Chapter 3

1.3K 87 0
                                    

"Jawabannya adalah getsuyoubi (hari senin)," tebak Akemi.

"Kenapa?" tanya Shinichi yang memberikan kuis di meja sarapan.

"Getsuyoubi dalam huruf kanji sama dengan huruf China yang artinya bulan. Karena itu kelinci pasti suka hari Senin, karena kelinci dipercaya dalam dongeng China merupakan peliharaan Dewi Bulan," jelas Akemi.

"Benar sekali. Akemi pintar!" puji Shinichi.

Akemi tergelak senang.

"Ah... sudah cukup teka-tekinya. Sekarang cuci tanganmu sebelum kita berangkat," pinta Shiho pada putrinya.

"Hai..." Akemi turun dari meja makan untuk cuci tangan di wastafel.

"Mau kemana? Bukannya sekolah libur?" tanya Shinichi.

"Akemi punya semacam kelompok detektif cilik seperti kita dulu. Selama liburan ini mereka memutuskan untuk belajar bersama di perpustakaan sembari melakukan riset mengenai pencemaran ikan di desa ini,"

Shinichi terpesona, "Wah bagus sekali,"

"Setelah itu kita akan menemui para nelayan untuk kau tanyai. Kebetulan hari ini aku tidak ada pasien,"

"Kalau begitu kuantar sekalian saja,"

"Mobilku atau mobilmu?"

"Mobil sewaanku saja, daripada nganggur,"

"Oke,"

Mereka akhirnya pergi bersama-sama. Lima belas menit kemudian mereka sampai di perpustakaan desa.

"Jangan nakal ya Mi-Chan," pinta Shiho.

"Hai," sahut Akemi.

"Jangan lupa dimakan bekal siangnya, Okasan akan jemput lagi jam tiga sore. Oke?"

"Oke,"

Shiho memeluk putrinya.

"Aku sayang padamu Okasan," bisik Akemi.

"Okasan juga menyayangimu Mi-Chan," Shiho balas berbisik.

Melihat ibu dan putrinya yang saling berpelukan itu, entah kenapa Shinichi merasakan kehangatan menjalari hatinya. Selama ini persepsi wanita keibuan dimatanya hanyalah Ran. Ran sangat menyukai anak-anak hingga memutuskan menjadi guru SD. Ia tidak pernah tahu ternyata seorang Shiho, wanita yang sering diejeknya mata-setan-mengantuk ini juga memiliki naluri yang lembut sebagai seorang ibu. Matanya, mata Shiho yang biasa dikenalnya jutek, kini penuh kasih sayang.

"Sampai nanti Shinichi ojisan!" Akemi melambai.

"Eh, sampai nanti Akemi-Chan," sahut Shinichi.

Shiho memandang Akemi yang bergabung dengan teman-temannya sebelum memasuki perpustakaan. Selama itu ia tidak menyadari Shinichi yang tengah menatapnya. Dalam hati Shinichi bertanya-tanya, kenapa ia baru sadar ternyata Shiho cantik? Apakah karena selama ini ia terlalu fokus pada Ran? Atau Shiho yang memang semakin cantik setelah menjadi seorang ibu? Sejak dari Ai Haibara sampai Shiho Miyano, wanita itu alaminya memang dingin dan terkesan galak. Tapi sekarang ia berbeda. Astaga jika seandainya saja dari dulu Shiho menatapnya dengan tatapan seperti ia menatap Akemi sekarang. Tidak menutup kemungkinan ia akan goyah terhadap Ran.

"Nani?" tanya Shiho yang akhirnya sadar akan tatapan Shinichi.

Shinichi buru-buru memalingkan wajahnya yang merah, "Tidak,"

"Pergi sekarang?"

"Ayo,"

Mereka akhirnya bersama-sama pergi untuk menemui para nelayan yang dirawat Shiho akibat terkena efek limbah. Shinichi menyadari betapa para nelayan dan penduduk disana sangat menghormati Shiho. Di desa terpencil itu, klinik Shiho Miyano merupakan satu-satunya tempat dimana mereka bisa mendapatkan pengobatan darurat. Shiho pun bersedia 24 jam membantu jika memang terdapat panggilan dadakan. Shiho sabar dalam mendengarkan keluhan-keluhan pasiennya. Obat yang diraciknya juga sangat manjur untuk menyembukan segala sakit mereka.

Autumn ConcertoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang