Chapter 12

1.3K 79 120
                                    

Happy reading ....

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kandungan Vira kini sudah memasuki usia 16 minggu. Bobot tubuhnya pun sudah mulai bertambah karena perutnya yang mulai menonjol.

Di ruang tengah ....

"Sayang! Aku makin gendut ya sekarang? Kamu masih sayang gak sama aku?" tanya Vira sambil bergelayut manja di lengan Langit. Semakin bertambah usia kandungannya, Vira semakin manja juga dengan Langit. Dia tak pernah mau berjauhan dari Langit, mereka sudah seperti perangko saja.

Langit pun tertawa geli melihat tingkah laku istrinya itu. Mau segendut apapun Vira nanti, ia akan tetap mencintainya.

"Sayang dong, kamu kan cinta pertama dan terakhirku," balas Langit sembari mengelus sayang rambut sang istri.

"Sayang," panggil Vira.

Langit berdehem pertanda dia mendengar panggilan istrinya itu. "Kenapa? Kamu mau apa?"

Vira langsung menegakkan duduknya. "Aku pengen boba semangka," ucap Vira mengeluarkan puppy eyes andalannya.

Langit hanya tersenyum mendengar permintaan sang istri. Langit berpikir sejenak, kenapa istrinya mengidam dengan hal-hal yang berbau semangka? Kenapa tidak anggur atau jeruk gitu? Waktu usia kandungan delapan minggu, istrinya meminta martabak semangka buatannya, untung saja Tutik membantunya membuat martabak semangka tersebut. Walaupun rasanya sangat aneh, tetapi menurut pendapat Vira martabak itu sangat lezat.

"Cari di mana boba semangkanya, Yang?" tanya Langit.

"Buat sendiri, kan gampang bahan dasarnya cuma tepung tapioka sama semangka," sahut Vira disertai cengiran andalannya.

Karena tak ingin anaknya ileran, langit pun menyetujui permintaan sang istri. "Oke, aku coba buatin, ya," ucap Langit bangkit dari duduknya.

Vira mengangguk sebelum kembali menghentikan Langit. "Sayang, aku pengen liat kamu buat boba-nya rame-rame," pinta Vira manja.

"Maksudnya?" tanya Langit mengangkat sebelah alisnya.

"Buat boba-nya sama Varo, Aan, Gadys, dan Keyla. Rame-rame pasti lebih seru!" timpal Vira membuat Langit menggaruk kepalanya frustasi.

"Allahu Akbar." Langit mendesah lelah sambil menarik napas panjang.

"Kamu marah, ya?" tanya Vira dengan air mata yang sudah menganak sungai di pipinya. "Maafin bunda, ya, sayang. Kali ini keinginan kamu gak bisa keturutan," lanjutnya seraya menunduk mengelus perutnya yang mulai membuncit.

Langit yang melihat air mata Vira menetes langsung gelagapan, panik. "Bukan gitu, Sayang. Oke ... oke, ini aku chat mereka dulu, ya. Kamu udahan nangisnya, nanti anak kita ikutan sedih," ucap Langit seraya menghapus air mata dari pipi sang istri. Kemudian mengambil ponselnya langsung mengirimkan chat kepada mereka semua.

Tiga puluh menit kemudian semuanya sudah sampai di rumah mereka Langit dan Vira. "Ada apaan sih? Maksa-maksa kita ke sini?" tanya Aan kesal.

"Buatin aku boba semangka, ya. Baby-nya pengen banget," pinta Vira enteng.

Mereka pun terkejut seketika mendengar balasan dari Vira yang sangat tidak masuk akal. "Kalian manggil kita kesini di suruh bikin boba semangka?" tanya Gadys dengan mata yang terbelalak.

Vira pun mengangguk yakin. "Kemauan sang bayi," balasnya dengan senyuman lebar.

"Uuuu … manja banget, fix! Anak kalian pasti cewek," ucap Keyla gemas.

Dalam hati Vira mengamini kata-kata sahabatnya itu. "Enak aja, laki dong!" sahut Aan yang berada di sampingnya. Dia tidak setuju kalau calon keponakannya perempuan. Dia ingin keponakan laki-laki agar bisa diajak bermain bola.

Sweet Seventeen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang