Chapter 02

1.8K 216 826
                                    

Aku kembali lagi hehe

Happy reading ....

"Papa, aku kapan nikahnya?" tanya Vira, menghampiri Kalben dan Desya yang sedang duduk santai di sofa yang ada di ruang tengah.

Pasangan suami istri itu langsung menoleh ke arah sang anak yang bertanya. Kemudian Karben-ayah Vira-menepuk sofa di sampingnya, memberi kode agar sang putri duduk di sana. "Dua Minggu lagi." Setelah menjawab pertanyan putriya, Karben mengalihkan pandangannya ke arah Televisi yang sedari tadi ditontonnya.

Vira begitu shock mendengar bahwa dua minggu lagi dia menikah, bukankah itu terlalu cepat. "Dua minggu lagi gue bakalan jadi seorang istri," batinnya. Kemudian pusing melanda kepalanya, pandangannya menjadi berputar-putar. Kemudian, tanpa aba-aba Vira jatuh pingsan. Kepalanya bersandar di kepala sofa.

"Vira!!!" Varo yang berjalan dari dapur menuju ruang tamu langsung berlari begitu melihat kembarannya itu terkulai lemas tak berdaya.

Kedua orang tua mereka tidak menyadari kalau Vira pingsan, karena sedari tadi fokusnya melihat berita kriminal yang ditayangkan di televisi.

"Astaga!" pekik mereka berdua terkejut melihat putri mereka tak sadarkan diri.
Varo langsung yang panik langsung membopong Vira untuk dibawa ke kamar. Dibelakangnya pasangan suami itu mengikuti dengan perasaat kalut.

"Nak, bangun," bisik Desya cemas sembari mengoleskan minyak kayu putih ke hidung Vira.

Sudah hampir lima menit Vira pingsan, tidak ada tanda-tanda bahwa putrinya itu akan bangun. "Pa, gimana ini? Kalau Vira gak mau nikah sekarang, ya udahlah, Pa, jangan dipaksa, mungkin Nio pun sama seperti Vira, gak mau nikah sekarang. Apalagi usia mereka sama, Pa," lirih Desya menoleh ke arah suaminya.

Varo tidak mengerti kemana arah pembicaraan kedua orang tuanya ini. Karena rasa penasarannya, dia langsung saja melontarkan pertanyaan yang sedari tadi ditahannya. "Nio? Calon suaminya Vira?" tanya Varo.

Desya dan Karben saling menatap setelah mendengar pertanyaan dari anak laki-lakinya itu, kemudian mereka mengangguk bersamaan, membenarkan ucapan Varo tadi. "Gimana sih wajahnya? penasaran Varo," lanjutnya dengan suara yang seperti gumaman.

Karben menghembuskan napas perlahan, kemudian keluar dari kamar Vira. Tidak butuh waktu lama Karben kembali lagi dengan tangan yang membawa sebuah bingkai foto. "Ini!" ucapnya memberi bingkai foto tersebut pada Varo. "Itu waktu kalian masih berumur satu tahun," lanjutnya.

Varo mengamati foto tersebut, di sana ada tiga balita, dua laki-laki dan satu perempuan yang sedang bermain bersama. Ia berusaha mengingat-ingat siapakah ketiga anak kecil yang ada di foto itu. "Seperti familiar dengan orang ini, seperti pernah lihat tapi di mana, ya?" batinnya sambil terus mengingat. Ia kembali mengamati lagi foto lama yang sedang dipegangnya itu.

Tidak lama kemudian ranjang bergerak, ternyata Vira yang bergerak gelisah. Kemudian secara perlahan membuka kedua matanya. "Kamu gak papa, Nak?" tanya Karben langsung memegangi tangan putrinya itu. Perasaan senang merayap ke dalam hatinya saat melihat sang putri telah tersadar dari pingsannya.

"Gak papa kok, cuma kaget saja," bisiknya pelan sambil memegang kepalanya yang terasa pusing, mungkin efek karena ia tiba-tiba duduk setelah hampir satu jam pingsan.

"Kalau kamu gak mau cepat, bisa kok tamat SMA saja menikahnya," ucap Desya mengelus sayang rambut sang anak.

"Serius, Ma?" tanyanya antusias. Kali ini dia menyetujui saran dari mamanya itu.
Karben tersenyum dengan tangan yang mengelus sayang rambut putrinya yang sudah beranjak dewasa ini. "Iya, sayang. Besok kita ketemuan sama keluarganya Nio, ya."

"Nio ... siapa?" tanya Vira kebingungan. Pasalnya baru pertama kali ini dia mendengar nama yang sangat asing di telinganya itu.

"Calon suami lo!" jawab Varo, dia gemas dengan Vira yang sangat cerewet, bertanya ini itu padahal baru tersadar dari pingsan.

Sweet Seventeen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang