Chapter 2

1.4K 87 0
                                    


"Pelan-pelan saja makannya, nanti perutmu sakit," pinta Shiho lembut seraya menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Akemi.

Shinichi terus saja memandang Akemi yang makan dengan lahap tanpa menghiraukan makan malamnya sendiri.

Kalung itu pemberian Otosan untuk Okasan... Shinichi mengingat-ingat kata-kata Akemi di pantai tadi. Apakah... Apakah...

"Shiho... Akemi..." Shinichi memulai pembicaraan.

Shiho memberi tatapan peringatan pada Shinichi, "Kita bicarakan nanti Kudo-Kun,"

"Oh... oke,"

"Ngomong-ngomong kenapa kau disini?" tanya Shiho mengalihkan pembicaraan.

"Oh, aku ada kasus disini. Mengenai pencemaran ikan,"

"PT. Matsumoto?" tebak Shiho.

"Kau tahu sesuatu?"

"Belakangan ini aku menerima banyak pasien yang terkena pencemaran limbah tersebut. Desa ini desa nelayan, penghasilan utama para penduduk adalah ikan. Namun beberapa bulan ini penjualan menurun karena ikan-ikan yang tercemar. Aku sendiri akhirnya tidak berani memasak ikan untuk sementara waktu,"

"Uhm," Shinichi mengangguk, "Karena itu aku berusaha menyelidikinya. Namun kau tahu PT. Matsumoto mengelak dan mampu membuktikan proses produksi pabriknya yang bersih. Bahkan tim forensic juga tidak ada menemukan keganjilan saat memeriksa pabrik mereka,"

"Aku bisa mengumpulkan sejumlah pasienku yang nelayan untuk kau tanyai. Mungkin kau akan mendapatkan sesuatu dari sana,"

"Aku sangat berterima kasih. Ngomong-ngomong, kau tahu penginapan di sekitar sini?"

"Aku tahu, beberapa penduduk desa sini menyediakan penginapan untuk wisatawan. Namun sekarang musim liburan sekolah, biasanya sudah penuh karena banyak yang mau ke Taman Nasional atau air terjun. Sekarang sudah larut malam, besok aku akan mengecek lagi kepada para tetangga kalau-kalau ada kamar tersisa,"

"Maaf merepotkan,"

"Tidak sama sekali,"

"Aku sudah selesai Okasan," kata Akemi.

"Aku bantu Akemi mandi dulu, nanti kita ngobrol lagi,"

"Oke,"

"Sampai nanti ojisan!" Akemi melambai riang pada Shinichi.

"Sampai nanti," sahut Shinichi tersenyum.

***

Ketika Shiho menuruni tangga, ia menemukan Shinichi sedang melihat-lihat foto-foto di ruang tamunya. Ia mendesah dalam hati, ia tidak menyangka harus menghadapi situasi ini begitu cepat. Shinichi detektif pandai, ia pasti sudah tahu.

"Mau teh?" tawar Shiho seraya menuju ke dapur.

"Boleh juga," sahut Shinichi.

Shinichi lanjut memandang berkeliling. Rumah Shiho dua tingkat, tidak terlalu besar tapi dekorasinya bagus sehingga tampak luas. Pengaturan lampu dan cahayanya sangat baik hingga tampak mewah. Di sebelah rumah ada klinik kecil dimana Shiho biasa menerima pasien-pasiennya. Tadi sewaktu ia mandi di kamar Shiho, kamarnya juga sangat berkelas. Bukan barang-barang mahal, namun Shiho mampu memilih dan menatanya dengan elegan. Shinichi lagi-lagi memuji seleranya, minimalis modern. Dulu ketika ia baru menikah dengan Ran, mereka seringkali ribut hanya karena penataan rumah. Selera Ran dalam mendekorasi dan fashion tidak begitu baik.

"Akemi sudah tidur?" tanya Shinichi seraya duduk di kursi tinggi depan meja bar yang berbatasan dengan dapur, di hadapan Shiho.

"Eh," Shiho mengangguk seraya menyajikan teh dan menyerahkan satu cangkirnya ke hadapan Shinichi.

Autumn ConcertoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang