Happy reading ....
Sudah hampir seminggu Vira dan Langit tidak bertemu. Ya, mereka tidak bisa bertemu karena harus dipingit selama seminggu sebelum hari H tiba. Awalnya Langit tidak menyetujui tentang pingit-pingitan ini, tapi bunda dan juga calon ibu mertuanya kekeh kalau Vira dan Langit harus dipingit. Katanya sih, agar di hari H nanti rasa rindu mereka menjadi bertambah berkali-kali lipat. Dan akhirnya Langit pun menyetujui usulan itu, walaupun sedikit tak rela karena tidak akan bisa bertemu dengan calon istrinya itu seminggu penuh.
Karena mereka masih bersekolah, orang tua mereka memutuskan agar Vira saja yang cuti, untunglah selama dua minggu mereka tidak ada ujian. Vira cuti seminggu dengan alasan ia dan keluarganya pergi ke Medan untuk menjenguk ibu dari Desya yang sedang sakit. Sebenarnya itu bukan sekadar alasan, memang benar nenek dari Vira itu sedang sakit walaupun bukan sakit keras, hanya sedang pilek saja.
Selama hampir seminggu ini hidup Langit terasa sangat hampa tanpa kehadiran Vira. Saat diajak berbicara oleh teman-temannya Langit sering kurang nyambung, dan sewaktu belajar ia sering ketahuan melamun. Saat ditanya alasannya Langit selalu mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.
"Lang! Lo kenapa?" tanya Qilla tiba-tiba sudah ada di sebelahnya.
Langit mendesah lelah, ia hanya ingin tenang untuk beberapa saat tanpa gangguan. Tapi selalu saja ada gangguan yang menghampiri dirinya. "Ngapain lo ke kelas gue?" tanyanya balik sembari mencoret-coret bukunya tanpa menoleh ke arah Qilla.
"Ini kan jam istirahat," jawab Qilla dengan nada manja. "Ke kantin yuk!" lanjutnya seraya memeluk lengan Langit.
"Pergi aja sendiri," tegas Langit kemudian menyingkirkan tangan Qilla yang tadi memeluk lengannya.
Namun bukan Qilla namanya kalau menyerah begitu saja. Dia tidak akan menyerah sampai Langit luluh. "Lo putus ya sama Vira?" tebaknya. Hal itu membuat Langit geram.
"Anjing!" Langit menggebrak meja membuat Qilla dan beberapa siswa di kelas terkejut. "Bisa dijaga gak tuh mulut! Pergi lo dari sini!" usirnya dengan mata menatap nyalang ke arah Qilla.
"Gak bisa, lo gak bisa ngusir gue, gue di sini anak kepala sekolah," ucap Qilla dengan membanggakan posisi ayahnya.
Ia seakan lupa bahwa Langit itu adalah anaknya William, pemilik sekolah ini. "Sadar diri lo, gue anak yang punya sekolah ini, pergi lo dari sini!" Langit menatap muak ke arah Qilla.
Qilla pun menghentakkan kakinya berjalan ke keluar kelas langit. "Lihat aja lo Lang!" batinnya, kemudian berjalan dengan cepat sengaja menabrak bahu beberapa siswi dan mendapat beberapa umpatan dari mulut mereka, tetapi Qilla tak peduli dia terus berjalan lurus ke depan dengan wajah yang memerah karena marah.
Sepulang sekolah Langit berinisiatif mau ke rumahnya Vira bersama Varo, tetapi Varo tidak mengizinkannya untuk ke rumah calon istrinya karena harus mengikuti adat istiadat.
"Gue kangen loh, Var," ucap Langit merengek seperti anak kecil yang meminta mainan kepada ibunya.
Varo yang bosan dengan rengekan Langit langsung meninggalkannya begitu saja. Masa bodoh kalau nanti Langit mengejarnya. Hal itu membuat Langit semakin kesal, rasa rindunya pada Vira tidak bisa tersalurkan sekarang juga.
"Kadang bikin aku kesal," ucapnya melipatkan kedua tangannya di dada bidangnya. Saat sedang kesal seperti ini Langit sampai tidak memperhatikan sekitar.
"Tiba-tiba aku melayang, menembus ratusan awan, kuhempaskan semua sedihku," sambung Aan tiba-tiba sudah di belakangnya. Sembari menggoyangkan tangannya seperti video yang lagi trending sekarang. "Mana kameranya?" tanyanya karena ia tidak melihat kamera di manapun.
"Kamera apa?" tanya Langit mengangkat sebelah alisnya.
Aan masih celingukan menatap sekitar untuk menemukan kamera yang mungkin disembunyikan oleh Langit. "Lo lagi bikin video, kan? mana kameranya? Gue mau ikutan." Aan menatap ke arah Langit dengan wajah penasaran.
Mendengar ocehan Aan membuat mood nya semakin buruk. Tak berselang lama sopirnya Langit datang dengan mobil hitam, berhenti tepat di depan Langit dan Aan. Langit dilarang ke sekolah membawa motor atau mobil sendiri. Awalnya Langit menolak, ia berkata bahwa bisa jaga dirinya sendiri, tetapi Reyynin tidak menerima penolakan. Terpaksa Langit harus menuruti kemauan sang bunda tercintanya itu.
"Gue cabut!" Langit membuka pintu penumpang di belakang untuk masuk ke mobilnya meninggalkan Aan sendirian.
Aan yang ditinggalkan sendirian oleh Langit langsung tercengang. "Dasar! Gak ada basa-basi dulu gitu kalo mau pulang."
Sesampainya di mansion William. Langit langsung disambut oleh senyuman sang nenek, ibunda dari William. Langit senang karena Oma Ita telah sampai ke Indonesia negara tercintanya dengan selamat.
"Cucu oma sudah pulang," katanya menyambut kedatangan cucu tersayangnya itu.
"Mari sini makan masakan Oma, udah lama kan kamu gak makan masakan Oma?" tanyanya lembut seraya menata beberapa makanan di atas meja makan.
Langit mengangguk membenarkan ucapan Omanya yang kini tampak lebih tua dari beberapa waktu lalu mereka bertemu.
"Iya, Oma. Langit ganti baju dulu, ya," balasnya sambil mengecup pipi Omanya yang sudah keriput itu. Kemudian langit berjalan menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian rumahan.Selesai mengganti pakaian, Langit langsung turun dan makan bersama dengan oma nya.
"Ayah sama bunda kemana, Oma?" tanya Langit yang baru tersadar bahwa sedari tadi ia hanya makan dengan sang oma saja.
"Ke rumah calon mertua kamu katanya, mau ngurusin beberapa hal tentang pernikahan kalian," balas Ita santai, sambil terus menyendok makanannya ke mulut.
Langit hanya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan sang oma. "Kok Langit gak diajak sih, Oma?" tanyanya.
Oma Ita langsung menatap Langit dengan senyuman teduhnya. "Gak boleh dong, calon pengantin tidak boleh bertemu sebelum akad nikah, kalian juga lagi dipingit, kan? Jadi kalian belum boleh bertemu sampai hari akad nanti," balas Ita lembut.
"Tapi Langit kangen banget sama calon istri Langit, Oma," sahut Langit dengan wajah yang memelas. Oma Ita langsung terkekeh melihat wajah sang cucu yang sudah kusut seperti baju yang belum di setrika.
"Lebay banget sih cucu Oma ini, baru lima hari gak ketemu udah begini, alay," balas oma Ita membuat Langit terkejut. Belajar dari mana omanya bahasa gaul seperti itu.
-tbc
PART INI SUDAH DI REVISI
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Seventeen (END)
Teen FictionJudul awal Nikah Dini Langit Arsenio William, memiliki wajah yang tampan dan tentunya idaman para kaum hawa. Seorang siswa dari sekolah favorit yaitu William's High School, yang mana merupakan sekolah milik ayahnya. Selama tiga tahun bersekolah di s...