BAB : 9

122 3 0
                                    

Suro Gendeng tidak mau serakah untuk mengambil satupun dari pusaka yg ada di dalam kamar istana Lemah Putih. Suro sudah puas memiliki 3 roh pendekar sakti yg masuk di dalam kapak serta cincin batu giok yg dipakainya. Biarlah pusaka itu diperebutkan mereka yg menginginkannya. Namun begitu Suro yg berhasil keluar dari gerbang istana Lemah Putih tetap berhadapan dengan para begal yg menginginkan pusaka.

" Ha ha ha ha. tunggu dulu. Mana pusaka yg kau dapat dari istana Lemah Putih ?" tanya begal yg menghadang Suro di pintu pertama.

" Aku tidak mengambilnya. Pusaka banyak di dalam." jawab Suro.

" Ah tidak mungkin. Semua orang memburu pusaka dan tidak ada yg selamat, kamu bisa selamat berarti kamu sudah ambil pusaka itu! Mana dia ?!!" kata begal itu sambil menggerayangi tubuh Suro Gendeng dan menemukab kapak yg terselip di pinggangnya. Namun Suro cepat melesat dan terbang melintasi kepala para begal itu hingga keluar dari keroyokan mereka. Tentu saja para begal itu hanya terkesima melihat kehebatan Suro yg seperti setan saja melepaskan diri dari kepungan para pendekar.

" Bunuh dia !" teriak begal itu sambil melompat mengejar Suro yg berdiri diatas dahan pohon besar. Suro memang bukan lawan mereka yg ragu dan takut masuk ke dalam istana Lemah Putih yg kosong.

Kalau para begal itu memiliki ilmu tinggi pasti bernyali untuk masuk ke dalam istana Lemah Putih yg dijaga ribuan setan berbentuk binatang dan mayat hidup. Buktinya banyak pendekar yg mati dan terlempar masuk jurang jadi santapan binatang liar. Suropun kembali melompat ke atas tebing terjal darimana ia datang.

***

Namun begitu, dunia tidak ramai kalau tidak ada orang yg arogan dan sewenang- wenang seperti yg saat ini dijumpai Suro Gendeng. Beberapa orang petani berlari tunggang langgang mencari perlindungan, sesan beberapa yg lain jatuh bangun dihajar oleh dua orang laki2 bersenjata golok. Orang itu memukul dan menangkap beberapa gadis remaja dan dipaksa diikat dan dinaikkan ke punggung kuda.

" Toloooong...ampuuunn!!" teriak seorang petani yg anak gadisnya dipaksa oleh mereka untuk dijadikan tumbal. Suro Gendeng tentu saja langsung melompat menghadang orang2 arogan itu sambil menendang dada mereka.

" Buk buk !!"

" Kurang ajar ! Kamu mau cari mampus ya !! Hiiiaaatt !!" kata orang itu sambil bangkit membacok tangan Suro Gendeng. Suro tak cukup hanya mengelak karena merasa ada getaran pada kapak mautnya. Artinya yg dihadapi bukan sembarang orang.

" Trang !! Trang !!"

Orang berpakaian prajurit itu tertegun ketika goloknya tak mampu melukai kulit tubuh Suro Gendeng yg kebal. Karena itu ia kemudian mulai waspada dengan mengerahkan tenaga dalam. Lalu kedua orang itu menyerang Suro Gendeng dengan ajian yg mereka miliki. Serangan mereka berupa badai pasir yg menyembur ke tubuh Suro dengan dahsyatnya. Dan ketika itu kapak Suro melesat dari pinggang memancarkan cahaya kemilau dan kobaran api yg mampu membakar benda apapun yg terbias. Badai pasir lenyap disusul dengan jeritan pilu dari prajurit2 itu yg tubuhnya hangus tinggal kerangka. Ternyata mereka tidak cuma dua orang. Dari kejauhan terlihat derap kaki kuda yg mengantarkan puluhan prajurit menuju Suro Gendeng.

" Tahan dulu sobat, sebenarnya kalian ini siapa dan kenapa menyiksa para petani yg tidak berdosa ?"

" Aku penguasa bumi ini. Aku berhak menyiksa dan membunuh mereka yang tidak patuh dengan perintahku. Kamu pengin mati berani melawan kami ? Hiiiiaaahhh !!" teriak para prajurit itu sambil menyabetkan pedang ke tubuh Suro Gendeng. Suro Gendeng bahkan tertawa terbahak- bahak mendengar ucapan mereka.

" Ha ha ha..aku juga berkuasa dan berhak mabuk memusnahkan kalian"
Kata Suro sambil menenggak tuak yg dibawanya dalam botol.

Pertarungan itu jadi ricuh karena Suro malah tertawa sambil menenggak botol miras. Dan lawannya sangat bingung ketika  Suro Gendeng berjoget sambil menyanyi dan tertawa saat mereka mengerahkan tenaga gaibnya.

     " Ha ha ha ha hi hi hi hi hu hu hi hi...cah mbolotok nganggo katok digondeli..ha ha ha " demikian Suro mengelak dan mendatang ketika badai pasir itu lenyap karena pacaran sinar dari kapak Suro Gendeng.

       " Hiiiiaaaahh !!!"

       " Wwuuuuuzzzzzx !!"

     Suro tidak kesulitan kalau hanya berhadapan dengan prajurit biasa. Serangan pedang yg membabat tubuhnya bagaikan debu yg dibawa hembusan angin lalu. Suro Gendeng melompat memutarkan kapaknya yg bercahaya itu cukup membuat puluhan lawan yg mengeroyoknya berjatuhan terkapar di tanah tak berdaya. Suro Gendeng kemudian melesat terbang dan menginjakkan kakinya diatas genteng rumah penduduk.  Prajurit yg berjumlah dua puluh lebih itu hanya berdiri terkesima karena mereka telah kena serangan totok jari tangan Suro Gendeng yg menghentikan aliran darah tubuhnya.  Warga desa itupun bersorak gembira melihat kemenangan Suro Gendeng.  Mereka berbondong - bondong memukuli para prajurit yg berdiri seoerti patung tudak beegerak di sepanjang jalan desa.

     " Hayooo mampus kamu"

     " Hajar saja..ambil pedangnya..lucuti kolornya"

     Usai mengusir para prajurit yg tak berdaya itu mereka mengerubungi Suro Gendeng menghaturkan terima kasih .

      " Terima kasih kisanak. Kalau tidak ada kisanak apalah jadinya desa ini. Tinggallah di desa kami den biar desa kami tidak disatroni rampok tiap hari" kata warga desa yg telah ditolong Suro Gendeng. Namun begitu warga desa merasa belum nyaman jika Suro pergi meninggalkan desa itu karena suatu waktu perampok tetap datang  sejak raja iblis menguasai wilayah bawah bukit Wilis .

    

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang