BAB : 4 PUTRI PEDANG

498 9 0
                                    

Seorang wanita memacu kudanya sangat cepat melintasi kerumunan pendekar yang sedang merencanakan penyamunan. Para pendekar tentu saja penasaran dan menarik nafas panjang melihat ulah perempuan itu. Mereka sepakat mengejar si wanita yang hanya sendirian menghadapi mereka.

"Ha ha ha..hay cantik..ada apa gerangan memacu kuda hingga menabrak kami." kata salah seorang pendekar yang berhasil mengepung wanita itu. Tapi si wanita tidak menjawab bahkan melompat dari punggung kuda menyerang lawannya dengan sangat keji. Serangan pedang yang sangat cepat berhasil menebas tangan enam pendekar yang menghadangnya. Luar biasa...lalu kembali memacu kudanya kabur ke suatu arah yang mana para pendekar lain telah mengepung jalan menjadi buntu. Pendekar- pendekar itu sudah tak heran melihat wanita dengan dua pedang di punggung. Dia adalah Nilam si putri Pedang dari gunung Utara. Pendekar pedang yang kondang mengikuti jejak ibunya putri Pedang hijau yang telah tewas ditangan suaminya sendiri.

"Ha ha ha .sudahlah..kamu menyerah saja untuk menghibur kami yang kedinginan nona..."

Putri Pedang tak menggubris mereka selain melompat berdiri diatas pelana kudanya sambil mencabut dua pedang dipunggungnya. Tanpa komando gadis cantik itu melompat sambil lancarkan serangan ke lawan yang jumlahnya lebih sepuluh orang. Luar biasa serangan Putri Pedang begitu cepat menebas seorang pendekar yang menghalangi langkahnya hingga leher terpenggal. Tapi pendekar yang lain dengan gesit menyerbu Nilam yang keteter ke belakang. Di saat yang sama datang Suro Gendeng  kasihan melihat pertarungan tidak imbang antara seorang wanita melawan puluhan laki- laki.

         "Hiiiiaaaaatttt!!"

Sekali ayun, tangan gadis itu ditangkap dan dilindungi dibelakang Suro. Kalau tidak pastilah para begal itu sudah menelanjangi si gadis, karena pedang sudah terlepas dari tangannya.

'"Kalian tidak malu mengeroyok seorang gadis remaja yang tak bersenjata , kisanak?" tanya Suro.

     Melihat kedatangan Suro Gemdeng tentu para begal itu geram hingga menyerang ke arah Suro dengan membabi buta.

"Persetan ! Kamu tidak tahu jika yg kamu bela itu wanita iblis yg telah membunuh rombongan kami." kata begal itu.

"Membunuh? Gadis sekecil ini tidak mungkin liar jika tidak kalian ganggu" balas Suro Gendeng seraya menangkap pedang para begal dan mematahkan dengan mudah.

"Aaah sudahlah..kamu jangan ikut campur urusan kami."

"Hiiiiaaaattttt!!!"
"Bunuuuuhhh!!!"
Suro Gendeng harus hadapi mereka yang sulit diajak bicara.

     "Hiiiiaaaahhhh heit heit"

Pukulan Suro Gendeng yang sangat cepat menjatuhkan para pengeroyok itu dan terlebih totokan jarinya yang membuat para pendekar tak mampu bergerak. Tentu saja para begal itu putus asa dan hampir menangis karena tak mampu menggerakkan tangan dan kakinya. Tapi Suro Gendeng tidak peduli langsung mengambil pedang dan menyerahkan kepada putri Nilam.

Putri Nilam yg telah menggenggam dua pedangnya melompat ke atas pelana kuda.

"Kalau boleh tahu siapa nama kisanak?" tanya Putri Nilam.

"Panggil aku Surogendeng. "
'"Terimakasih atas pertolonganmu"

"Ya. sama-sama. Siapa kamu?"
"Maaf aku ada keperluan , panggil aku Nilam," jawab gadis itu sambil memacu kudanya kembali ke arah Timur. Diam- diam Suro mengikuti dari belakang sambil mengawal kalau terjadi apa- apa.

***

Benar juga tebakan Suro Gendeng bila gadis itu sedang menambatkan kuda ke pohon di sisi bangunan tembok tinggi. Lalu ia melompat ke atas tembok dan berlari bagai seekor kucing di tepi atas tembok itu. Luar biasa gerakan gadis cantik itu ketika melompat ke atas tembok setinggi 20 kaki. Suro yang mengintai diatas dahan pohon ulin yang sangat tinggi takkan terlihat oleb Nilam. Dari pintu gerbang yang terbuat dari kayu setebal satu depa tangan keluar dua orang perempuan hamil dalam ikatan didukung sekelompok prajurit. Wanita hamil itu dibawa keluar dari benteng untuk dirobek perutnya dan dikubur hidup- hidup. Namun satu gerakan sangat cepat Nilam menebas tali ikatan itu dan leher para prajurit istana.

"Hiiiiaaaatttt!!"
"Aaaaaacchhh"

Enam orang prajurit tewas seketika setelah kepalanya dipenggal pedang Nilam. Suro Gendeng sudah bersiap melompat ketika beberapa pengawal berhamburan menyergap Nilam.

Suro Gendeng menyelamatkan dua wanita hamil itu ke dalam sebuah tempat tersembunyi dan melompat membantu Nilam hadapi para pasukan dari istana. Suro Gendeng menyarangkan totok jari ke tubuh pengawal itu hingga tak mampu bergerak dari tempatnya. Nilam berbesar hati saat Suro datang ikut membantu perlawanannya. Suro melompat ke atas tembok benteng dan mengikuti langkah Nilam yang merangsek ke dalam istana.

Sepertinya Nilam punya dendam kesumat kepada penguasa kerajaan yang telah menyakiti hatinya.

Pengawal istana telah terkapar mati hingga bangunan tempat raja Wong Suw yang konon dikenal sangat keji membunuh isteri- istri nya yang hamil berceceran darah.

Wong Suw keluar sangat terkejut bila mendapati puluhan pengawalnya mati dengan kepala putus. Ia yang terkenal sebagai raja pedang tentu cepat teringat bila cara memenggal kepala dengan pedang adalah ajaran ilmunya. Ken Bawuk adalah isterinya yang kabur dalam keadaan hamil 18 tahun silam pasti yang melahirkan anak ini. Nilam pendekar pedang sejati telah berdiri di depan matanya. Wajah cantik Nilam sangat mirip dengan mendiang Ken Bawuk. Tapi sabetan pedang dan tatapan mata gadis itu tak jauh beda dengan ayahnya Wonga Suw.

"Anakku! Ayah kangen denganmu sayang!!" kata Wonga suw yg mendekat untuk mengelabuhi putrinya. Sayang sekali hati Nilam sudah keras seperti batu karang.

"Aaaacchhh" sabetan pedang Wong suw yang tersembunyi kalah cepat dengan gerakan Nilam hingga memutuskan dua kaki pendekar pedang maut itu. Suro tak mau ikut campur urusan bapak anak itu kalau Nilam mampu mengatasi sendiri.

Namun apa yang terjadi bila Nilam menyaksikan dua potongan kaki itu berjalan sendiri.mendekati tubuh Wonga suw yang tergeletak.Kedua potongan kaki itu tersambung kembali. Kemudian sosok
pendekar pedang maut itupun kembali berdiri tegak dan tertawa.

"Ha ha ha ha...aku takkan bisa kau kalahkan anakku. Ilmu ibumu tak se kuku hitamku." kata pendekar itu yg bersiap menyerang Nilam.

Luar biasa gerakan pedang Wongasu ketika menikam dinding tembok saja berlobang. Tampak Nilam keteter hingga tak mampu pindah ruang. Sabetan yang sangat dahsyat pedang Wonga suw tertahan kapak maut 131 milik Suro Gendeng saat hendak menebas tubuh Nilam.

"Hiiiiaaaaattt!!"

"Aaaaaacchhh" jeritan Wonga Suw yg menerima pukulan maut Suro Gendeng terlempar dan pedangnya patah jadi 3 bagian. Tanpa ampun Suro menotok jalan darah pendekar sakti itu hingga terdiam seperti patung.

Tapi Nilam tidak puas melihat ayah yg sangat keji itu dibiarkan hidup. Kali ini ia penggal kepalanya dan lempar ke luar beteng istananya. Wonga suw tewas di dalam istana sendiri. Nilam menghela nafas sambil melirik ke arah Suro Gendeng.

"Dendamku sudah terbalas. Dan tak lagi ada wanita yang dinikahi untuk dibunuh manusia iblis ini." kata Nilam. "Terimakasih Suro..boleh kan kalau aku ikut kamu?"

"Kemana cantik?"
"Terserah kamu."

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang