Happy reading
Hari ini akhirnya tiba juga, ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Langit. Ya, hari ini adalah hari di mana Langit dan Vira akan menjadi pasangan suami-istri yang sah di mata hukum dan agama.
Saat ini William dan keluarganya sudah berada di halaman belakang rumah Karbenirald. Halaman belakang Karbenirald saat ini sudah disulap sedemikian rupa, dengan beberapa hiasan bunga-bunga yang indah, untuk mempercantik tampilan halaman belakang rumahnya.
Sedari tadi di tempatnya Langit sangat gelisah, ia takut dan gugup, apalagi ijab qobul akan dilaksanakan sebentar lagi. Dia takut salah ucap saat ijab qobul nanti. Varo yang melihat sahabatnya yang sebentar lagi akan menjadi adik iparnya itu tampak gelisah di tempatnya, dari kejauhan Varo mengepalkan tangannya ke udara untuk memberikan semangat kepada Langit.
Kemudian Varo melangkahkan kakinya menuju tempat Langit duduk, karena dilihatnya Langit masih gelisah sedari tadi.
"Jangan tegang dong, santai aja," ucap Varo memberi semangat dengan menepuk pundak Langit.Langit memaksakan senyumnya. "Terimakasih Abang ipar," sahut Langit membuat Varo bergidik karena merasa jijik dengan panggilan yang dilontarkan oleh Langit.
"Jangan panggil gue Abang! Jijik gue dengernya," sungut Varo membuat Langit sedikit tergelak, karena merasa terhibur melihat sahabatnya itu bersungut-sungut.
"Salah emang?" Bukan Langit yang menjawab melainkan Aan yang sedari tadi berada di belakang mereka.
Varo mendesah sebelum menjawab, "Gak salah sih, tapi gue geli, Njir."
Varo menghela napasnya, kemudian badannya sedikit merosot lemas tanpa ekspresi membuat kedua sahabatnya mengernyitkan kedua alisnya heran. "Kenapa lo? Kesambet?" tanya Aan.
Lagi-lagi Varo menghela napasnya. "Gue yang keluar duluan, kenapa Vira yang nikah duluan sih?" tanyanya heran.
Aan yang mendengar itu langsung melongo, apakah sahabatnya ini iri karena dilangkahi oleh sang adik? "Kalo gitu, lo aja yang nikah sama nih bocah," balas Aan menunjuk ke arah Langit.
Aan langsung mendapatkan tatapan tajam dari kedua sahabatnya itu. "Gue masih normal, Njir!" balas mereka berdua kompak.
"Udah dilangkahi, ngasih pelangkah nya gak seberapa," gerutu Varo pelan, tetapi Langit mendengar gerutuan sahabatnya itu.
"Emang lo mau apa?" tanya Langit, mana tau dia bisa memberikan apa yang Varo minta.
"Pulau," jawabnya singkat.
Langit berdecak mendengar jawaban dari Varo. "Kalau itu gak bisa," ucap Langit. Tidak berselang lama, pak penghulu yang sedari tadi ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Langit semakin gugul, dia meminta doa dari sahabatnya agar bisa mengucapkan ijab qobul dengan sekali tarikan napas. Sahabatnya itu langsung memberikan semangat. Ia langsung bangkit dan berjalan menuju meja untuk akad nikah.
"Tunggu ya, Pak. Mempelai wanitanya masih dandan," ucap Langit pada sang penghulu.
Pak penghulu itu hanya tersenyum maklum. Tidak lama kemudian datanglah perempuan yang sungguh cantik membuat semua orang yang ada di sana menatap kagum pada sosoknya, termasuk Langit. Ya, perempuan yang dimaksud itu adalah Vira. Vira berjalan dengan anggun dan diikuti oleh kedua sahabatnya yang berpakaian berwarna senada dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Seventeen (END)
Teen FictionJudul awal Nikah Dini Langit Arsenio William, memiliki wajah yang tampan dan tentunya idaman para kaum hawa. Seorang siswa dari sekolah favorit yaitu William's High School, yang mana merupakan sekolah milik ayahnya. Selama tiga tahun bersekolah di s...