Prologue

2.2K 99 0
                                    


Sinar matahari pagi yang mengintip melalui celah gorden menyorot mata Shiho dan membuatnya terbangun. Ia bergumam mengantuk seraya mengucek-ucek matanya. Ia menyipitkan mata untuk melirik wekernya yang masih menunjukkan jam tujuh pagi. Seraya menggeliat, ia pun bangun duduk dan menemukan keganjilan tersebut. Ia tidak mengenakan sehelai benang apapun di bawah selimutnya.

Eh? Apa yang terjadi? Batinnya. Kemudian Shiho melirik sebelahnya dan menemukan Shinichi yang masih terlelap dengan tubuh telanjangnya juga.

Shiho refleks menarik selimut menutup dadanya dan memekik, "Argh!"

Shinichi tersentak bangun dan kaget juga menemukan keadaan mereka berdua seperti itu.

"Apa yang terjadi Shiho?" tanya Shinichi bingung dan canggung

"Harusnya aku yang tanya!" seru Shiho.

Mereka berada di kamar Shiho di rumah Profesor Agasa. Buru-buru mereka bangun memakai baju secepat mereka bisa sambil lanjut berdebat di ruang tamu.

"Bukankah seharusnya kita berdua ada di rumahmu?" tanya Shiho seraya memijit-mijit kepalanya yang pusing, "Kita sedang merayakan kelulusanmu dari unversitas,"

Shinichi mengingat-ingat lagi, "Aku, kau, Heiji, Kazuha, Ran dan Paman Kogoro,"

"Kemana mereka semua? Mungkin aku sudah terlalu mabuk hingga tidak ingat apa-apa lagi,"

"Paman Kogoro mabuk berat sehingga Ran pamit pulang lebih dulu. Heiji dan Kazuha juga belakangan pamit pulang dan kau juga mabuk sehingga aku mengantarmu kesini,"

"Jadi?! Ini semua salahmu kan!" Shiho menuduhnya.

Shinichi bergidik, "Entahlah Shiho, aku juga agak mabuk ketika memapahmu pulang. Aku mengantarmu sampai ke kamarmu dan aku lupa..."

Shiho menghentakkan kakinya sekali karena kesal, kemudian melipat tangannya, "Sebaiknya kau pergi sekarang sebelum Hakase kembali dari luar negeri,"

"Shiho aku..."

Shiho meliriknya tajam.

"Aku minta maaf,"

Shiho terdiam sebelum akhirnya mendesah, "Sudahlah Kudo-Kun. Aku juga bersalah. Apapun bisa terjadi diantara dua orang yang mabuk,"

"Aku akan mengaku pada Ran,"

"Untuk apa?"

"Aku harus bertanggung jawab padamu Shiho,"

"Tidak perlu. Anggap saja tidak terjadi apa-apa diantara kita. Ran-San tidak perlu tahu, sehingga kalian bisa melanjutkan hubungan kalian,"

"Tapi Shiho..."

"Kita bukan anak-anak, kesalahan ini bisa saja terjadi. Aku tidak mempermasalahkannya, tak usah dibahas lagi,"

"Tapi bagaimana jika kau... jika kau..."

"Hamil?" Shiho mendengus, "Baru sekali berbuat belum tentu akan terjadi kehamilan terlebih lagi, sel-sel kita sudah pernah luka akibat APTX 4869, tidak semudah itu aku akan hamil," ia pun mendorong Shinichi ke pintu keluar.

"Shiho tapi..."

"Sudahlah pulang sana! Aku mau mandi untuk menghilangkan baumu di badanku!" Shiho menutup pintu dan kemudian bergeming. Ia menyandarkan keningnya pada daun pintu sambil menggigit bibirnya berusaha menahan airmata yang mengalir.

Kenapa semua ini harus terjadi?

Sebulan kemudian...

"Apa? Kau akan ke Amerika?" tanya Shinichi.

"Eh," sahut Shiho seraya membereskan dokumen-dokumen penelitiannya, "Aku memutuskan untuk menerima tawaran Shu-nee bergabung dengan FBI,"

"Tapi kenapa? Tiga tahun lalu setelah BO hancur, kau menolak tawaran itu,"

Shiho menghela napas, "Tidak ada tempat untukku disini Kudo-Kun,"

"Eh?"

"Aku tersisihkan dari para ilmuwan Jepang karena aku putri Atsushi Miyano yang dianggap sebagai ilmuwan gila"

Shinichi tampak bersimpati padanya, "Jika kau pergi lalu siapa nanti yang akan membantuku?"

"Tidak perlu khawatir, aku sudah menyiapkan program-programnya. Hakase bisa menggunakannya untuk membantumu,"

"Shiho,"

"Uhm?"

"Apakah aku ada membuatmu tidak nyaman?"

"Nani?" Shiho menatapnya.

"Apakah karena kejadian itu?" tanya Shinichi seraya memalingkan wajahnya yang memerah.

"Sama sekali tidak,"

"Apa jangan-jangan kau?!"

"Tidak," Shiho menyahut dengan tegas, "Tidak terjadi sesuatu pada diriku,"

"O-oh begitu,"

"Eh," Shiho mengangguk.

"Ngomong-ngomong," Shinichi mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru berwarna hitam, "Tadinya aku ingin memberikan ini di hari ulang tahunmu, tapi karena kau sudah mau pergi, apa boleh buat," ia menyerahkannya pada Shiho.

Shiho menerima kotak itu, "Kenapa repot-repot?"

"Tidak sama sekali. Bukalah, aku tidak tahu apa kau suka? Seleramu kan tinggi,"

Shiho membukanya dan melihat seuntai kalung emas putih dengan liontin bunga lili yang melekuk cantik. Ia terpana, "Ini indah sekali Kudo-Kun,"

"Kau suka? Aku memesannya khusus dari desainer perhiasan, sehingga takkan ada yang sama persis dengan ini,"

"Ehm, aku suka. Arigatou. Tapi diantara banyak bunga kenapa Lily?"

"Sesuai namamu Shiho yang bermakna cantik, indah dan feminim. Bunga Lily juga melambangkan kecantikan, elegan dan persahabatan. Selamanya, kau adalah sahabat dan partner terbaikku, Shiho,"

"Ara... Kau manis sekali Kudo-Kun. Awas nanti gadis di kantor detektif itu cemburu,"

Shinichi terkekeh, "Tenang saja, aku sudah menyiapkan hal lain untuknya,"

"Biar kutebak. Kau ingin melamarnya?"

Wajah Shinichi merona, "Ketahuan ya?"

"Semoga beruntung,"

"Eh, thank you,"

Shiho memeluknya, "Jaga dirimu Kudo-Kun. Aku berharap kau bahagia bersama Ran-San dan aku tidak meragukan kantor agensimu akan berkembang dengan baik,"

"Jaga dirimu juga Shiho. Semoga kau bahagia di Amerika,"

Namun setahun kemudian setelah kepergian Shiho, Shinichi menemukan dirinya tidak bergabung dengan FBI. Bahkan Shuichi dan Masumi yang merupakan sepupu Shiho juga tidak tahu dimana keberadaannya. Shiho menghilang.

Autumn ConcertoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang