BAB : 11 SG MASUK KOTA

27 0 0
                                    

Suro Gendeng sangat terkejut ketika membuka mata sudah berada di daerah yang tidak dikenalnya. Dimana- mana ada sinar terang dan suara bising seperti badai saat melawan raja iblis. Apakah ia telah kalah bertarung melawan para siluman itu? Gumam Suro Gendeng dalam hati .

      "Bangun gembel!" bentak seseorang yang berdiri dusamping kepalanya. Suro jadi merasa aneh melihat kiri kanan ada bangunan seperti benteng. Apakah aku masih berada di dalam istana Pagersari? tanya Suro dalam hati .

      "Heh bangun cepat!!" kata seorang berpakaian aneh yg menendang punggungnya saat lagi enak tidur . Suro Gendeng bangun sembari menatap wajah laki2 yg berseragam aneh tetapi tidak membawa senjata. Kembali laki2 aneh itu mendang punggung Suro Gendeng.

      "Ayo pergi dari sini..atau kuhajar kamu heh gembel" kata laki2 aneh itu. Kali ini Suro Gendeng melawan dengan mendorong lutut laki2 itu dengan kuat.

      "Aduuuhhh . ampuun " teriak laki2 itu terjungkal roboh dengan kaki panas kesakitan karena terkena telapak tangan Suro Gendeng. Ternyata laki2 itu tidak sendiri. Sebuah mobil patroli satpol PP menunggu di pinggir jalan komando turunkan pasukan mendekat Suro.

       "Apa2 an kamu.. melawan petugas ya.." kata seorang dari gerombolan manusia aneh berseragam krem itu. Suro akhirnya berdiri dan pasang kuda2. Satpol PP tidak pernah mengira jika yg dihadapi adalah seorang pendekar legend jadul. Mereka langsung menyerbu menangkap Suro Gendeng.

      "Hiiiiaaaaahhh!"
      Tanpa melawan Suro Gendeng ditangkap dengan mudah oleh rombongan petugas dan dimasukkan ke dalam mobil tahanan.

       "Ayo nglawan lagi kutembak kamu." ancam seorang petugas sambil menempelkan pucuk pistol ke jidat Suro Gendeng.

        "Aku lapar." kata Suro.
        "Mana KTP kamu?"
        " Apa itu KTP ?"
        "Nggak usah pura2 Ini apa bawa kapak? Mau tawuran ya?" tanya petugas usai meraba kapak pusaka yg terselip di pinggang Suro.
      Suro benar2 tak tahu kenapa orang aneh itu malah merebut kapak lalu menanyakan KTP. Tapi para petugas itu mendadak demam dan menggigil saat memegang kapak pusaka Suro Gendeng. Suro Gendeng dengan gesit melompat keluar dari mobil dan lari.
     Lari ke sebuah warung tepi jalan untuk meminta makanan karena ia merasa lapar. Tentu saja orang sekitar menganggap Suro gelandangan hingga menyuruhnya untuk bantu cuci piring untuk mendapatkan makanan. Suro Gendeng masih bingung dengan kondisi orang aneh yg dilihatnya bukan berpakaian prajurit atau petani jamannya. Bahkan Suro mudah terkejut mendengar klakson mobil yg melintas dengan mesin menderu. Apakah ia sekarang berada di alam gaib atau negara mana. Gumam Suro dalam hati.

     "Kamu seperti bukan orang Jakarta ya? Baru datang dari kampung? kampungmu mana?" tanya penjual nasi.

     "Aku dari Singosari. Namaku Suro Menggolo"
     " Singosari itu mana? Jawa Timur ya? atau Batak?"

     Suro Gendeng bingung menjawab apa, ia hanya menggelengkan kepala. Karena Suro terlihat tidak pakai baju dan keringat bercucuran, penjaga warung beri kaos partai yg masih baru.
        " Ini kamu pakai saja ganti bajumu yg sudah kotor." kata penjaga warung yg masih muda dan cantik. Suro Gendeng tersenyum saat mencoba pakai kaos yg tidak ada di jamannya. Kaos itu terlalu sempit tidak cukup untuk menutupi kapak pusaka yg terselip di pinggang. Diam2 penjaga warung terpesona melihat wajah tampan Suro Gendeng yg selalu tersenyum usai makan nasi orek dan ayam goreng.

     Ketika warung agak sepi, Suro melihat ada rombongan manusia laki2 datang dengan wajah seram dan tangan menggenggam clurit.

     "Mana setoranmu hari ini" kata seorang laki2 seram. Yang lain mendekati wanita muda penjaga warung seraya menepuk pinggulnya.

     "Aduh.. apaan sih?"

    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang