Episode 2

6.6K 969 125
                                    

Cale dan alberu sekarang sedang duduk di pinggir tempat tidur untuk berdiskusi.

"Cale, apakah kamu mendapatkan ingatan tubuh ini?"

"Aku mendapatkannya..."

"Jadi saat ini usiamu adalah 5 tahun kan? Sedangkan aku berusia 7 tahun."

Cale sedikit ragu setelah mendengar ini tetapi dia memilih untuk mengabaikannya.

"Iya nih. Jadi, bagaimana yang mulia?"

"Aku bukan yang mulia sekarang dan kamu harus memanggilku hyung."

"....."

"Hmm? Bagaimana? Aku benar kan?"

"Yang mulia."

"Hyung nim."

"Ya hyungnim."

"iya dongsaeng?"

"Bukankah kita tidak memiliki nama?"

Alberu sedikit tersentak dan mengangguk pada pernyataan cale.

Itu memang benar, mereka tidak punya nama. Ibu mereka langsung meninggal setelah melahirkan mereka dan bahkan ayah mereka tidak pernah menemui mereka.

"Itu bukan masalah, lagipula kalau misalkan ada yang mengganggu kita seperti para pelayan itu. Kamu tinggal bersembunyi di belakangku seperti dulu." ...dan itu adalah sarkasme.

Alberu bisa melihat wajah cale berubah menjadi aneh saat mengingat bahwa cale selalu menangis dan bersembunyi di belakangnya ketika para pelayan mengabaikan mereka...

Alberu dan cale selalu diganggu karena mereka diabaikan oleh kaisar dan ditempatkan di istana terbengkalai. Tapi, alberu selalu maju melawan pelayan untuk mendapatkan makanan yang layak di konsumsi untuk mereka. Dan cale? Menangis? Alberu mencoba untuk menggali ingatannya sekali lagi dan melihat cale kecil menangis sambil menarik pakaiannya.

Cale kecil dalam ingatannya terlihat sangat menggemaskan.

Cale yang telinganya memerah karena malu dengan ingatan itu berusaha untuk mengatakan sesuatu agar pikiran alberu teralihkan.

"A-hyung, terlebih lagi...apa yang akan kita lakukan sekarang?"

[ Selamat pagi! Bukankah ini hari yang indah?]

Itu suara dewa kematian.

"Kenapa kita bertransmigrasi ke novel ini?" Tanya cale to the point.

[ Ini adalah liburan!! Yeaaay!!]

Dewa kematian terlihat senang karena suatu alasan meskipun dia mengucapkannya dengan suara monoton.

"Apa?" Cale mengerutkan kening sementara alberu hanya memasang wajah tabah.

[ Ini adalah liburan untuk semuaaa!!! Aku bosan akhir akhir ini, jadi aku merencanakan sebuah liburan untuk cale henituse!!]

"Tunggu, jika hanya untuk cale lalu kenapa aku ada disini?" Tanya alberu.

[ Angelina bilang bahwa aku harus membawamu. Dia bilang bahwa kamu akan sangat membantu cale disini.]

Alberu dan cale sekarang mengetahui apa yang diinginkan kedua dewa itu.

Cale menahan dirinya untuk bersumpah kepada dewa kematian.

[ Semoga berhasil! Aku tahu kalian hampir tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, dan sepertinya kalian akan segera mengalaminya saat ini.]

Suara itu hilang meninggalkan kedua anak laki-laki yang sekarang memiliki ekspresi kosong.

Atmosfer dingin terjadi di kamar itu...

Dan suara yang memecahkan keheningan adalah suara....

Dentang.

Alberu dan cale mengalihkan pandangannya ke arah sudut kamar yang memiliki dua meja belajar.

Seketika ekspresi cale berubah menjadi cerah. Dia atas meja itu, ada pakaian komandan timur laut  dan tas saku spasial milik cale.

Cale langsung berdiri dari pinggiran tempat tidurnya dan berlari ke arah meja itu.

"Cale? Itu? Aku tidak salah lihat kan?"

"Iya, yang mulia. Anda tidak salah lihat." Ucap cale sembari mengangkat tas saku spasialnya.

Alberu yang melihat itu juga segera berdiri dan berjalan ke arah cale.

Dentang.

Dentang.

Itu adalah emas.

Di dalam tas saku spasial itu adalah emas.

Sepertinya mereka tidak usah berhadapan dengan para pelayan untuk mendapat makanan enak.

Dan untuk sekarang....mari kita tinggalkan mereka dan beralih ke sudut pandang athanasia.
.
.
.
.

Athanasia pov:

"Sejak kapan ada serangga seperti ini di istanaku?"

Aku tersentak dan berbalik ke arah sumber suara itu.

Tuk! Klang! Klang!

"Wajah itu. Sepertinya aku pernah lihat dimana."

Mata permata yang sama sepertiku.....

Meskipun aku tidak pernah melihatnya secara langsung.

Orang ini.....

Claude de alger obelia!!

Kenapa.....

"Oh, mungkin penari dari siodona itu. Kau mirip dengan wanita itu."

Kenapa dia ada di hadapanku sekarang?!

Sekarang aku belum 9 tahun, baru 5 tahun loh?!

Ini bukan taman istana raja loh?!

"Yah, siapapun tidak ada bedanya."

"Yang mulia?"

"Ngomong-ngomong aku jadi ingat, nama yang diberikan wanita rendah itu. Athanasia kan."

Jantungku berdetak dengan sangat cepat sehingga aku bisa mendengarnya dengan telingaku sendiri.

"Padahal waktu itu kau hanya bayi yang tidak bisa mengangkat leher sendiri."

Sejak dulu di obelia nama yang berhubungan dengan hidup abadi hanya dapat dimiliki oleh pewaris tahta resmi yang menjadi raja, dan nama itu hanya raja sendiri yang dapat memberikannya.

Di hari terjadinya pembantaian di istana ruby claude berpikir untuk membunuh athanasia tapi melihat nama yang diberikan diana kepada anaknya.

-'menarik. Aku ingin tahu seberapa gigih kamu bertahan hidup layaknya nama itu.'
.
.
.
.
.

Terima kasih sudah membaca~

Two Princes ObeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang