Sebenarnya tidak ada yang salah dengan melakukan kesalahan. Menurut banyak ahli, kesalahan adalah media pembelajaran yang paling baik bagi setiap makhluk hidup, terutama manusia. Kesalahan adalah alasan terjadinya evolusi, atau lebih ekstrim lagi, revolusi.
Apalagi bagi seorang pelajar yang tugas utamanya adalah melakukan kesalahan dan memperbaikinya.
Hanya saja ketika Dimael berhadapan dengan wajah tenang Liana, lelaki itu tidak bisa tidak merasa inferior.
Gadis itu terlalu tenang untuk klaimnya yang mengatakan ujiannya biasa saja.
Tidak, bahkan klaim itu saja sudah ofensif karena bagi Dimael dan sebagian besar—kalau tidak, seluruh—siswa, ujian matematika hari itu adalah bencana.
"Jadi kau bisa menjawab soal-soal tadi?" tanya Dimael, penasaran.
"Bukankah semua orang pasti menjawab soal-soal itu ketika tidak ada sistem minus dalam penilaian?" Liana balik bertanya dengan heran.
"Ya, tapi ujian tadi itu benar-benar neraka. Aku tidak tahu apakah tebakanku tepat."
"Oh." Liana mengangkat bahu. "Kalau kau saja kesulitan, apalagi aku, kan."
Omong kosong, tentu saja Liana bisa mengerjakan soal itu setelah berlatih mati-matian. Kalau bukan karena pengawas ujian yang memaksanya mengisi dua soal remeh tadi, mungkin Liana bisa mengharapkan peringkat keempat di semester ini.
Tapi tetap saja lucu.
Liana tahu kalau bobot ujian meningkat pada UTS kali ini, tapi tidak mengira kalau para tokoh utama juga menyadarinya. Dia kira Asha, Caprio dan Dimael akan dilindungi payung perak dari plot, dan mendapatkan kemudahan yang khusus untuk setiap ujian.
Kadang-kadang, anomali seperti ini bisa terjadi, sih.
Tapi pada akhirnya, dalam pengumuman hasil ujian, plot akan kembali ke jalur yang digariskan, dan memberikan keuntungan satu arah kepada para protagonis.
Jadi gadis itu tidak terlalu menanggapi keluhan Dimael dan fokus pada bundalan kertas di depannya.
Mereka saat itu berada di ruang rapat sosialisasi pendaftaran untuk beberapa universitas dengan peringkat tinggi di negara tersebut. Lima di antaranya berada di provinsi yang sama dengan sekolah mereka, dan karena image Stellar yang bonafit dengan siswa unggulan dari kelas sosial terbaik, salah satu universitas itu mulai menjaring siswa secara agresif sejak pertengahan semester 1.
Universitas Y, universitas tertua dan terbaik di negerinya.
Sayangnya, Liana tidak terlalu yakin mengenai pesaingan di tahun ini.
Dimael, Caprio, Asha, dan bahkan Elsa sudah pasti akan masuk ke universitas tersebut, tapi kuota yang diberikan untuk jalur non-tes selalu hanya di bawah 10 kursi.
Liana sama sekali tidak percaya diri dengan indeks peringkatnya yang jelas akan turun di semester ini setelah sekelas dengan para protagonis.
Haha, padahal dia ingin sekali masuk ke kampus yang sama dengan kakak lelakinya. Jika Liana gagal, orang tuanya akan mengira kalau Liana terlalu banyak bersantai dan kurang bekerja keras, kemudian kakak lelaki Liana akan merasa terlalu khawatir membiarkan Liana kuliah di kampus lain yang tidak dia ketahui seluk beluk maupun sistem pendidikannya.
"Merepotkan sekali."
"Kenapa?" bisik Dimael pelan, di tengah penjelasan perwakilan universitas.
Liana menggeleng dengan kening berkerut. Lalu saat melihat kekhawatiran Dimael, dia akhirnya balas berbisik, "Persyaratan dan persaingan universitas tahun ini sangat ketat."
YOU ARE READING
Infinitesimal Strings
RomanceDia tidak ingin tahu. Tidak mau terlibat. Tidak mau terlihat. Yang diinginkannya hanyalah kehidupan tenang tanpa masalah hingga drama picisan ini mencapai akhir. Karena dia hanya satu dari banyak 'kerumunan'. Tapi kenapa mereka terus mengganggunya? ...