Chapter 13

1.3K 75 69
                                    

Happy reading ....

Beberapa hari ini Vira menjadi sangat manja, Langit sangat gembira kalau manjanya hanya pada dirinya saja. Tetapi, manjanya Vira bukan dengan Langit, melainkan dengan Mogan Rafaansyah atau akrab dengan panggilan Aan. Ya, Aan sahabat Langit sendiri. Hal ini yang membuat Langit pusing tujuh keliling, suami mana yang rela kalau istrinya bermanja-manja dengan laki-laki lain? Itulah yang saat ini dirasakan oleh calon ayah ini.

Seperti saat ini, Langit sedang melihat istrinya yang terus menempel pada Aan. Ah, bukan melihat, lebih ke mengawasi saja. Takut-takut Aan nyaman dan malah khilaf menjadi pebinor. Langit sudah beberapa kali menentang keinginan istrinya itu, tetapi yang didapat hanya wajah cemberut Vira setiap pagi.

Vira juga mengatakan kalau tak mau berbicara lagi dengan Langit, alhasil dia pun menuruti permintaan yang sama sekali tidak mengenakkan hatinya itu. Lagipula kalau tidak dituruti dia takut anaknya nanti ileran, mencegah itu lebih baik, 'kan?"

Banyak siswa-siswi yang berada di kantin menatap heran ke arah Aan dan Vira, karena sebelumnya Vira terlihat menempel pada Langit, kenapa sekarang pindah haluan? Banyak yang berpikir bahwa Langit dan Vira telah putus, lalu Vira jadian dengan Aan.

"Vir, Ini kemauan lo apa bayi di kandungan lo?" Keyla berbisik tepat di telinga kiri Vira.

Dari tadi Keyla melihat Vira yang begitu lengket dengan Aan, seperti perangko. Keyla pikir ini bukan kemauan sang jabang bayi karena Vira malah terlihat nyaman-nyaman saja bergelayut di lengan Aan. Ekspresi Aan? Tentu saja senang. Siapa juga yang tidak senang kalau ditempeli perempuan cantik seperti Vira?

Vira menoleh ke arah sahabatnya itu. "Tenang aja, gue gak bakalan rebut Aan dari lo kok. Tapi gak tau kalo anak gue nanti," balasnya tersenyum sambil menaik turunkan kedua alisnya. Keyla yang melihat itu langsung memutar bola matanya.

Melihat dua perempuan di sampingnya berbisik-bisik tetangga. Aan pun berinisiatif bertanya, "Kalian lagi bahas apa? Seru banget kayaknya."

"Gak bahas apa-apa, kok, sayang," sahut Vira, dia langsung bergelayut manja di lengan Aan.

"Sayang? Bukannya pacar Kak Vira itu Kak Langit, ya?" tanya salah satu adik kelas mereka yang berada di kursi belakang mereka. Sedari tadi dia menguping pembicaraan kakak kelasnya itu, bukan menguping, lebih tepatnya geng-nya Vira yang berbicara dengan volume keras.

"Vira dan Langit udahan, terus Vira jadian sama sahabat mantannya," sambung Tara, "dasar gatel," lanjutnya dengan nada sinis.

Vira yang mendengarkan dirinya dirinya di cap gatel, Langsung menggebrak meja dengan cukup keras, membuat orang-orang yang berada di kantin terkejut. "Apa maksud lo tadi? gue gatel, gitu?" Vira langsung menatap tajam Tara dan teman-temannya.

"Dengerin baik-baik, ya, gue sama Langit belum udahan. Aan itu sahabat laki gue, ya kali gue kegatelan sama sahabat laki gue sendiri, kalo lo bilang gue gatel karena gelayutan di tangan Aan, berarti teman lo itu juha gatel juga dong. Gatel kok sama laki orang." Vira langsung menatap Qilla yang kebetulan duduk di samping Tara.

Qilla yang tidak terima langsung berdiri dari duduknya, kemudian menatap mata Vira tajam. "Maksud lo apa?"

Vira mengangkat bahunya, menatap Qilla dengan tatapan meremehkan. "Fakta, 'kan?"

Keyla yang khawatir Vira makin meledak-ledak langsung menenangkan Vira. "Udah Vir, udah. Jangan marah-marah gini, nanti perut lo kram."

Gadys yang sedang mengelus lengan sahabatnya itu ikut menenangkan. "Tenang, Vir." Gadys takut saat marah-marah kandungan Vira jadi bermasalah.

Aan yang melihat situasi makin panas langsung menengahi. "Vira gak kegatelan sama gue, Vira itu udah gue anggap adek gue sendiri, karena dia adeknya sahabat gue dan pacar sahabat gue," ucap Aan. "Lagi pula kenapa kalian yang kehebohan? Pacar gue aja gak heboh kayak kalian ini," lanjutnya.

Qilla dan geng-nya langsung kicep. Pacar? Siapa pacarnya Aan? Mereka langsung bertanya-tanya, karena selama ini Aan tidak pernah terbuka perihal hubungannya dengan wanita. Itu adalah misteri baru di sekolah ini. Aan memang terkenal suka menggoda siswi di SMA mereka, tetapi tak sekalipun mereka mendengar Aan menjalin hubungan yang serius.

Vira pun tersenyum melihat Aan yang ikut angkat suara. Kali ini Vira yakin Qilla dan temannya itu tak berani lagi berkutik.

"Cepat bawa adek gue pergi dari sini," ucap Varo ke Langit.

Langit mengangguk, kemudian langsung membopong Vira untuk keluar dari kantin.

Langit membawa Vira ke ruangan William, di sini ruangannya luas jadi Vira pasti akan nyaman. Kemudian Langit menurunkan Vira di sofa yang sudah disediakan di ruangan tersebut. Langit mengecup puncak kepala Vira sebelum beralih untuk mengambilkan segelas air putih untuk istrinya itu. "Minum dulu." Langit menyodorkan segelas air putih yang langsung disambut Vira dengan senang hati.

Vira meminum sampai setengah gelas, kemudian memberikan sisa airnya pada Langit. "Udah. Makasih, sayang." Langit tersenyum sambil mengelus puncak kepala sang istri.

Setelah meletakkan gelas di meja, Langit langsung menyerongkan duduknya agar dapat melihat istrinya dengan jelas.
"Ibu hamil gak boleh marah-marah kayak tadi loh," ucap Langit dengan tangan yang menyingkirkan anak rambut Vira yang menutupi dahinya.

"Teman mantan kamu tuh yang duluan, ngeselin banget," gerutu Vira dengan bibir yang sudah mengerucut.

Langit yang gemas langsung mengecup ringan bibir mungil istrinya itu. "Dia bukan mantanku, sayang," ucap Langit gemas melihat wajah cemberut Vira yang terlihat semakin lucu.

Tangan Langit beralih mengelus perut Vira yang tampak menonjol. "Anak Ayah udah, ya, manja-manjaan sama Om Aan, Ayah cemburu lihat bunda deket-deket sama Om Aan," bisik Langit di depan perut sang istri, Vira tersenyum, tangannya refleks menyisir rambut lebat Langit.

"Kamu cemburu?" tanya Vira dan Langit pun mengangguk. Suami mana yang tidak cemburu saat istrinya malah bermesraan di depan matanya sendiri? Jelas Langit cemburu, sangat.

Vira terkekeh gemas langsung memeluk Langit erat, kemudian dibalas oleh Langit dengan tak kalah eratnya. "Bisa cemburu juga kamu, kirain kamu gak bisa cemburu." Vira mengendus wangi badan Langit yang menenangkan.

Langit sedikit merenggangkan pelukannya. "Bisa dong, kamu kira aku gak pernah cemburu apa?" Padahal Langit sudah beberapa kali cemburu saat melihat Vira sangat ramah dengan teman laki-laki di kelasnya. Hanya saja Langit tidak menunjukkan itu secara gamblang.

"Yaudah deh, manjanya sama kamu aja," ucap Vira mencubit hidung Langit gemas.

"Eh, gak jadi deh. Mau manja-manjaan sama Pak Wito aja," lanjut Vira sambil terkekeh karena melihat ekspresi Langit yang kembali cemberut.

"Sayang!" seru Langit cemberut.

Vira di sebelahnya sudah tertawa terbahak. Vira berharap selamanya dia dan Langit bisa seperti ini, bisa bercanda dan tertawa sampai tua nanti, sampai maut memisahkan mereka.

-tbc

Sweet Seventeen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang