"Miyano Sensei!" terdengar seseorang berteriak dari luar klinik ketika Shiho baru saja selesai dengan pasien terakhirnya.
"Ada apa?" Shiho melongok keluar.
Salah seorang nelayan tengah memapah Shinichi yang perut kirinya terluka.
Shiho terhenyak, "Kudo-Kun!"
Pagi itu Shinichi pergi menggunakan perahu untuk menyelidiki titik lepas pantai dimana para nelayan biasanya mencari ikan dan merupakan lokasi pencemarannya paling tinggi. Ketika tengah fokus memikirkan deduksinya, tiba-tiba saja ada sebuah perahu lain dari kejauhan melepaskan tembakan ke arah Shinichi. Mereka sempat berkejar-kejaran, namun Shinichi terselamatkan karena ada beberapa kapal nelayan lain datang, sehingga penembak misterius itu akhirnya melarikan diri.
"Untunglah hanya tergores saja," gumam Shiho setelah menyelesaikan jahitannya di perut Shinihi, "Satu senti lagi saja, kau bisa tewas karena pendarahan,"
"Arigatou... Shiho..." Shinichi mengerang seraya berusaha untuk bangun duduk.
Shiho membantunya duduk dan menyerahkan sebuah kemeja baru yang bersih untuknya.
"Tampaknya PT. Matsumoto sudah mengetahui kau sedang menyelidiki kasus pencemaran itu. Seorang detektif terkenal dari Tokyo bersedia datang ke daerah terpencil ini merupakan suatu hal yang sangat mencolok," kata Shiho.
Shinichi nyengir, "Ah, hal itu hanya semakin menguatkan dugaan bahwa memang ada sesuatu. Mereka ketakutan hingga berusaha membungkam diriku,"
"Kau harus lebih berhati-hati, Kudo-Kun," Shiho memperingatkan.
"Aku mengerti,"
***
"Bagaimana?" tanya seorang pria usia empat puluhan seraya mengisap cerutunya.
"Dia diselamatkan oleh para nelayan," seseorang melapor.
"Cih!" pria itu mengumpat, "Lalu, apa kalian terlihat?"
"Tidak sama sekali,"
"Semoga saja hal itu cukup untuk membuatnya kembali ke Tokyo,"
"Tapi sepertinya tidak semudah itu. Shinichi Kudo detektif yang cukup keras kepala. Jika ia menemukan sesuatu yang aneh, ia pasti akan menyelidikinya sampai tuntas,"
"Dimana dia sekarang?"
"Dia masih menginap di Klinik Miyano,"
"Klinik Miyano? Seorang ibu tunggal dengan satu putri?"
"Benar tuan,"
Pria bercerutu itu mengernyit.
"Dari hasil pemantauan kami, sepertinya Shinichi Kudo cukup akrab dengan Shiho Miyano dan putrinya. Beberapa waktu lalu mereka berdua juga ada menanyai para nelayan, putrinya Akemi Miyano juga membentuk kelompok belajar untuk melakukan riset mengenai pencemaran,"
"Hmph! Tidak bisa dibiarkan orang-orang usil itu. Selidiki mereka!"
"Baik tuan!"
***
Terdengar suara ketukan pintu tiga kali.
"Masuk," Shinchi mempersilakan.
Shiho membuka pintu dan melihat Shinichi tengah berdiri bertelanjang dada, berusaha mengganti perban di perutnya.
"Perlu bantuan?" tanya Shiho yang memang membawa nampan untuk mengganti perban Shinichi.
"Ah yeah, sepertinya begitu,"
Shiho mendekati Shinichi dan menaruh nampannya di atas tempat tidur. Perlahan ia membuka perban awal Shinichi, lalu membersihkan rembesan darah di lukanya dengan alkohol.
"Sakit?" tanya Shiho ketika Shinichi sedikit berjengit.
"Perih,"
"Tahan sedikit," pinta Shiho.
Setelah membersihkan lukanya Shiho mengambil beberapa helai kapas baru.
"Tolong pegang sebentar,"
"Eh," Shinichi menahan kapas sementara Shiho menggunting plesternya sebelum menempelkannya antara kapas dan kulit Shinichi.
Terakhir Shiho melilitkan kain kasa ke sekeliling perut dan pinggang Shinichi. Ketika ia melakukannya pipinya mau tidak mau menempel pada bahu Shinichi. Mereka begitu dekat hingga Shinichi mampu menghirup aroma shampoo rambut Shiho. Kedekatan itu tak disangka begitu memabukkan. Shinichi tak ingat kapan ia pernah menganggap Shiho sebagai seorang wanita yang menarik dan kenapa ia begitu buta akan hal itu dahulunya. Wanita yang telah bekerja siang-malam demi menemukan penawar agar ia dapat kembali pada kekasihnya. Wanita yang telah membantunya dalam sebagian besar kasusnya. Wanita yang akan dihubunginya lebih dahulu jika ia memerlukan bantuannya. Wanita yang telah berkorban melahirkan anaknya diam-diam agar ia bisa bahagia dengan rumah tangganya yang baru.
Ketika Shiho telah selesai mengikat kain kasanya, mendadak Shinichi meraih pinggang Shiho untuk menghilangkan jarak diantara mereka.
"Eh? Kudo-Kun?" Shiho gugup dengan sikapnya.
"Seandainya saja Shiho..."
"Nani?"
"Seandainya kau mengungkapkan kehamilanmu dari awal... Seandainya kau gagal menciptakan penawar itu... Aku tak perlu menikah dengan Ran..."
Shinichi menundukkan kepalanya untuk meraih bibir Shiho. Hanya tinggal sedikit lagi ia akan mengecupnya sebelum Shiho mencegahnya dan mendorong tubuh Shinichi menjauh.
"Tidak akan bedanya," kata Shiho terjebak antara amarah dan pedih.
"Shiho?"
"Kalau aku melakukan semua itu dari awal. Mengungkapkan kehamilan ataupun gagal membuat penawar, aku akan tetap tersisihkan,"
"Nani?"
"Aku akan tetap dianggap sebagai pembunuh karena menciptakan APTX. Aku yang memisahkanmu dengan Ran-San ketika tubuhmu mengecil. Jika aku gagal membuat penawar, maka orang pertama yang akan marah padaku adalah kau. Jika aku mengungkapkan kehamilanku dan memaksamu bertanggung jawab, maka orang pertama yang akan membenciku adalah kau," Shiho menggigit bibirnya untuk menahan airmata yang ingin mengalir.
"Shiho... Serendah itukah kau menilaiku?"
"Dimatamu hanya ada Ran-San! Aku bisa apa?" ungkap Shiho.
Shinichi terhenyak, kaget dengan pengakuannya. Apakah Shiho ada menyimpan perasaan padanya dari dulu?
Okasan memeluk kalung ini di dadanya sambil berlinangan airmata... Sepertinya Okasan sangat merindukan Otosan... Shinichi teringat kata-kata Akemi beberapa hari lalu.
"Kau pangeran, Ran-San adalah Angel. Aku hanyalah seorang ilmuwan gila yang telah menciptakan racun untuk membunuh banyak orang. Aku tidak akan pernah mendapat tempat dalam kehidupanmu,"
"Tidak begitu Shiho..."
"Okasaan!" mendadak Akemi memanggil, "Piyama pink ku mana ya?"
Shiho memanfaatkan kesempatan itu untuk berlalu dari hadapan Shinichi.
Shinichi tampak murung memikirkan kata-kata Shiho. Ternyata wanita yang paling sulit dibuatkan deduksinya bukanlah Ran, melainkan Shiho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Concerto
FanfictionHai Minna San! Pipi Tembam kembali lagi bersama fanfic CoAi/ShinShi. Adapun cerita ini Pipi Tembam terinspirasi dari drama Taiwan yang judulnya Autumn Concerto, pemainnya Vannes Wu hehehe... Mirip-mirip dikit tapi tak persis sama lah, disesuaikan d...