BAB : 6 BUKIT KERA

320 6 0
                                    

Perjalanan Suro menembus belantara dan bukit sepanjang pantai selatan pulau Jawa berjumpa dengan banyak kejadian. Diantaranya ketika melihat sekelompok orang yang sedang berkerumun di depan sebuah goa Rongkop yang terkenal angker karena dijaga makhluk halus yang suka memangsa manusia. Lalu kenapa mereka malah berkumpul di area itu, Suro Gendeng jadi penasaran ingin cari tahu. Ternyata langkah Suro Gendeng malah terhadang oleh tiga pendekar yg menghunus pedang melompat ke hadapannya.

"Ayo..kembali mundur dari area ini atau kupenggal lehermu" tantang pendekar itu.

"Aku akan balik mundur asal kamu kasih tahu..ada apa sebenarnya di dalam goa Rongkop ?"

"Aaah..sudahlah..ini bukan urusanmu..minggirlah..ayoo balik kamu atau kutebas dengan pedang ini"

"Di dalam goa itu ada banyak pusaka yang sedang diperebutkan oleh pendekar dari mana- mana Suro. Sudahlah tak perlu ikut bertarung" kata Nilam yang kini berada dalam kapak nagaraja.

Suro hanya mengangguk dan membatin jika benar apa kata Nilam lebih baik balik kanan urungkan langkahnya menuju goa Rongkop. Namun baru saja ia membalikkan tubuh, maka sebuah serangan dari arah belakang membuat Suro harus meliukkan tubuh untuk menghindar.

"Hiiiiiaaaahhh!!!!"

'"Euuuuuzzzz!!!"

"Brukkk!!!!"

Dua orang lawan Suro yang menebas pedang terkena pukulan keras tenaga dalam hingga terjungkal. Sedang lawan yang dari belakang selamat karena melompat ke atas dahan pohon mahoni sambil tertawa melihat kapak yang terselip di pinggang Suro Gendeng.

" Ha ha ha ha...ini yang kucari selama ini. Kau ternyata Suro Gendeng pemegang kapak maut 131 nagaraja. Ayohlah..serahkan saja kapak itu padaku, maka kamu akan kubiarkan lewat jalan ini hidup- hidup Suroo.." kata pendekar yang kini bertengger diatas ranting mahoni.

Tapi kata pendekar itu membuat dua orang yg terjungkal malah berlari ketakutan karena mereka dengar Suro Gendeng bukan pendekar sembarangan.

Suro Gendeng hanya naikkan alis sambil tersenyum menanggapi pendekar di ranting pohon mahoni. Pendekar itu dengan sangat mudah turun ke tanah seolah terbang rendah menyambar kepala Suro dengan tongkat kayu ditangan.

"Heiiiittt!!"
"Bruaakkk!!" tongkat di tangan pendekar itu menyambar sebatang pohon besar dan patah karena Suro mampu mengelak dengan kayangkan tubuh hingga kepala menyentuh tanah. Tapi pendekar tongkat itu penasaran dan balik menginjakkan kaki ke dada Suro dan..ia malah terbanting dengan tongkat terlepas dari tangan terpukul oleh kaki Nilam yang tak sabar keluar dari dalam pusaka membantu Suro. Pendekar tongkat terlempar dan tersandar pada batu besar dengan mata terbelalak kaget.

"Kamu ??" teriak pendekar tongkat yg terkejut melihat Nilam yang cantik itu pernah ia lihat di dalam pertarungan pendekar pedang. Lalu dari mana ia tiba -tiba berada di tempat itu menyerangnya.

"Pendekar pedang maut !!" teriak beberapa orang di mulut goa yg ikut menyaksikan pertarungan itu. Si pendekar tongkat sudah kepalang tanggung mau merebut kapak pusaka milik Suro tentu malu jika mundur dari arena. Ia bergegas memungut tongkat dan kembali menyerang Suro dengan tenaga api yang memutarkan tongkatnya.

"Hiiiiiiaaaaaatttt!!!"
"Aaaauuww!!"

Laki2 tua dengan emosi tinggi itupun terkapar dengan kepala terpenggal pedang Nilam yg menebas dengan sangat cepat. Tentu saja pandangan itu membuat para pendekar sekitar goa Rongkop mundur teratur dan merinding. Mereka telah mendengar kemasyuran nama dewi pendekar pedang di dunia persilatan. Dia bukan manusia biasa. Dia adalah siluman atau manusia setengah setan yang bisa menghilang. Dan setelah itu mereka berbisik satu sama lain setelah dewi Pedang tiba- tiba lenyap masuk kembali ke tempatnya bersembunyi di kapak maut 131 milik Suro Gendeng. Suro Gendeng dengan tenangnya melangkah menuju mulut goa Rongkop yang terletak diatas tebing yang menjorog ke laut. Jalan setapak di sisi tebing itu tak menyulitkan bagi Suro Gendeng melintas dan masuk ke dalam goa. Sedang para pendekar yang berderet antri mau masuk saling meledek karena tak mudah bagi mereka yang masuk ke dalam goa keluar masih hidup. Suro bisa melihat tebaran mayat para pendekar yang telah gagal melewati ujian berat bertarung melawan setan penunggu goa.

"Wuuuuuuzzzzzzz!!!!" sebuah hembusan angin sangat kuat dari dalam goa telah melemparkan seorang pendekar yg baru masuk mendahului Suro Gendeng. Suro benar -benar mulai tahu apa yang harus dilakukannya saat masuk ke salam goa. Pukulan tenaga Brajamusti yg sangat kuat biasanya disertai dengan gelombang yang dahsyat. Pendekar yg terlempar keluar langsung terguling masuk ke dalam jurang.

Suro Gendeng melompat masuk dan berditi dibalik stalagmit di sisi goa. Benar juga ketika sebuah batu sebesat gajah terdorong dari dalam goa melompat keluar hingga membuat deretan pendekar di luar goa mengira Suro sudah tertabrak dan masuk jurang. Ternyata Suro malah duduk bersila di mulut goa sambil menyatukan telapak tangan di dada dan mata terpejam.

" Wuuuuzzzzzzz!!!"

" Blaaammmm!!"

Suro akhirnya harus berhadapan dengan seekor kera yang sangat besar dan menggenggam godam sangat besar menyerangnya. Suro melompat ke samping sambil mengayunkan kapak mautnya menghantam kepala kera itu.

"Hiiiaaaatttt!!!"

"Aaarrrrkkkk..." kera siluman itu hilang tanpa bekas setelah tubuhnya terpukul oleh mata kapak maut 131 yg sangat sakti. Kembali ada bayangan manusia yg melesat ke sisi gelap dan menghantam Suro Gendeng dengan tenaga dalam yg luar biasa. Suro hanya bisa pejamkan mata dan kirim ajian jimkukut pemusnah setan
yang sangat ditakuti semua dedemit.

"Wuuuuuzzzzzzx"

Mendadak Suro Gendeng seperti terbangun dari pingsan dan berhadapan dengan seorang laki2 buta yg mencengkram pundaknya.

"Surodiro!! Ha ha ha ha....anakku." kata orang buta itu

"Guruu!!" teriak Suro setelah melihat orang yg sedang ia lawan adalah si Mata Malaikat. Gurunya. Si Mata Malaikat telah melihat apa yang telah dialami nya selama dalam perjalanan hingga memaksanya ingin bertatap muka.

     "Aku tahu engkau telah bertarung melawan iblis Kadhita yang akhirnya kau bunuh. Terima kasih Suro, wanita iblis itu seharusnya mati setelah menebar dosa kepada seluruh orang kecil. Dia dan ayahnya yang dikenal sangat kejam sangat sakti hingga ditakuti banyak pendekar. Ayahnya pendekar Buntung telah kubunuh." kata pendekar buta itu sambil tertawa menenggak miras buatan sendiri.

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang