Yibo tak main-main kali ini, ia sudah menyiapkan sebuah resort mewah untuk menghabiskan waktu bersama para teman dekatnya, view pantai dengan jernihnya air berwarna biru tosca menambah suasana romantis disini, hanya saja Yibo sendirian disaat yang lain sedang berbagi kebahagian bersama keluarga kecilnya masing-masing.
Yibo memilih sebuah tempat privat agak jauh dari bangunan utama resort, ia memilih bersantai digazebo belakang kamarnya, menghadap kearah pantai.
"Ingat Tuan Wang, kau tak boleh mabuk, tak boleh tidur terlalu larut tak boleh keluar menggenakan pakaian tipis" Ocehan panjang itu berasal dari pria manis diambang pintu kamar.
"Kemarilah" pinta Yibo lembut.
Zhan berjalan pelan, ia masih menerka-nerka keinginan Yibo.
"Kau tau apa yang ku pikirkan?" goda Yibo.
Zhan mengangkat sebelah alisnya, menatap bingung kearah Yibo, ia lantas duduk di pangkuan Tuan Wang.
"Memangnya aku cenayang? Katakan saja apa maumu, ge..." Zhan mencubit gemas pipi Yibo.
Yibo menepis tangan Zhan dari pipinya, ia mengelus perlahan kulit mulus seputih susu itu, "Will you marry me?"
Zhan terdiam.
Dia pasti salah dengar, dan bagaimana bisa Yibo menikahinya?
"Aku rasa otakmu benar-benar rusak Wang Yibo, mereka benar" Zhan berusaha mengulum senyumnya.
Yibo mendengus kesal, "Aku tak terima penolakan"
Zhan terkikik geli, "Aiyaaa... Tuan Wang, kenapa kau selalu melamarku disaat yang tidak tepat? Aku bahkan tak bisa melihat kesungguhan dalam kata-katamu"
"Xiao Zhan, aku serius" Yibo berujar dingin.
Zhan paham betul jika Yibo sudah bersuara datar maka jangan pernah berani mencoba bercanda dengannya.
"Mana cincin untukku? Anggur terbaik, serta... Umm, ah sudahlah. Gege pasti tak paham maksudku" sunggut Zhan.
Yibo mencelos, persiapannya tak sejauh itu.
"Aku ingin bertanya sesuatu" ucap Yibo tiba-tiba.
"Hmm?"
"Dahulu, saat kau pergi kau mengenakan apa?"
Zhan menatap Yibo bingung, ia berusaha mencerna maksud orang didepannya itu.
"Entahlah... Aku lupa, kenapa kau tak menanyakannya pada Ziyi?" Zhan mendelikkan bahu.
Yibo memejamkan mata, sebuah hembusan nafas berat seolah mewakili perasaannya yang sudah terlalu malas untuk berdebat dengan Zhan.
"Putih atau hitam?" tanya Yibo random.
"Hitam"
"Tuxedo atau suits?"
"Tuxedo"
"Merah atau biru?"
"Biru, karena merah tak cocok untukmu" timpal Zhan.
"Disini atau di rumah?"
"Disin... Ehh? Tunggu kemana arah pembicaraan kita ini Tuan Wang?" Zhan menyernyit.
"Hari ini atau besok?" Yibo tak mengindahkan tatapan kelinci manisnya.
"Lusa"
"Aku mencintaimu" balas Yibo.
"Ya, aku juga membencimu" Zhan bersedekap lalu berdiri dari pangkuan Yibo.
*
*
*Kata orang, setiap jiwa yang hampir mendekati akhir masa perjalanannya maka mereka akan menunjukkan sebuah perubahan drastis baik itu disengaja ataupun tidak, mereka seakan menunjukkan tanda tak tersirat sebagai bentuk ucapan selamat jalan kepada orang terkasihnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
a day After
FanficSekarang ia benar-benar tak ada disisiku., Terimakasih, dan maaf karena aku hidupmu harus sesingkat ini - Wang Yibo. a sequel from 'For You' . . .