BAB : 5 CINTA SUROGENDENG

492 10 0
                                    

Perkenalan Suro dengan Nilam putri Pedang adalah awal tumbuhnya rasa cinta Suro. Sedang Nilam yang masih sangat muda itu baru kali ini merasa jatuh hati kepada seorang pemuda tampan yang juga seorang pendekar yang bisa melindungi bidupnya. Bermalam dikaki langit yang dingin tapi terasa hangat oleh selimut tubuh pendekar tampan yang telah mencuri hatinya.

Suro Gendeng menemukan orang yang cocok dengan jiwanya sebagai pengembara secara tak sengaja. Begitu pula Nilam yang menganggap Suro sebagai kakaknya saat ia berulang mendapat kesulitan bisa dilindungi pendekar ganteng itu. Kini saat ia terbebas dari dendamnya kepada ayah biologisnya yang berjiwa iblis itu, merasa ada ikatan batin yang tak bisa terlukiskan selain pasrah dalam pelukan Suro.

Semalam Suro telah memberikan sesuatu yg sangat berharga bagi Nilam, yaitu cinta kasih. Asmara yang menggelora dan terhiasi birahi yang mendidih dan menghangatkan tubuh kedua sejoli itu. Nilam sangat bahagia telah memberikan cinta suci dan seluruh jiwa raganya kepada Suro.

Mendadak Suro terbangun dari tidurnya berada di tengah kerumunan makhluk aneh dengan kaki yang tak jelas mengambang tak menyentuh tanah. Dengan pakaian seperti jubah panjang dan bagian kepala terlindung gelap hingga tak terlihat wajahnya.

Seorang dari mereka adalah seorang wanita cantik yang pernah dikenal Suro.
Dia adalah Nilam yg berbaju hingga menutup leher dan sepasang pedang di punggungnya.

'"Kau..Nilam, ka" tanya Suro yang saat itu tak mampu menggerakkan tubuhnya seakan kehilangan kekuatan dan ajiannya. Suro hanya terduduk bersandar pada batu besar di belakangnya.

''Ya..aku Nilam yg telah kamu tolong. Kenalkan..ini rakyatku..istanaku.. Selamat datang di istanaku Suro." kata Nilam yang tak rampak kedua kakinya karena seperti terbungkus kain hijau panjang..yg ternyata ekor ular.

Suro bangkit tetapi tak mampu berlari. Ia sadar jika yang dihadapinya bukan Nilam cantik pendekar pedang tetapi siluman ular. Suro berteriak kencang sekali. "Tidaaaakkkk"

"Ada apa kang mas Suro" tanya Nilam yg terkejut mendengar Suro seperti sedang bermimpi buruk.

Suro sadar jika ia sedang bermimpi. Tatapan mata Nilam tak merubah siapa dirinya sebenarnya. Putri ular dalam mimpi Suro tak berbeda dengan Nilam si pendekar pedang.

"Katakan siapa kamu sebenarnya?"
kata Suro sambil dengan tiba-tiba mencengkram leher Nilam.

"Maaf kang..aku sesungguhnya siluman Ular. Ibuku adalah putri Ular yg menguasai bukit ini yg telah dibunuh ayahku sendiri saat melahirkan aku. Ayahku yang telah kita bunuh.. Wonga Su. Tapi aku sudah terlanjur mencintaimu kang." kata gadis itu sambil menangis.

Suro terharu melihatnya. Karena Nilam sekarang sudah yatim piatu. Ia telah kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil.

"Bagaimana mungkin kamu masih bayi bisa selamat dari kematian ibumu yg dibunuh ayahmu sendiri ?"

"Aku adalah siluman. Aku bisa menghilang di saat terancam bahaya"

"Buktikan, jika kamu siluman tentu bisa masuk ke dalam kapakku." kata Suro sambil mencabut kapaknya.

Sesaat kemudian Nilam memejamkan mata dan tiba2 lenyap dari pandangan mata Suro Gendeng. Genggaman Suropun terasa bergetar dan terdengar suara Nilam didalam kapak maut 131.

"Kangmas Suro..aku sudah berada di dalam kapak. Biar saja aku di dalam kapakmu. Tapi kalau kamu dalam bahaya, aku pasti keluar untuk melawan orang yang hendak mengancam jiwamu kakang." kata Nilam. Suro tersenyum senang mendengarnya. Pendekar muda itupun melangkah dengar besar hati karena telah menemukan cintanya. Melanjutkan petualangan menuju kampung halaman dimana ia terpisah dengan kedua orang tuanya.

     Namun dalam perjalanan yang menempuh hingga berhari- hari itu terhalang oleh petir yang menyambar sangat keras padahal tidak ada mendung di langit.

       "Duuuaaaaarrrr!!"

     Suro Gendeng berhenti sejenak sambil menengadah ke atas langit.

       "Wuuuuzzzzzz!!"

      Serangan yang sangat mendadak berupa badai dahsyat disertai kelebat sosok wanita dengan pedang di tangan.

       "Ha ha ha kau pasti murid si buta itu kan?" tanya si wanita sambil bertolak pinggang berdiri di hadapan Suro Gendeng.

      "Kadhita" Gumam Suro Gendeng dalam hati. Dia adalah bekas istri si Mata malaikat gurunya yang pernah diceritakan kepada Suro Gendeng.

      "Katakan dimana gurumu berada heh kisanak!"

      "Saya tidak tahu ia berada dimana, tetapi ia akan datang pada saat saya butuh bantuannya."

       "Nah sekarang panggillah dia. Aku akan bunuh dia yang menanam dendam dalam hatiku"

       "Itu bukan urusanku"

       "Kurang ajar! Aku harus membunuhmu bocah" kata Kadhita sambil menyabet pedang sangat cepat ke tubuh Suro Gendeng. Sabetan yang sangat cepat itu sulit dihindarkan sehingga merobek baju Suro Gendeng.

       "Hiiiiaaaaattt!!"

       "Brett!!"

       Suro Gendeng tak bisa membiarkan serangan Kadhita yang sangat ganas ketika sadar ia sudah terluka. Kapak maut 131 diayunkan untuk menahan serangan pedang maut perempuan itu.

       "Hiiiiaaaaatttt!!"

       "Hah?? Hah?? Kamu"

     Kadhita terhenti serangannya ketika tiba- tiba muncul sosok wanita yang sangat dikenalnya dalam dunia persilatan. Putri Pedang Ken Bawuk. Padahal sesungguhnya adalah Nilam yang berada dalam kapak maut 131 milik Suro Gendeng. Kadhita keteter dan terdesak ketika di sisi kanan serangan kapak maut Suro Gendeng, sedang di sisi lain serangan pedang Nilam yang sangat ganas telah melukai kaki dan tangannya.

        "Stop! Apa apaan kamu Bawuk?" tanya Kadhita yang terkejut jadi musuh putri Pedang terkenal itu.

       "Aku istri Kangmas Suro Gendeng. Jika kamu memusuhi, maka akulah lawanmu" kata Nilam sambil menodongkan pedang ke dada Kadhita.

      Kadhita memang tampak sangat cantik walau umurnya lebih 200 tahun. Tapi dengan kapak maut Suro Gendeng yang diarahkan ke tubuhnya, wanita itu berubah menjadi ujud aslinya seorang nenek lampir yang keriput.

       "Hiiiiaaaaatttt!!"

       "Ha ha ha ha"

       "Oh..oh.."

      Kadhita sangat malu dan geram ketika tubuhnya kembali menua dengan langkah yang gontai karena tak mampu menandingi gerakan pedang Nilam.

      "Baiklah..aku menyerah, jangan bunuh aku.. aku akan pergi mencari suamiku sendiri" kata Kadhita sambil berlutut. Suro Gendeng juga merasa iba melihat wanita tua itu. Suro Gendeng pernah diceritakan oleh gurunya Si Mata Malaikat bahwa Kadhita adalah anak dari pendekar Buntung yang sangat kejam. Mata Malaikat telah membunuh pendekar Buntung itu dan meninggalkan Kadhita.

      Kini wanita itu sangat dendam ingin menuntut balas kepada si Mata Malaikat. Tapi ia juga adalah musuh dari Ken Bawuk ibunda putri Pedang Nilam Sari. Suro Gendeng menghela nafas lega telah lolos dari maut.

       "Ha ha ha ha.. aku akan balik lagi membunuhmu setelah selesai urusanku bocah edan!" kata Kadhita tiba- tiba berubah ujud menjadi gadis cantik lagi.
Dari dalam gagang kapak maut Suro Gendeng itu tiba- tiba muncul bayangan seorang wanita cantik yang langsung berkelebat menyambar kepala Kadhita dengan pedangnya.

      "Hiiiiiaaaaatttt!!"

      "Crass !!"
    Kepala Kadhita putus dan menggelinding ke tanah setelah ditebas pedang Nilamsari. Putri siluman ular kekasih Suro Gendeng yang bersembunyi dibalik pusaka.

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang