BAB : 8 CINCIN BATU GIOK.

125 3 0
                                    

Perjalanan Suro Gendeng sudah sampai di punggung Bukit Menoreh menyusuri lereng terjal menuju sebuah benteng istana Lemah Putih. Tempat makam raja Mangku Jagad yg kosong karena ditinggalkan istri cantiknya Btari Durga si pendekar Terate Biru yg konon menjadi sakti bila bisa membunuh setiap lelaki yg jatuh cinta padanya. Btari Durga yg sangat cantik dan telah berumur 300 tahun itu menikahi semua raja di Tanah Jawa dan membunuhnya usai bercinta satu tahun. Raja Mangku Jagad adalah suami terakhir yg dibunuh wanita itu yg kemudian ia pergi entah kemana. Istana Lemah Putih yg nangkrak terkubur hutan belantara itu diduga menyimpan ratusan pusaka yg diperebutkan oleh banyak pendekar.

Dalam perjalanan yg tidak mulus itu Suro harus berhadapan dengan banyak lawan yg bertujuan sama ingin mendapatkan pusaka di dalam istana Lemah Putih. Dan jalan satu- satunya yg ada di depan mata Suro sudah dijaga lebih sepuluh orang yg berpakaian seperti prajurit kerajaan.  Suro melangkah maju menghampiri mereka dengan sangat sopan.

     " Kalau boleh tahu, apakah ini jalan menuju desa Kaliyuyu kisanak ?" tanya Suro sambil membungkukkan badan tanda hormat kepada mereka.

     " Iya betul. Tapi saat ini sudah kututup ! Kalau kamu mau kesana, urungkan saja, daerah ini sudah jadi milikku, dan ditutup untuk umum." kata salah seorang pendekar yg bertubuh tinggi besar dan brewok.

       " Tapi saya akan pulang kampung ke daerah itu kisanak. Mohon ijinkan saya lewat." kata Suro memohon.

        " Kamu ini kok ngeyel. Aku bilang kamu pergi sana, ayo pergiii !!" kata orang itu sambil memukul Suro dengan gagang golok.  Ternyata Suro Gendeng dengan mudah mengelak dan pendekar itu malah jatuh terdorong oleh tenaganya sendiri.

      " Brukk !!"

Hal itu tentu sangat mengejutkan yg lain untuk melawan Suro Gendeng yg ternyata bukan orang biasa.  Mereka ikut menyerbu Suro dengan golok di tangan yg dielakkan Suro dengan mudah. Suro tidak mau melukai mereka, cukup melesat diatas kepala para penjaga jalan itu dan terbang dari pohon satu ke pohon yg lain dan masuk jalan tengah hutan itu tanpa rintangan yg berarti.

      " Gilaaa  mau kemana kamu ? Itu jalan buntu !!" teriak pendekar2 itu sambil menahan langkah karena tak mungkin mampu mengejar Suro yg sudah lenyap dari pandangan. Mereka hanya bisa terkesima ketika melihat gerakan Suro seperti setan saja menerobos hutan belantara. Suro Gendeng tak mau buang waktu hanya untuk bertarung melawan orang2 yg tidak berilmu.  Dari atas tebing yg sangat terjal Suro bisa melihat betapa jalan dibawah sana telah berderet para pemburu pusaka atau orang yg ingin menyaksikan kematian sahabatnya terlempar dari pintu gerbang istana Lemah Putih. Merinding Suro menyaksikan di tepi benteng istana itu adalah jurang yg sangat dalam tempat puluhan bangkai manusia yg gagal masuk ke dalam istana. Tentunya para pendekar itu bukan sembarang orang bisa masuk ke dalam istana Lemah Putih.  Tetapi jika mereka terlempar mati ke dasar jurang, pasti mereka telah bertarung dengan pendekar yg sangat sakti di dalam istana itu. Pikir Suro Gendeng yg kini telah berdiri diatas lembah.

      Dengan ilmu peringan tubuhnya, Suro berhasil menuruni tebing hingga mencapai gerbang istana tanpa harus berurusan dengan para begal. Hanya tepuk tangan dan yel2 yg didengar Suro Gendeng saat tubuhnya melayang diatas kepala mereka hingga masuk ke tangga menuju istana.
  
       " Itu pasti bukan manusia !"

        " Hanya pendekar setan yg bisa masuk dan keluar dengan selamat."

         " Kita lihat saja, sebentar lagi pasti ada bangkai yg terlempar ke jurang."

      Suara2 miring dari para begal terdengar Suro hingga ia kini benar2 menghadapi ancaman itu. Baru menapak pintu istana yg terbuka lebar itu, sebuah batu sebesar rumah menghambur keluar menabrak tubuh Suro andai tidak minggir. Batu besar itu hanyalah serangan dahsyat dari dalam istana.  Kapak Maut 131 bergetar di pinggang pertanda Suro harus mencabutnya dan menahan serangan dahsyat dari pendekar yg sangat sakti. Suro Gendeng mencabut kapak pusaka miliknya dan mengacungkan diatas kepala hingga memancarkan cahaya yg berkilauan. Serangan batu besar itu kembali meluncur ke arah tubuh Suro Gendeng.

      " Ggrrrrrrkkkk !!"

     Seekor harimau sebesar rumah ternyata yg melompat menerkam Suro. Namun binatang setan itu mengaum kesakitan saat terbias sinar kemilau dari kapak maut 131 yg dipegang Suro Gendeng.

      " Gggeeeerrrrrrkkk!!!"

      Sabetan yg sangat dahsyat dari kapak maut 131 telah memusnahkan binatang gaib itu hingga ruangan yg gelap itu telah berubah menjadi terang benderang. Suropun melangkah dengan hati2 ketika ruang jadi sangat jelas dan tampak hiasan istana yg terbuat dari emas serta suara gemericik air di dalam istana. Sampai di ruang tengah tiba2 muncul sosok kerangka manusia yg menyebarkan bau busuk berdiri menghadang  Suro Gendeng. Suro masih menggenggam kapak pusaka miliknya saat berhadapan dengan makhluk mirip zombie itu.

      " Mau apa kamu datang ke istanaku hey manusia !" tanya makhluk itu sambil mengacungkan pedang pusaka ke dada Suro Gendeng.

        " Minggirlah kalau tidak ingin kuhancurkan tulangmu " kata Suro sambil menyabetkan kapaknya. Zombie itu sangat banyak hingga Suro harus tidak lengah menyerang mereka. Kapak pusaka 131 bergetar terus ditangan Suro pertanda yg dihadapi adalah makhluk halus yg berujud kerangka manusia. Namun begitu makhluk2 itu satu demi satu musnah ketika berbentur dengan kapak maut di tangan Suro.

      Ketika makhluk aneh itu lenyap, maka tampaklah di depan mata Suro Gendeng, seorang wanita yg sangat cantik dengan dua tangan memegang dua pedang.

      " Selamat datang pendekar ! Saatnya menentukan kematianmu. Pegang pedang ini !" kata pendekar wanita itu sambil melempar sebuah pedang di tangannya ke arah Suro . Begitu cepat Suro Gendeng menangkap pedang itu, karena roh Nilam Sari sebagai pendekar pedang berada di dalam kapak Suro.

      " Aku mencari Btari Durga."

       " Akulah Betaru Durga."

       " Baiklah, aku akan layani permintaanmu." kata Suro Gendeng yg puas mendengar ucapan pendekar wanita itu.

      " Hhiiiiiaaaaatttttt !!!!!" teriak pendekar wanita itu sambil menyerang Suro dengan gerakan yg sangat cepat yg tidak mungkin terhindari oleh manusia biasa.  Gerakan pendekar pedang yg sangat dahsyat hingga dinding istana yg tersentuh pedang itu akan hancur. Tapi Suro Genfeng mampu melesat membalas serangan Btari Durga.

     " Trang Trang Trang !!!"

      " Hiiiiaaaaatttt !!!!"

       " Duuuaaaaaarrrrr!!"

       Sebuah ledakan yg sangat dahsyat ketika pedang ditangan Suro Gendeng telah berhasil menikam dada dan leher Btari Durga yg Langsung lenyap hingga berubah menjadi kepulan asap yg melayang masuk ke dalam sebuah kamar tidak jauh dari posisi Suro berdiri.

     Suro Gendeng mengejar kepulan asap itu hingga masuk ke dalam ruangan yg sangat terang.  Di dalam ruangan itu Suro melihat banyak pusaka yg tergeletak di lantai dan tergantung pada dinding kamar.

      " Terima kasih Suro Gendeng, engkau berhasil mengalahkan aku. Kini ijinkan aku ikut ke dalam tubuhmu. Lihatlah, jari manismu, melingkar cincin  batu Giok. Itulah ujudku. Aku akan mengikuti perjalanan hidupmu dan akan membantu jika kamu menghadapi lawan yg berilmu setan. Ambillah pusaka yg kamu inginkan di dalam kamar ini." kata Btari Durga yg kini telah menjelma cincin batu giok ditangan Suro Gendeng.

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang