Ch 5 - Semangat

955 102 35
                                    

Taehyung menyampirkan rambut Jimin ke masing-masing telinganya. Dia tidak tega melihat Jimin menangis, tetapi dia tidak mungkin menuruti permintaan Jimin.

"Lihat aku, Chim.."

Kata Taehyung, lalu Jimin menatapnya dengan mata yang sembab.

"Maafkan aku ya. Aku pasti suami yang buruk, makanya kau tidak bahagia bersamaku. Tetapi Jimin, kita sudah punya anak-anak. Sebagai ayah, aku tidak bisa selalu bersama dengan anakku karena tuntutan pekerjaan. Kuharap ibu dari anak-anakku bisa berada disamping mereka menggantikanku yang tidak selalu ada."

Isakan Jimin semakin terdengar di kamar yang berantakan ini.

Dari tadi Taehyung sudah berusaha membuat Jimin mengerti, tapi dia terus saja keras kepala. Apalagi saat dia meminta berpisah jika Taehyung tidak menuruti keinginannya.

Jimin sudah menarik baju dari lemari dengan asal, dia bilang lebih baik pergi dan menjalani hidup masing-masing. Dengan mudahnya, dia meminta diceraikan. Sampai Taehyung menamparnya satu kali, membuat Jimin terdiam dan menangis.

Taehyung tidak pernah main tangan, dia menyesal telah menampar Jimin dan membuatnya tidak berhenti menangis. Karena kesal pada dirinya sendiri, Taehyung memukul apapun di sekitarnya sampai tangannya berdarah.

"Jimin, aku tidak pernah mengeluhkan apapun bukan berarti karena aku tidak punya satu pun keluhan. Saat aku bekerja, aku ingin sekali cepat pulang dan bertemu dengan istri dan anakku. Tetapi aku harus mendapatkan jabatan yang lebih tinggi di tempat kerja supaya kalian bisa hidup tanpa kekurangan satu hal apapun."

Taehyung memejamkan matanya sejenak, dia juga kadang lelah dengan beban ini.

"Ini sangat menyiksaku, memandangi fotomu dan Wonhee waktu pertama kali bekerja paruh waktu disana. Aku pergi ke kampus dan pulangnya menjadi tukang membersihkan kaca di kantor. Bayaranku sangat kecil sekali, jadi aku mengambil banyak pekerjaan lain."

Taehyung mengelus pipi Jimin, lalu mengambil kedua tangan Jimin untuk menangkup pipinya.

"Tanganmu yang dahulu begitu lembut jadi kasar karena harus mencuci bajuku yang kotor sebab aku bekerja di tempat yang memang sangat kotor demi mendapatkan uang yang bersih untuk kalian."

Taehyung menarik tangan Jimin dari pipinya lalu menciumnya satu-satu.

"Aku berbohong padamu, kubilang aku selalu makan di luar padahal aku hanya makan sepotong roti selama bekerja di awal pernikahan kita. Aku ingat sekali roti itu isinya ada dua bagian. Jika satu kumakan hari ini, besoknya baru kumakan lagi. Aku menaruhnya didekat tempat sampah supaya teman-teman mengira itu roti basi dan tidak akan ada yang memakannya."

Taehyung tertawa meski matanya menangis, dia teringat hidupnya yang sangat menyedihkan waktu itu.

"Kau ingat tidak? Kau bilang pekerjaanku hanya mengelap kaca tapi uang yang kuberikan lebih dari cukup untukmu dan Wonhee. Bahkan kau bisa membeli susu formula yang bagus untuk Wonhee."

Air mata Taehyung terus bercucuran, betapa dia sangat mencintai Jimin dan ingin dia bahagia meskipun untuk itu Taehyung harus berpura-pura bahagia didepannya. Tetapi dia salah, Jimin malah berpikir dia sama sekali tidak menderita karena tidak pernah mengatakan satupun kesulitannya di luar sana.

"Jimin, sebenarnya aku tidak hanya mengelap kaca. Aku meminta diberi pekerjaan lebih. Untungnya bosku sangat baik, dia memberikanku pekerjaan lain seperti membuat kopi untuk karyawan disana atau membelikan mereka makanan ke restoran sekitar kantor. Lalu tidak jarang juga mereka menyuruhku mencetak dokumen dan membuat salinannya. Aku memangku tumpukkan kertas itu, memastikan semua dokumen sampai pada orang yang benar."

[End] KBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang