Chapter 15

837 31 0
                                    

Happy reading ....

Seminggu sudah berlalu...

Malam ini mereka berenam sedang berada di halaman belakang rumah Langit dan Vira. Mereka berencana akan mengadakan perayaan atas kelulusan mereka dan perpisahan untuk Keyla. Namun, Keyla ternyata tidak jadi pergi dikarenakan ia malas terlalu lama menunggu waktu masuk kuliah di Australia sana. Jadi, sudah diputuskan bahwa Keyla akan berangkat beberapa bulan setelah Vira melahirkan nanti.

Para pria sibuk menghidupkan panggangan yang sedari tadi tak mau menyala. Sedangkan para gadis, minus Vira, sedang mempersiapkan sosis dan jagung yang nantinya di bakar oleh Trio bobrok yang sedang kesusahan menyalakan panggangan itu. Lalu di mana Vira? Ia hanya duduk manis melihat kedua sahabatnya. Bukan dirinya tidak ingin membantu mereka, bukan. Hanya saja mereka melarang Vira untuk ikut membantu. Katanya, ibu hamil lebih baik duduk dan diam saja.

Sebagai manusia yang penurut, akhirnya Vira hanya bisa pasrah melihat suami dan para sahabatnya sibuk dengan kerjaan masing-masing.

"Key, Ntar kalo Vira mau lahiran lo pulang dong," ucap Aan yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Oh? Lo gak tau berita terbarunya?" balas Keyla seraya menusuk sosis dengan tusuk sate.

"Kabar terbaru apa nih, Keyla yang cantik?" Aan bertanya dengan nada yang antusias.

"Tunggu apalagi, An?" Langit ikut menimpali, dia tahu sahabatnya ini menyimpan rasa dengan sahabat sang istri itu.

"Nah, bener tuh kata si Langit, ini sebagai pertanda kalo lo dikasih jalan sama Tuhan, An. Jangan sia-siakan wahai manusia. Beruntung Keyla belum pergi keluar negeri, kalo pergi pasti harapan lo cuma secuil, bisa aja nanti Keyla pacaran sama bule di sana, 'kan?" timpal Varo dengan alis yang dinaik turunkan.

"Bener banget tuh Abang ipar, bisa aja si Keyla pacaran sama Michelle Morrone," lanjut Langit dengan diiringi tawa.

Keyla yang kebingungan dengan obrolan mereka langsung berkata, "Ngomong apa sih kalian?"

"Michelle Morrone siapa?" tanya Gadys bingung.

"Itu aktor dari Australia," balas Langit.

"Gitu aja gak tau gimana sih, pacar lo, Var?" lanjutnya menoleh ke arah Varo yang sekarang pura-pura fokus pada panggangan yang ada di depannya.

"Sejak kapan gue jadi pacarnya si Varo?" elak Gadys malu-malu kucing.

Vira mengambil ponsel di sebelahnya langsung mengetik asal mana Michelle Morrone itu. Ternyata jawaban Langit itu salah, Michelle Morrone adalah aktor yang berasal dari Italia, bukan dari Australia.

Vira langsung menggelengkan kepalanya, suaminya itu terkadang sok tahu sekali.

"Aktor asal Italia loh, Sayang. Bukan dari Australia, kamu salah," ucap Vira sambil menunjukkan hasil pencariannya tadi.

Langit pun hanya terkekeh sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merasa sedikit malu akan jawabannya tadi. Dia pikir jawabannya tadi sudah benar, ternyata masih salah.

"Nih!" Keyla memberi Semangkuk Sosis yang sudah di tusuk kepada Aan. Aan mengambilnya dan langsung membawa ke Varo dan Langit.

Mereka pun bercanda-canda dan tertawa-tawa sampai suasana tiba-tiba hening. Suara yang tadinya ramai menjadi sunyi dan sepi.

"Key!" panggil Aan yang berada di samping Keyla.

"Hm?" Keyla hanya membalas lewat deheman saja, matanya masih fokus pada ponsel yang ada di genggamannya.

"Gue ... suka sama lo," ucap Aan membuat Keyla terkejut bukan main, bukan Keyla saja yang terkejut, Vira dan Gadys pun juga. Tidak menyangka Aan akan mengungkapkan perasaannya sekarang.

Dalam hati Keyla sudah berteriak histeris. Ternyata selama ini Aan menyukainya. Tapi, beberapa bulan lalu di saat Vira bermanja-manja dengan Aan. Aan bilang dirinya sudah memiliki pacar, 'kan?

"Bukannya lo udah punya pacar?" tanyanya. Aan hanya menggeleng, pertanda dirinya tidak memiliki kekasih.

"Beberapa bulan yang lalu kejadian di kantin, lo bilang udah punya pacar, gimana sih," gerutu Keyla yang dibalas anggukan oleh Vira dan Gadys.

"Iya, itu lo," balas Aan membuat jantung Keyla mau copot dari tempatnya. "Mau gak jadi pacarku?" tanyanya mengubah kata lo-gue jadi aku-kamu.

Tanpa menunggu lama, Keyla pun mengangguk malu-malu sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan. Membuat Aan tersenyum lega, akhirnya perasaannya selama ini berbalas juga. "Makasih banget ... makasih udah nerima aku yang banyak kurangnya ini." Aan tak tahu lagi mendeskripsikan perasaanya saat ini, dia teramat senang untuk sekarang, rasanya ia seperti Ingin meledak saja.

Keyla hanya membalas lewat anggukan singkat.

"Oh, ya, beberapa bulan lagi kita berangkat bareng ke Australia, ya?" tanya Aan yang membuat kerutan di kedua alis Keyla.

"Maksudnya?" tanya Vira dan Gadys secara serentak.

"Gue juga ambil kuliah di Australia, biar gue sama ayang gue gak LDR-an," balasnya sambil memeluk Keyla dari samping.

"Bucin-bucinannya ntaran aja deh," ucap mereka serentak.

"Iya, iya deh, dua lawan empat kalah kita," balas Aan dengan tawa yang berderai. kalau saja di sampingnya Keyla tidak menyikut perutnya, dipastikan Aan akan tertawa sampai pagi menjelang.

Mereka pun kembali bercanda sembari memakan sosis dan jagung bakar buatan mereka tadi. "Lusa, kita gak bisa berkumpul lagi seperti ini, gue bakal kangen dengan saat-saat seperti ini," ucap Gadys sambil menyeka air mata di sudut matanya.

"Iya, semoga pertemuan ini bukan yang terakhir kalinya. Semoga akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya yang akan terjadi diantara kita dan persahabatan kita tetap terjalin walaupun kita sudah punya kesibukan masing-masing," sambung Vira dengan wajah yang sudah basah karena air mata. Ibu hamil yang satu ini memang sangat sensitif semenjak hamil, dia akan menangis karena hal-hal kecil, apalagi sekarang.

Vira, Gadys dan Keyla langsung berpelukan sambil sesenggukan. mereka tidak bisa lagi sering-sering bertemu seperti saat masih sekolah, setelah ini pasti mereka akan melakukan kegiatan masing-masing, yang akan menyita waktu untuk sekadar berkabar satu sama lain.

Langit, Varo dan Aan hanya saling merangkul saja, mereka terlihat lebih kuat karena tidak meneteskan air mata sama sekali. Bukan karena mereka tidak bersedih, bukan. Mereka hanya menjaga imej sebagai lelaki cool saja.

Mereka berjanji pada diri masing-masing, bahwa sampai kapan pun persahabatan diantara mereka akan terus terjalin. Walaupun mereka nanti sudah mempunyai kesibukan dan keluarga masing-masing.

"Gue sayang banget sama kalian. Tetap seperti ini sampai kita tua nanti, ya," ujar Vira yang diangguki oleh semua yang ada di sana.

Mereka akan menjaga persahabatan ini sampai tua nanti, sampai maut memisahkan satu per satu diantara mereka. Mereka berenam akan menjadi sahabat, mungkin kelak anak-anak mereka juga akan bersahabat meneruskan perjalanan orang tuanya. Semoga saja harapan mereka semua menjadi kenyataan.

-tbc

Sweet Seventeen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang