa kalah kerasnya dengan suara milik kakak sepupunya ini.
"Yaa! Abel-ah! Ireona! Abel! Christabel! Yaa! Yaa!" guncang lelaki itu sekuat tenaga.
Abel frustasi. Gadis itu bahkan sudah menarik selimut dan memejamkan matanya, berpura-pura tidur saat ia mengetahui siapa yang memasuki kamarnya.
Kim Jongdae. Itulah nama lengkap lelaki berisik itu yang memiliki senyum menawan namun mematikan. Siapa yang tidak akan jatuh terpesona padanya? Ditambah ketika lelaki itu melempar senyum manisnya. Seketika dunia mendadak berubah seperti bunga sakura yang bermekaran di musim semi bagi siapa saja yang melihatnya.
Menurut Abel, Kim Jongdae adalah lelaki yang paling manis yang pernah ia temui dan ia kenal. Gadis itu juga pernah berandai. Andai saja mereka tak mempunyai hubungan darah, kemungkinan besar ia pun akan jatuh cinta dengan lelaki lembut itu pada pandangan pertama.
"Abel-ah! Yaa! Ireona! Open your eyes!" rengek Jongdae masih terus mengguncang tubuh Abel.
Abel pun tak mau kalah. Gadis mungil itu juga berusaha mengabaikan Jongdae. Ia biarkan guncangan demi guncangan yang terjadi pada tubuhnya tanpa memberi respon sedikit pun agar lelaki usil itu cepat pergi dan dirinya dapat melanjutkan tidur.
Tujuan dirinya pulang ke rumah sang kakak adalah karena ia ingin bermalas-malasan tanpa harus digangu atau disuruh ini dan itu. Namun Abel sepertinya harus mengubur dalam-dalam keinginannya tersebut. Jongdae sama sekali tak berniat untuk membiarkannya tidur sampai matahari mencium pantatnya. Lelaki itu terus merengek dan memanggil namanya tiada henti.
"Abel-ah.. ayo bangun! Apa kau tak merindukan oppa-mu yang manis ini, eoh?" oceh Jongdae yang merangkak naik ke atas kasur lalu memeluk erat tubuh mungil Abel dan menggusal manja.
Abel menyerah. Ia terpaksa membuka kedua matanya dan menatap tajam kakak sepupunya itu, "Yaa! Oppa! Menyingkirlah! Kau berat tahu!" omel Abel berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Jongdae.
Bukannya dilepas, Jongdae sengaja mempererat pelukannya, "Aku ini merindukanmu tahu."
"Oppa jebal! Lepaskan!"
Belum sempat Jongdae membuka mulutnya, tiba-tiba ada suara agak berat datang menginterupsi. Suaranya memenuhi kamar Abel.
"Cepat lepaskan pelukanmu! Apa kau ingin membunuhnya?" perintah lelaki berkulit putih seperti susu masuk ke dalam kamar Abel dan memukul pantat Jongdae terlebih dahulu.
Lelaki tersebut adalah Kim Junmyeon, kakak laki-laki Jongdae. Lelaki yang mempunyai selera humor yang sangat payah namun berkharisma ini selalu jadi 'hero' untuk Abel dalam segala hal. Semua keinginannya selalu dituruti tanpa bilang kata 'tidak'. Bukankah itu terlihat sangat keren?
Jongdae berdecak lalu melepaskan pelukannya pada Abel.
"Kau ini, tak pernah tak usil padanya! Bantu Minseok hyung sana!" omel Junmyeon duduk di pinggiran kasur Abel.
Jongdae mengerucutkan bibirnya dan berlalu meninggalkan kamar Abel. Walaupun terkenal sangat usil, lelaki itu akan diam dan tak pernah melawan apalagi sampai membela diri jika Junmyeon sudah mengomel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
Teen FictionSore itu, di sebuah taman, duduk sepasang anak kecil, di mana salah satu di antaranya tengah sibuk mengikat sesuatu di jari anak yang lain. "Kata eomma, jika mengikatkan benang merah di antara jari yang lain, maka selamanya akan terhubung. Oleh kare...