05. Marah?

38 9 3
                                    

Happy Reading💙

***

"Cinta itu bukan sekedar kata gombalan. Percuma kalau tanpa  tindakan. Karena itu cuma omong kosong!"

Leovan Vernando

***

Setelah meyakinkan dirinya jika Leo tidak akan marah, Neila akhirnya mengetuk pintu kamar Leo. Berkali-kali dia mengetuk tapi tidak ada jawaban dari orang di dalamnya.

Dahi Neila berkerut bingung.

"Ini Leo mana sih? Gak mungkin banget 'kan masih ngebo? Masuk aja kali ya?"

Tangannya menyentuh knop pintu, lalu membukanya. Matanya langsung membelalak kaget saat Leo berdiri bersedekap dada dengan handuk yang masih melilit tubuhnya. Sontak Neila menutup matanya.

"Kamu kenapa gak pake baju!?" teriak Neila histeris. Matanya sudah ternodai tubuh sixpack Leo. 

Sedangkan Leo nampak santai mendekati Neila dengan tangan yang masih terlipat di depan dadanya, matanya menyorot tajam menatap Neila yang setia menutup wajah dengan tangannya.

"Kenapa, hm?"

Kalau saja posisi mereka tidak seperti itu, Neila pasti sudah berbucin ria dengan Leo. Sayang, keadaan tidak mendukung.

"Jangan dibuka ih!" Neila berusaha keras mempertahankan tangan yang menutupi wajahnya saat tangan besar Leo terus berusaha membukanya.

Leo bukannya menyerah, dia justru semakin gencar menggoda Neila. Dengan gerakan cepat dan tanpa disadari Neila, Leo memeluk pinggangnya. Mengikis jarak diantara mereka. Neila lantas membuka tangannya menatap Leo tak percaya.

Sedangkan Leo yang ditatap langsung menunjukkan senyum miringnya, menunduk membalas tatapan Neila.

"Lepasin tangan kamu!"

"Gimana kalau gue gak mau?"

"Aku teriak mama nih?" ancam Neila, yang tidak ditanggapi serius oleh Leo.

Tangan kirinya langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya. Neila menoleh memandang nanar pintu yang sudah tertutup lalu kembali melihat Leo dengan mata melotot kecil.

"Teriak aja. Sampe suara lo abis pun mama gak bakal denger."

Neila semakin waswas saat Leo sengaja memajukan wajahnya. Neila menoleh ke samping agar bisa menghindari Leo. Namun, tangan kiri Leo yang bebas, memegang dagu Neila hingga wajahnya kembali menatapnya.

"Ayo teriak. Tadi nantang banget," tantang Leo.

Keringat bercucuran keluar dari dahi Neila. Entah kenapa, Neila merasa kamar Leo terasa sangat panas pagi ini. Padahal AC di kamar Leo tidak pernah mati. Dia menyengir menunjukkan deretan giginya yang kecil dan rapi.

"Siapa yang nantang sih, Yang? Kamu gak mau pake baju dulu? Gak dingin? Aku tunggu di bawah ya, hehe. Oh ya tadi mama nyuruh aku jangan lama-lama di kamarmu. Aku turun ya," ucap Neila panjang lebar mencari alasan.

Sayangnya, Leo terlalu pandai untuk dibodohi gadis macam Neila. Dia tidak bergeming sedikit pun, bahkan saat Neila memberontak minta dipelaskan.

"Sayang, lepas dong," rengek Neila.

Masih tidak ada jawaban dari Leo. Mata tajam lelaki itu masih setia menatap dirinya yang membuatnya semakin gugup.

Tidak ada cara lain. Neila terpaksa berteriak, meski sepertinya agak mustahil terdengar, mengingat jarak kamar Leo dan dapur cukup jauh. Namun, tidak ada salahnya mencoba, 'kan?

LeoLaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang