"Darimana saja malam-malam begini baru pulang? Aku sudah meneleponmu berkali-kali tapi tidak diangkat."
Tanya Taehyung, khawatir.
"Bukan urusanmu."
Jimin pergi ke kamar, dan Taehyung mengikutinya.
"Apa acara makannya menyenangkan?"
"Bisa tidak jangan tanya apa-apa dulu padaku? Aku ini cape, Taehyung!"
Jimin membentak Taehyung, membuatnya duduk dan diam memperhatikan Jimin yang berganti pakaian.
"Kalau dulu aku tidak menikah denganmu, apa sekarang aku akan punya karir yang bagus sepertimu dan teman-teman yang lain?"
"Kau ini bicara apa?"
Taehyung tidak mengerti maksud Jimin.
"Aku mau kuliah dan bekerja, kelihatannya menyenangkan seperti yang lain.."
"Yang lain?"
"Ya, teman-teman tadi membicarakan tentang pekerjaan mereka."
"Itu kan hidup mereka. Menurutku kau tidak harus melakukan hal yang sama karena setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing."
'Taehyung kelihatannya tidak peduli. Jangan-jangan mereka benar, Taehyung hanya butuh aku sebagai mesin pencetak anak..'
Pikir Jimin.
"Daripada bicara yang tidak-tidak, pergilah masak karena anak-anak katanya belum makan."
Suruh Taehyung.
"Kenapa sih hidupku seperti ini? Aku setiap hari mengurusmu dan anak-anak. Menyiapkan baju, tas, membersihkan sepatu, dan memasak untuk kalian di pagi buta. Bahkan setelah kalian pergi aku tidak bisa santai. Aku harus membersihkan rumah, mencuci pakaian, menjemurnya, mengangkatnya lagi, menyetrikanya, dan semuanya pokoknya semua yang dilakukan pembantu aku sendiri yang melakukannya."
Jimin menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Aku di rumah ini seperti di penjara. Jadi istri dan ibu yang baik hanya kata-kata. Kenyataannya aku ini adalah pembantu dan pengasuh anak. Sampai kapan begini terus? Aku juga ingin pergi bersenang-senang seperti mereka."
Keluh Jimin.
"Ada apa sebenarnya? Apa sesuatu menganggumu? Katakan kenapa kau jadi aneh begini?"
Taehyung bertanya karena dia tidak suka menghadapi Jimin yang seperti ini.
"Aku tidak aneh, aku hanya ingin seperti yang lain."
"Seperti apa?"
"Aku ingin pergi bekerja. Aku mau punya karir yang bagus lalu menggunakan uangku untuk melakukan apapun yang kuinginkan. Aku bisa jalan-jalan, beli baju-baju yang seksi, dan berkumpul dengan teman-teman."
Jimin merindukan masa-masa itu. Saat dia lebih sering berpakaian terbuka dan mengobrol dengan temannya tentang laki-laki tampan yang menjadi incaran. Hanya sekedar jadi pacar idaman, bukannya dinikahi betulan seperti yang sudah dilakukannya dengan Taehyung.
Jimin pikir dulu dia terlalu terburu-buru memutuskan. Dan sekarang dia menyesal karena teman-temannya terlihat bahagia daripada dia yang terjebak jadi ibu rumah tangga. Setiap hari bekerja di rumah membuat Jimin merasa jadi pembantu.
Sudah begitu baju-baju seksi milik Jimin semuanya dibuang Taehyung entah kemana. Sekarang dia selalu memakai baju yang tertutup atau yang kebesaran ditubuhnya. Taehyung hanya akan membelikannya gaun malam yang sangat tipis sebagai pengganti baju seksi. Tapi Jimin tidak akan mungkin memakainya ke luar rumah. Itu sama saja bohong.

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] KB
Fiksi PenggemarKeluarga Berencana? Bukan, tapi Keluarga Besar. Taehyung dan Jimin menikah muda. Masalah mulai berdatangan setelah tahun-tahun berganti. Pertanyaan tentang kesiapan berumah tangga kembali muncul disaat semua sudah terlanjur basah.