BAB : 3 PERTARUNGAN

517 10 0
                                    

Pendekar brewok itu bangkit sambil menggerakkan kedua telapak tangannya di dada dan mendorong sesuatu ke arah Suro Gendeng.

"Hiiaaaahhh... !!'

Suro Gendeng sudah bisa membaca apa yang dilakukan pendekar brewok itu. Sebuah serangan tenaga dalam yang sangat dahsyat mengalir dari telapak tangan si Brewok ke tubuh Suro Gendeng yang refleks miringkan tubuhnya sehingga sasaran meleset hantam pohon besar di belakangnya.

"Wuuuuzzzz !!"

"Brukkk!!"

Suro Gendeng tidak bisa menganggap enteng serangan Brewok yang mulai menggunakan ajian dan tenaga dalam. Dengan kapak naga api  ditangan, Suro Gendeng melompat dan ayunkan pusakanya ke arah tubuh Brewok.

      "Hiiiiaaaaattt!!"

      "Wuuuuuzzzz!!"

      "Glegerrrr!!!"

      Sinar biru yang sangat kemilau itu meluncur dari kapak maut naga api di tangan  Suro Gendeng. Terdengar ledakan keras hingga menggugurkan batu dari atas bukit ketika cahaya biru itu berbenturan dengan ajian dari pendekar Brewok.

      Sungguh luar biasa ajian Brewok mampu menandingi kesaktian kapak maut naga Api. Namun begitu tubuh pendekar Brewok yang tak kuat sehingga harus hangus terbakar. Saat pendekar Brewok itu lemas tak berdaya, Suro Gendeng menebas lehernya hingga terpotong dan terlempar ke dasar jurang. Kini Suro Gendeng telah bebas dari rintangan. Ia sekarang telah benar- benar menjadi seorang pendekar dengan pusaka kapak maut naga api.

****
Di suatu tempat dekat dengan benteng kerajaan terlihat banyak orang berkerumun sambil beryetiak- teriak. Suro Gendeng yang telah berhasil turun dari gunung tertarik untuk mendekat dan melihat.

Seorang pemuda dengan pakaian lusuh dan ikat pinggang dari kulit ular berjalan mengelilingi sebuah arena yang dibuat dari papan kayu dan dikitari bambu seluas 20 x 20 meter persegi. Pemuda itu berkali- kali memukul alat musik bende keliling arena sambil berteriak.

"Ayo ..ayoo..kumpul para pendekar untuk bertarung. Tunjukkan kehebatan kalian dalam pertarungan hari ini..ayoo..siapa yang paling hebat.. Datanglah..." kata pemuda itu. Tentu saja woro- woro itu didengar siapa saja yang berlalu.

      Terlihat kerumunan orang yang ada di sebuah tanah lapang sedang bersorak dan ada atraksi. Atraksi bela diri yang dilakukan oleh anggota perguruan Bangau Terbang untuk mencari calon pengawal istana.

Untuk pemanasan, penyelenggara pertarungan yang juga guru perguruan silat Bangau terbang Kebopait menyuruh anak buahnya berlaga di tengah arena. Panjul dan Soreng bertarung. Mereka yang mewakili perguruan Bangau Terbang mulai adu ketangkasan. Tapi kurang menarik perhatian karena mereka tak sungguh -sungguh.

Disaat itulah terlihat oleh seorang penonton yang tampaknya penasaran dan ingin memamerkan kesaktian di atas arena.
Pendekar itu langsung melompat ke tengah arena membabat dua orang murid Kebopait dengan pedangnya.
  
        "Hiiiiiaaaaatttt!!"

        "Crass!! Crass!!"

Tanpa ampun dua pendekar muda itu terkapar dengan kaki terpotong pedangnya. Suro Gendeng yang melihat dari jauh langsung terhenyak kaget  Tapi Kebopait sang guru silat Bangau Terbang merasa sangat bertanggung jawab hingga menyingkirkan dua orang muridnya yang terluka dari arena.

Kebopait yg bertanggung jawab terhadap serangan itu akhirnya turun tangan melihat muridnya dibunuh dengan sadis.

"Bedebah !! Mau cari binasa kamu ya"
"Yah. Aku memang mau cari mati. Siapa yang bisa membunuhku ? Ayo kalian semua maju melawan aku" kata pendekar bertopeng harimau itu.
Penonton yang datang mulai emosi melihat kesombongan pendekar topeng Macan. Tapi masih tertahan oleh perlawanan Kebopait.

"Hiiiaaattt!!"
'"Hiaaaahhh!!"
"Aww,!!"
Kebopait tampak keteter hingga beberapa langkah mundur. Bajunya robek kena sabetan pedang Topeng Macan.

"Ha ha ha ha...ayoo..jangan panik. Hiiaaahhh!!" kata pendekar sombong itu sambil bersalto dan membabat kepala Kebopait yang terlempar keluar arena. Saat itulah muridnya menahan serangan Topeng Macan dengan siku rangannya yang dengan cepat menyodok pundak Topeng Macan. Spontan para murid Bangau Terbang marah menyerbu Topeng Macan yang telah membunuh kawan mereka.

Kembali Topeng Macan melompat kebelakang disusul belasan murid Kebopait yang bersiap dengan pedang di tangan.
"Serbuuuuu!!!"
Senang sekali Topeng Macan menghadapi para murid Kebopait yang hanya berbekal emosi. Sekali ia melompat maka tebasan pedangnya mampu menjatuhkan lima pemuda murid Kebopait.
Kebopait yang sudah keteter terpaksa mantek aji Bolosrewu untuk melawan Topeng Macan. Topeng Macan bukan sembarang manusia. Matanya yg tajam bisa memilah mana lawan sesungguhnya ketika muncul ribuan orang yang mirip Kebopait.

" Hiiiiaaaaahhhh!!!"
Satukali sabetan pedang Topeng Hitam telah menewaskan kepala perguruan Bangau Terbang, kalau tidak datang seorang pendekar muda dengan kapak mautnya.

Suro Gendeng dengan sabetan kapak maut 131 ditangannya telah menyedot kekuatan dari pedang maut Topeng Macan.

" Heeeaaaaahhhh!!!"
" Heit! Heit!!"
" Wuuuuaaaah"
Topeng Macan harus menghentikan kesombongannya saat pedang di tangannya patah kena gempur kapak maut Suro Gendeng. Surogendeng terus mendesak mana kala tubuh Topeng Macan terhuyung- huyung ke belakang.

"Ayooo terus bunuh aku atau aku akan membunuhmu." tantang Topeng Macan kepada Suro Gendeng. Sebenarnya Suro Gendeng enggan membunuhnya. Tapi karena lawannya sudah berniat membunuh hingga Suro terpaksa mengerahkan  ajian Bayusaketi.

      "Hiiiiaaaaatttt"

      "Duuuaaaaarrrr!!"

    Ledakan yang sangat dahsyat terdengar menggelegar dari tangan Suro Gendeng ketika kilatan cahaya biru itu terpancar menggempur tubuh Topeng Macan.

       "Hancurkan!!" teriak penonton yang kesal.

       " Mampuussss!!"

     Tubuh Topeng Macan yang sudah lemas dan terlempar hingga beberapa depa ke belangkang mencoba untuk bangun dan melawan ketika Suro Gendeng menggempur dengan Bayu saketi lagi.

      "Hiiiaaaaattt!!"

Tanpa ampun Suro Gendeng melompat dan berjingkrak jingkrak seperti orang gila menggempur lagi dan lagi.

       "Hiiiiaaaaattt  hiiiaaaatt"

Topeng Macanpun lebur hingga tak berbentuk. Penonton mulai bersorak girang. Terutama Kebopait yg telah diselamatkan oleh Suro Gendeng. Pendekar setengah baya itu ikut melompat gembira ketika Topeng Macan roboh dengan tubuh hancur dan tercium bau daging gosong yang menyengat.

Tentu saja penonton yang sudah berdesakan di sekeliling panggung mulai kenal dengan pendekar muda dengan kapak mautnya yg terselip dipinggang bermata dua. Suro Gendeng mulai terkenal dan cukup disegani. Namun begitu ada seorang pendekar yang penasaran ingin mencoba kekuatan Suro Gendeng. Ken Abang yg kemudian melompat ke tengah arena berhadapan dengan Suro Gendeng.

Ken Abang yg tadi melihat sendiri bagaimana Suro Gendeng menghancurkan musuhnya dengan Bayusaketi cukup memberi hormat sambil mundur selangkah. Suro pasang kuda-kuda dan selipkan kembali kapak mautnya ke pinggang.

Tanpa kata -kaya tangan mereka maju saling pukul dan menghindar. Adu kekuatan antara kaki dan tangan yang sangat dahsyat hingga keduanya terpental oleh pukulan, tendangan dan serangan tenaga dalam.

Ken Abang tersuruk kebelakang hingga bersalto dan jatuh pada tumpuhan satu tangan. Sedang Surogendeng terguling hingga bersalto dan bangkit dalam posisi kuda-kuda.

Ken Abang geleng kepala melancarkan serangan kembali. Kali ini Suro Gendeng menyambut sambil menggunakan tenaga peringan tubuh terbang. Tapi Ken Abang malah menariknya keluar dari arena dan lenyap dalam kabut.
Siapa Ken Abang sesungguhnya ? Kenapa ia dan Suro Gendeng lenyap dalam kabut ? Ikuti lanjutannya dlm episode berikutnya. Jangan lupa vote dan komentar.

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang