END

2.1K 92 194
                                    

Tiga bulan telah berlalu semenjak saat Vira melahirkan seorang bayi cantik yang mereka beri nama Shelara Arsenio Gavriella. atau di panggil Lara. Lara itu sendiri singkatan dari nama ayah dan bundanya yaitu Langit dan Vira.

Pagi ini seperti biasa Vira bersama Lara sedang berjemur. kata Bu Mariana, paparan sinar matahari dapat memberikan rasa hangat di tubuh, sehingga si kecil akan merasa nyaman. selain itu, berjemur dapat mencegah kondisi bayi mengalami hipotermia (kedinginan) yang berbahaya.

"Anak Bunda berjemur nih, Bun," ucap Vira berbicara dengan Lara sembari menepuk-nepuk bokong bayinya itu.

"Cucu oma mana nih!" teriak Reyynin melengking dari dalam rumah.

Vira yang berada di belakang tidak jauh dari kolam renang mendengar teriakan sang mertua hanya bisa mengelus dada. Mertuanya itu berbakat menjadi seorang diva kalau suka teriak-teriak seperti itu

"Berjemur, Nong," balas Tutik yang sedang membersihkan rumah.

"Terimakasih, Tik, sudah dibilangin dari dulu panggil Reyynin aja," balasnya seraya tertawa.

Tutik pun ikut tertawa. "Maklum, Rey, sudah tua, kadang suka lupa," ucapnya sambil terkekeh, tua memang selalu jadi andalan kalau kita mulai lupa.

"Asal jangan lupa sama suami aja," sahut Reyynin tertawa ngakak.

Vira mendengar suara tawa dari mama mertuanya langsung mengerut alis. "Tadi teriak-teriak, ini ketawa?" gumam Vira heran, mertuanya terkadang memang bisa menjadi ajaib sekali.

"Aku lihat cucu kita dulu, ya," pamit Reyynin sambil menepuk bahu Tutik pelan.

Reyynin menghampiri Vira dan Lara ke belakang. Ditatapnya bayi kecil itu dengan gemas, pipi gembul dan mata yang bersih. Reyynin menggerakkan tangannya dengan niat untuk menggendong sang cucu. Vira yang sadar akhirnya mengalihkan gendongannya kepada mertuanya itu dengan hati-hati.

"Uuu, cucu Oma sayang ... suka, ya, berjemur?" tanyanya dengan nada imut dan jemari tangan yang sedikit mencubit pipi gembul itu. Lara hanya menatap omanya lucu, lambat laun dia mulai tertawa dengan aksi omanya. Apalagi yang bisa dilakukan bayi yang baru beberapa hari lahir, kan? Selain menangis dan tertawa.

"Ehhh, cucu oma ketawa. Lucu ya sayang, lucu? ehm ... gemes banget," ujarnya sambil mencium sesekali pipi bayi kecil itu.

"Lara seneng banget di gendongan bunda," kata Vira yang membuat reyynin menoleh.

"Iya dong, kan aku Omanya. Lara suka sama Oma kan, ya?" tanya reyynin kepada Lara yang menatapnya polos. entah karena apa, tawanya pecah kembali. Reyynin dan Vira ikut tertawa mendengar tawa Lara yang terdengar menggemaskan di telinga.

Reyynin menoleh ke arah Vira yang masih di dekatnya. "Langit di mana?" tanyanya.

Vira menatap mertuanya itu dengan senyuman. "Masih kerja, Bund."

"Suami kamu itu, hadeh ... susah sekali dibilangin. masa di perusahan Ayahnya dia malah jadi ob?" ujarnya dengan nada yang agak naik di belakang, seakan heran dengan pemikiran anaknya sendiri.

Vira sedikit terkekeh mendengar ucapan mamanya itu. "Kata Langit, dia gak mau ada nepotisme nantinya, Ma. Masa karena ayah yang punya, Langit langsung dapat jabatan tinggi, kan?" sahut vira yang membuat kerutan di dahi reyynin menajam.

"Ya, gak gitu juga, nanti kan Langit yang bakalan urus itu. ayah udah mau istirahat, ehh si Langit malah pengen mulai dari bawah," kata Reyynin sambil geleng-geleng kepala.

"Keputusannya Langit memang susah kita atur, Bunda. Langit bilang kalau dia baru tamatan SMA. Jadi, mau ngerasain gimana susahnya buat naik ke atas. mentang-mentang dia anaknya yang punya perusahaan, masa langsung ada di atas," kata Vira yang membuat Reyynin kembali menggeleng, lama-lama lehernya sakit akibat kebanyakan geleng-geleng kepala.

Sweet Seventeen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang