Ketika cuaca diatas bukit mulai berubah kering dan membuat dedaunan mengering dan meranggas oleh angin laut yang terbawa ke atas awan...burung kuntulpun bermigrasi besar2 an ke utara. Begitulah bahasa alam yang selalu serasi bersama makhluk Tuhan yang saling berbagi. Rombongan pecinta alam yang menuruni bukit melintasi belantara perawan nan luas berburu pusaka yang konon tersembunyi di dasar bumi atau di pemakaman raja purba. Sebuah prasasti yang diduga menguburkan puluhan raja dan pusaka dijaga ketat oleh para pendekar siluman yang tak terlihat oleh manusia. Adalah Kiageng Blandang yang membangun sebuah padepokan atau perguruan tanpa nama dengan puluhan murid yang sudah terkenal dan tersebar ke seluruh dunia. Empat pendekar dari Selatan adalah Rogan, Agil, Lorkono, si Gamblis yang sudah tiba untuk bersiap membongkar prasasti tersebut demi mendaoatkan pusaka yang diinginkan. Suro Gendeng
dapat info dari gurunya agar menyelamatkan prasasti itu karena ada jenasah almarhum moyang dari gurunya yang dikubur bersama pusaka peninggalan para pendekar bumi.Rogan sudah membongkar monolit yang berbentuk kubah purba yg menutupi bagian utama makam kiageng Blandang. Namun apa yang terjadi jika rombongan pendekar lain juga menginginkannya ? Seorang kepala prajurit yang berpakaian dari kulit trenggiling dan bersenjata tombak tiba di lokasi bersama lebih sepuluh orang penunggang kuda berhenti.
"Jalan ini sudah ditutup untuk umum. Jika kalian mau melintas, cari jalan lain kisanak" kata Agil yang menjaga lokasi pembpngkaran.
"Kalian yg harus minggat. Ini tlatah kiageng Blandang adalah milikku."
"Aku sudah memperingatkan kalian dengan baik. Tapi kalian paksa aku harus pakai kekerasan. Baiklah." kata Agil yg sudah siap dengan kuda- kuda dan kepalan tinjunya menggagahi jalan ke arah lokasi.
"Ayoo serbuuuuu!!!!" teriak pasukan dari Troya. Mereka memacu kudanya sambil acungkan tombak ke arah tubuh Agil yang dalam posisi pasang kuda- kuda.
"Hiiiiiaaaaaatttttt!!!!"
"Bluaaaaarrrrr!!!"
"Aaaaaaaaccchhhhh!!!!"
Pasukan berkuda dari teluk Persi itu tak mampu menembus benteng imaginer yg dibangun oleh Agil dengan ilmu Selomalang. Jarak 10 kaki dari badan Agil, pasukan Troya terhempas dan jatuh berguling bersama kuda mereka.
Agil yg masih bersiaga di lokasi tanpa merasa lebih kuat dari musuhnya karena prajurit dari sebrang laut itu juga punya kekuatan gaib. Pendekar berkuda itu bangkit dan bicara dalam bahasa ibrani memohon kepada dewa langit untuk meminta kekuatan.
" Glegerrrr!!!"
" Duuaaaarrrr!!"
Kilat yg bersautan dari langit menyambar batu monolit dan bukit diatas makam berguguran. Agil menoleh ke belakang dan melihat Rogan mengerang tertimpa batu besat penutup makam.
" Gempaaaa!!" teriak Rogan dan Gamblis yg meloncat meninggalkan lokasi. Agil ikut menyelamatkan diri berlari saat prajurit Troya itu terus mengucap mantra ke langit.
" Bukan gempa, tapi gerombolan orang asing itu yg melakukan." kata Agil yg merasa tak lagi punya ajian mengusir mereka.
" Ha ha ha..minggat saja kalian dari bumi ini bang**t !!" teriak Totor pendekar dari Persia.
Pertempuranpun pecah satu lawan satu. Rogan dkk mudah sekali jika cuma mengalahkan mereka tanpa tenaga gaib. Rogan yg membaca ajian bolosewu yg membuat pasukan mirip wajahnya sebanyak seribu telah mengecoh lawan hingga keteter.
Kedatangan Suro Gendeng di saat itu sangat tepat karena makam kiageng sedang terancam hancur oleh para pemburu pusaka. Mata Malaikat telah meminta Suro segera mengusir mereka dari tanah keramat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURO GENDENG
General FictionPendekar kapak maut naga api, kisah laga jaman dulu. PERINGATAN KERAS, ANAK DIBAWAH UMUR 21 DILARANG BACA. ADA KONTEN KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN.